[CHAPTER 9]

1.8K 87 38
                                    

War Of Heart — Chapter 9


Happy reading ❤️

Hope you like it🥰

__________


Misha turun dan berdiri di samping Reinard saat seniornya itu mematikan mesin motornya di depan pintu yang berada di tengah-tengah di antara 2 pintu lainnya. Tanpa bisa dicegah, mata Misha bergulir mengamati lingkungan kos Reinard yang bersih dan terlihat indah saat petang karena terdapat beberapa lentera sebagai hiasan.

Ternyata kos pria tersebut lumayan jauh dari hotel. Kos Reinard terdiri dari jajaran 6 pintu yang saling berhadapan. Memang hanya ada 6 pintu, tapi dilihat dari lebar dan panjangnya Misha yakin jika di dalam, ukuran kamar Reinard akan luas. Lagipula jika dilihat dari teras dan desain eksteriornya serta dapur mini yang terletak di ujung sudah cukup membuktikan jika kos milik pria itu pasti harga perbulannya cukup tinggi.

“Masuk, Sha.”

Misha membuntuti Reinard yang sedang melepas sepatunya di depan pintu. Kemudian pria itu membuka pintu kamarnya dan Misha yang baru menyadari jika pintu kamarnya tidak dikunci menggumam heran. “Kok enggak dikunci, Kak?”

“Ngapain dikunci? Enggak bakal ada yang masuk, Sha,” Reinard tertawa geli.

Tidak ada yang salah, lagipula benar kata Reinard. Tidak akan ada yang masuk kecuali penghuni kos, sebab kos pria itu terletak di belakang rumah besar yang merupakan rumah si pemilik serta dikelilingi dengan tembok yang cukup tinggi. Jadi tidak ada yang mengetahui jika disana terdapat beberapa kamar kos yang cukup elit.

“Ya, kan, buat jaga-jaga...” Perkataan Misha berhenti, gadis itu tercengang ketika memasuki kamar Reinard.

Gelap. Selain efek pencahayaan yang belum dihidupkan oleh Reinard, cat tembok yang berwarna abu-abu gelap juga membuat nuansa kamar Reinard sedikit suram.

“Maaf, ya? Agak gelap.” Mungkin Reinard sadar jika Misha kesulitan beradaptasi dengan kamar kosnya yang gelap. Maka dari itu, Reinard menyalakan satu buah sakelar lampu. Dia tidak menghidupkan semuanya karena Reinard tahu Misha akan sensitif terhadap cahaya apabila sedang pusing.

Cklek

Misha mengikuti Reinard yang baru saja menutup pintu berjalan menuntun dirinya memasuki kamar. Lagi-lagi ia melihat isi kamar kos Reinard.

Terdapat lorong sepanjang 2 meter setelah pria itu membuka pintu. Di lorong tersebut ada sebuah pintu yang tertutup di sisi sebelah kanan—Misha menebaknya jika itu adalah kamar mandi. Lalu setelah mereka melewati lorong itu, kasur Reinard yang berukuran double bed terpampang jelas.

Misha mengedipkan matanya. Berbeda dengan kasur Misha yang tinggi dan memiliki bed leg, kasur Reinard hanya apa adanya karena hanya berupa matras yang tingginya satu jengkal. Dan di samping kasur tersebut, karpet tebal yang sepertinya sangat halus terbentang lebar menutupi sebagian besar lantai.

Lalu ketika Misha menggulirkan matanya mengamati seluruh isi kamar Reinard, dia baru menyadari jika sepertinya Reinard menyukai warna-warna gelap. Terbukti dari warna cat temboknya, warna seprainya, dan warna karpetnya, tirai yang menutupi jendela pria itu pun berwarna hitam.

“Misha, kamu tiduran dulu aja, aku mau ambil mangkuk bentar,” Reinard meletakkan tas selempang Misha di rak besi samping kasurnya. Lalu pria itu keluar dengan membawa plastik yang berisi makanan.

Setelah terdengar suara pintu yang terbuka lalu tertutup kembali, Misha langsung membaringkan badannya secara melintang di kasur Reinard—bertingkah seperti si pemilik kamar yang asal berbaring tanpa melepas jaket dan hair net nya.

WAR OF HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang