War Of Heart - Chapter 2
•
•
Happy Reading!Pantry banquet yang harus dibersihkan oleh Misha dan Reinard berada di lantai 12 yang merupakan lantai tertinggi hotel Mataram Heritage Resort and Spa. Pantry yang memiliki kode room 1817 dan 908 tersebut terletak di depan dan samping meeting room yang bernama Mustika.
“Misha, tolong bukain pintunya, aku mau ambil broom dulu.” Reinard menyerahkan 2 kunci yang masing-masingnya diberi kode angka, gadis itu mengangguk lalu membuka pantry 1817 yang merupakan pantry AV.
Sanitary kit bertebaran, beberapa tumpuk note pad berhamburan, bungkus-bungkus permen yang beberapa sudah terbuka berserakan di meja serta ada pula beberapa goblet di lantai. Misha sampai pusing sendiri melihatnya. Sebenarnya apa yang sudah mereka lakukan hingga pantry tidak berbentuk seperti ini?
“Ilang 5 enggak mungkin keliatan lah ya,” Misha mengambil 5 bungkus permen jahe kesukaannya lalu mengantonginya di saku celana, setelah itu ia mengambil tumpukan-tumpukan note pad yang berantakan dan menatanya di atas meja.
“Sha?”
“Eh, ketemu, Kak?” Misha membalikkan badannya, mendapati Reinard membawa satu buah sapu beserta serok sampahnya.
“Yaudah kamu beres-beres disini aja, nanti aku sapu. Sama sampahnya dimasukin trash bag ya, aku bersihin 908 dulu,” Reinard tersenyum sebelum meninggalkan Misha.“Eh, Kak Reinard!” Panggil Misha dengan suara keras. Ia tidak takut para tamu akan mendengar karena lantai 12 hanya terdapat Mustika meeting room, restroom dan lift saja. Misha berjalan menyusul Reinard, kemudian berhenti di depan laki-laki itu yang kini menunduk sambil menatapnya. “Ini—kuncinya.”
“Oh iya,” Reinard menertawakan diri sendiri karena lupa dan tangannya reflek terangkat menepuk puncak kepala Misha. “Makasih, ya.”
Misha hanya mengangguk, setelahnya gadis itu berlari kecil kembali ke 1817 untuk menata equipment milik banquet. Ia berusaha tidak memperdulikan debaran jantungnya yang menggebu, serta menyibukkan diri agar tidak terus terbayang bagaimana tatapan mata Reinard yang terus menatapnya lembut.
Sadar, Mishaa. Sadar! Kak Reinard emang lembut orangnya, jangan baper deh!
Misha jadi merasa kalang kabut sendiri saat memikirkan Reinard.
Lagipula—hey! Belum ada 24 jam Misha bertemu dengan Reinard, sangat mustahil jika dirinya langsung menyukai pria itu, bukan? Lagipula Misha tidak percaya dengan kalimat cinta pada pandangan pertama. Jika Misha merasa demikian, pasti itu hanyalah perasaan kagum. Lagipula siapa perempuan yang tidak kagum dengan Reinard? Tampan, memiliki body idaman kaum perempuan, lembut, apalagi bertanggung jawab.
Misha sepertinya akan mupeng jika terus membicarakan seorang Reinard.
“Njir, gobletnya taruh mana, ya?” Misha menggaruk pipinya bingung. Ia dan Reinard tidak membawa krat karena tidak tahu akan menemui beberapa gelas di sini. Merasa bingung, akhirnya Misha memisahkan goblet di trolley yang memiliki 3 tingkat di bagian tengah.
Gadis itu menemui banyak sekali pulpen, pensil serta notepad. Seketika jiwa siswinya keluar. Rasanya ia ingin sekali membawa pulang puluhan pulpen serta notepad itu. Meskipun tidak akan berguna di kos, siapa tahu setelah pulang PKL nanti benda itu akan berguna.
Tapi sekalipun ia memikirkannya, Misha tidak mengambil barang-barang itu. Misha menatanya di rak khusus untuk berbagai macam equipment serta membersihkannya.
“Misha, udah?”
Misha memekik kaget mendengar suara Reinard yang tiba-tiba ada di belakangnya. Gadis itu langsung berbalik badan dan menatap mata Reinard, namun baru sepersekian detik Misha menatap mata tajam pria itu, Misha kelabakan sendiri. Ia langsung mengalihkan pandangannya pada dada Reinard yang bidang. “U-udah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
WAR OF HEART
General FictionWARNING⚠️⚠️ [21+] _______ Harapan Misha adalah menyelesaikan 6 bulan masa trainingnya dengan menyenangkan, memiliki teman-teman yang banyak dan tidak ada persaingan. Namun, itu adalah harapannya sebelum ia menginjakkan kakinya di hotel berbintang it...