[CHAPTER 15]

1.4K 80 23
                                    

WAR OF HEART—PAGE 15


“Astaga, ngantuk banget! Yehuda emang ngawur bikin schedulenya .”

Bukan sekali dua kali Misha mendengar keluhan Eva, melainkan sudah kesekian kali. Wajar saja, bagi Eva yang sering izin sakit karena dihajar oleh jadwal-jadwal event gila dari Yehuda, perempuan itu tentu saja keberatan mendapat schedule jumping.

Berbeda dengan Shafira maupun dirinya yang sungkan untuk mengeluh, Eva secara terang-terangan menunjukkan ketidaksetujuannya pada Yehuda meskipun hasilnya nihil.

“Kak Eva kenapa enggak tuker jadwal aja sama Farrel atau Gilang?” Tanya Misha pada akhirnya, tangannya tetap bekerja memoles silverware yang akan digunakan untuk meeting besok pagi di Adipati. Jadi di sinilah anak-anak banquet berada, di main building untuk set up dengan Misha beserta Eva yang berada di pantry banquet sempit yang letaknya di belakang cheff office di restaurant.

Jadi jangan heran jika wajah Misha memerah karena panas yang tidak tertahankan.

“Yang shift sore ‘kan ada Adam, Dek. Gilang nggak bakal mau satu shift sama dia.”

Satu yang menjadi pertanyaan Misha sampai saat ini; Ada masalah apa Gilang dengan Adam? Padahal, mereka berdua masih dari satu LPK, bahkan satu kelas. Eva sendiri yang mengatakannya, dan Eva juga diceritakan sendiri oleh teman baik Adam—Eldani. Trainee banquet perempuan yang sudah lastday 5 hari sebelum Misha menginjakkan kaki di hotel.

“Yang ini udah?”

Misha yang duduk berhadapan dengan Eva reflek membalikkan tubuhnya untuk melihat seseorang yang baru saja memasuki pantry banquet. Matanya jelas langsung terbuka lebar—antusias atas kehadiran Reinard meskipun pria itu hanya mengecek pekerjaan mereka berdua.

Sial! Misha bucin sekali dengan Reinard. Bahkan hanya dengan mendengar suaranya, suasana hati Misha langsung berubah yang sebelumnya bak tanah laterit langsung menjadi sepetak sawah.

“Udah Rei, bawa aja.” Eva yang menjawab.

“Ok.”

Misha tidak bisa berkata-kata. Gadis itu hanya membalikkan tubuhnya kembali ketika Reinard sudah keluar dari pantry banquet dengan membawa troli berisi berbagai chinaware.

Keberadaan Reinard bagai angin segar untuk Misha. Pantry banquet yang pengap dan panas seolah tidak lagi membuatnya terganggu. Padahal, jelas-jelas di pelipisnya kini sudah meneteskan bulir keringat sebesar biji jagung.

“Senyum-senyum bae, uy!” Celetuk Eva dengan tawa menyebalkan.

Misha ikut tertawa, matanya berbinar.

“Suka sama Reinard ya?”

“Ih, enggak.” Elaknya.

“Awas baper beneran. Reinard udah ada yang punya, lho~”

Apa katanya?

“Serius Kak?” Lantaran terkejutnya, iris mata Misha melebar, tubuhnya reflek condong ke depan agar dapat mendengar jelas kalimat Eva. “Siapa?”

“tapi enggak  tau jadian apa enggaknya.” Eva mulai menceritakan apa yang diketahuinya untuk Misha. Dan Misha kini semakin merapat, memasang telinganya baik-baik agar tidak ada satu huruf pun yang tertinggal. “Setauku Reinard suka sama anak Kitchen, namanya Vio.”

“Yang mana?” Maklum saja, Misha tidak terlalu tahu menahu tentang trainee kitchen terutama perempuan, sebab beberapa dari mereka bersikap arogan.

“Kamu tau ‘kan, anak kitchen—cewek yang biasa di EDR? Biasanya dia berangkat pagi, pake topi, agak pendek, anaknya berisi. Kalau ngomong kayak orang profesional banget.” Eva menjabarkan ciri-cirinya. "Udah mirip GM deh kalau ngomong."

WAR OF HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang