[CHAPTER 11]

2.1K 92 32
                                    

War Of Heart — Chapter 11


Selamat pagi semuaa👋👋🥳

Gimana kabarnya?
Ada yang selalu nunggu Reinard nggak nih?🤭

Jangan lupa tinggalkan jejak yaa🤗

Selamat membacaa❤️

__________

Misha menutupi mulutnya menggunakan satu telapak tangan ketika dia menguap. Padahal kini masih pukul 7 malam, namun kegiatannya yang hanya bersandar pada badan Reinard sembari menonton televisi membuatnya mengantuk luar biasa. Apalagi penerangan di kamar Reinard sangat mendukungnya untuk terus bergelung dalam selimut, membuat Misha semakin tidak dapat menahan rasa kantuknya.

“Kak Reinard, ngantuk,” adunya pada Reinard.

“Yaudah, sini.” Pria itu memperlakukan Misha amat lembut. Reinard mengubah posisinya menjadi berbaring, kemudian memberikan gestur pada Misha agar ikut tidur di sampingnya berbantal lengan berotot Reinard.

Jantung Misha sudah berdebar tidak karuan. Namun dia terhipnotis dengan Reinard yang membuatnya menuruti segala permintaan pria itu.

“Udah, tidur.” Reinard memeluknya, Misha memejamkan mata—merasakan napas Reinard yang hangat menerpa rambutnya seperti seekor naga.

“Kak Rei, sesak. Enggak bisa napas!”
Reinard malah terkekeh menanggapinya. Pria itu melepaskan pelukannya dan membiarkan Misha mencari posisi nyamannya terlebih dahulu. Lalu setelah Misha berbaring telentang—menyelamatkan hidungnya dari bekapan tubuh besar Reinard—tangan pria itu kembali membelit perutnya. “Jangan rewel, Misha.”

Bagaimana Misha bisa tenang jika seperti ini?

Rasa kantuknya lenyap tak bersisa, kini yang timbul hanyalah debaran keras di dadanya akibat pelukan Reinard. Sumpah, tapi kenapa pria itu santai sekali memeluknya?

“Sayang?” Panggilan Reinard seperti seekor buaya yang sedang merayu mangsanya.
Anehnya Misha spontan menanggapi panggilan seniornya tersebut.

"Hm?"

“Tidur atuh, katanya ngantuk?” Reinard meletakkan dagunya di puncak kepala Misha, membuatnya bisa merasakan kerasnya dagu pria itu.

“Iya, kak.” Jawab Misha patuh. Ia memejamkan matanya, menikmati hembusan napas hangat Reinard hingga kegelapan merenggut kesadarannya.

***

Hawa dingin terasa menusuk kulitnya dan memasuki seluruh pori-pori ditubuh Misha. Sudah lebih dari empat jam namun gerimis tidak kunjung reda, padahal dia ingin keluar dan mencari makan. Memang sempat terpikir untuk pesan melalui aplikasi, namun dikarenakan ongkos kirim yang lumayan mahal membuat Misha perlu berpikir ulang. Alhasil, dari pagi dirinya sarapan dengan bubur yang dibelikan Reinard, sampai kini pukul 4 sore perut Misha masih belum terisi. Dirinya memang lapar, namun untuk membeli makanan yang tidak seberapa dengan total harga yang tinggi tentu saja Misha tidak mau.

“Apa minta tolong Kak Reinard aja kali, ya?” Tanya Misha kepada dirinya sendiri.

Reinard sebentar lagi pasti pulang—kecuali kalau tidak diminta Yehuda untuk overtime, jadi Misha bisa meminta tolong pada lelaki itu untuk membawakannya makanan.

Kak Reinard, nanti kalau udah pulang boleh titip makanan?
Roti aja nggak papa>•<

Pesan yang dikirimkan Misha bergambar centang dua berwarna abu-abu, pertanda sudah diterima namun belum dibaca.
Beberapa saat kemudian Misha masih menunggu, namun tidak ada dering notifikasi apapun dari ponselnya, maka dari itu dia memutuskan untuk mandi.

WAR OF HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang