[CHAPTER 19]

1.2K 81 12
                                    

War Of Heart—Page 19


Dua hari berlalu.

Misha berhasil menuruti kata hatinya untuk mengacuhkan Reinard, tidak membalas rentetan pesan itu, tidak menjawab belasan panggilannya, termasuk mengabaikannya ketika Reinard menunggunya di depan pagar setelah selesai mengantar Shafira.

Egois? Kekanakan? Misha mengetahuinya, namun tidak ada hal yang lebih menyenangkan daripada mendiamkan pria itu, serius. Apalagi kemarin Reinard mendapat jatah libur, Misha jadi lebih tenang pria tersebut tidak muncul di depannya. Dan sebenarnya, ia akan lebih tenang lagi jika dirinya hari ini mendapat jatah libur.

Celaka.

Mulai hari ini, Reinard mendapat shift sore sampai tujuh hari ke depan. Misha juga, dia  besok libur. Celakanya, setelah dia mendapat libur, Misha kembali mendapat satu shift bersama Reinard. Apalagi sore ini Gala Dinner akan dimulai, sudah dipastikan Misha akan overtime dan membuatnya harus berlama-lama dengan Reinard.

“Dek, disuruh Yehuda ambil baju lurik di main building.” Eva yang berpapasan dengan Misha di koridor langsung menyerahkan kunci motor maticnya. “Ambil 4 ya. Ukuran seadanya.”

Misha buru-buru menyambar kunci motor tersebut lalu melesat keluar.

Sudah pukul 6 sore, tamu-tamu mulai berdatangan. Semua memang sudah lengkap, namun entah mengapa, mereka semua tetap terlihat terburu-buru seolah ada yang belum dipersiapkan. Atau mungkin memang tamunya yang memiliki permintaan macam-macam hingga mereka harus menyediakan segala sesuatunya dengan cepat.

Setelah Misha kembali dari laundry untuk mengambil baju lurik sesuai permintaan Yehuda, ia menuju office untuk meletakkannya. Sialnya, terdapat 3 insan di dalam sana. Eva, Reinard, dan Razda.

“Kak Ev, ini.” Misha menyerahkan kunci motor beserta buntelan plastik besar berisi 4 buah baju.

“Sip. Makasih ya.”

Cklek!

Suara kesiap dari mulutnya menandakan betapa kagetnya Misha atas suara yang ditimbulkan oleh pintu yang tepat berada di belakangnya. Ia otomatis menoleh, melihat si pelaku buka paksa pintu office.

Ternyata Shafira.

“Kak Eva, dipanggil sama Pak Yehuda.” Ucapnya.

Setelah mengucapkan ‘Ok’ Eva langsung keluar dari ruangan, menyisakan mereka berempat. Dan disini hanya Misha beserta Shafira yang shift pagi, sisanya pasti ada di pre-function.

“Coba liat bajunya.” Reinard mengadahkan tangannya, menarik perhatian gadis itu.

Raut wajah seperti hari-hari biasanya, tidak menunjukkan adanya sesuatu yang janggal. Reinard memang pandai menyembunyikan sesuatu. Berbeda pada saat pria itu merengek, memohon padanya untuk membalas satu pesannya atau mengangkat panggilannya, raut wajah Reinard saat ini menggambarkan kesan yang seksi, tegas sekaligus kalem.

Misha jadi bingung akan kepribadian Reinard.

“Ini Kak.” Misha menyerahkan satu persatu bajunya pada Reinard.

“Ok.” Pria itu meliriknya sekilas, lalu membuang pandangan. “Kata Yehuda 3 orang ‘kan, yang jaga stand angkringan?”

Gumaman Razda menjawab pertanyaan Reinard. Misha yang tidak tahu apa-apa hanya menyimak bersama Shafira. Namun jauh dilubuknya, ia sangat ingin ikut dengan Reinard. Misha ingin berdekatan dengannya lagi bahkan dalam keadaan dirinya sedang ngambek seperti ini.

WAR OF HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang