[CHAPTER 14]

1.5K 86 15
                                    

War Of Heart—Chapter 14


Halo!! Apakabar kalen semuaa😭🤘

Udah lama banget semenjak terakhir kali aku update Reinhard😭😭

Maaf yaa😭🙏

Semoga kalian suka chapter ini 💕

__________

What the fuck?!

Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh dan ke delapan laki-laki itu sedang asyik menyeruput kopi dan mengembuskan asap rokok di anak tangga pintu belakang ballroom.

Tidak sulit untuk menebak siapa ke-empat pemuda pertama yang Misha sebutkan. Siapa lagi jika bukan anak-anak shift pagi yang melarikan diri dari tugasnya?

Dari kejauhan sepuluh meter di depan mereka, Misha hanya meliriknya sekilas. Tidak berani menegur, sebab selain malu ingin menegur, Misha merasa segan. Betul, sekecil itu mentalnya. Toh mereka juga tidak menganggap kehadirannya. Seperti biasa, Misha pura-pura tidak melihat dan berjalan menaiki anak tangga menuju office.

Cklek

“—yang ini pencet apa, Kak?”

Misha tidak sempat berhenti. Fokusnya langsung terpusat pada tiga orang yang sedang duduk di kursi meja Yehuda sedangkan langkah kakinya terus membawanya masuk.

“Hai,” Misha yang pertama kali menyapa ketiga orang itu, sebab tidak ada satupun yang bersuara.

“Dari mana aja, dek?” Tanya Eva.

Misha tertawa sumbang atas pertanyaan yang dilontarkan Eva. Seharusnya perempuan itu tahu, “Jadi budaknya anak resto.”

“Kak Ev, bener ‘kan?” Sementara Misha meraih tissue dan mengelap wajahnya, Shafira yang duduk diapit Eva beserta Reinard berusaha menarik perhatian seniornya tersebut.

“Ngerjain apa, Ra?” Tanya Misha sambil melihat temannya.

“Disuruh bikin banquet report sama Pak Yehuda. Katanya, Kak Eva sama Kak Reinard suruh ngajarin aku.” Papar Shafira dengan suara lesunya. Misha tidak tahu apakah Shafira benar-benar lesu atau dibuat-buat.

Ngajarin aku.

“Oh.” Misha hanya mengangguk sekilas. Ia sempat melirik Reinard, namun pemuda itu sedang fokus pada lembaran-lembaran bill di meja.

Sinting, bisa-bisanya Misha berharap Reinard akan bertanya apakah dia lelah atau bagaimana pekerjaannya atau apapun itu. Atau Misha juga berharap Reinard akan bertanya; apakah Misha juga ingin diajari membuat banquet report atau tidak. Atau bagaimana perasaan Misha setelah Shafira berkata demikian....

Namun itu hanyalah harapan.

Sepertinya, semakin Misha menghabiskan waktu disini, pikiran gadis itu menjadi tidak stabil. Acap kali berpikiran negatif atas dirinya sendiri, kewarasan Misha seolah turut terkikis.

Berdehem sebentar, Misha kemudian meraih hoodienya. Kakinya pegal luar biasa, tangannya seolah ingin terlepas, serta badannya terasa remuk redam. Jika tidak secepatnya berbaring di kasur, Misha rasanya ingin pingsan.

WAR OF HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang