[CHAPTER 3]

2.2K 90 10
                                    

War Of Heart — Chapter 3


Happy reading 😋

“WOY?! Candy glass kurang satu, gaess!” Arjuna mengangkat tangannya agar Misha yang sedang membawa beberapa candy glass meletakkan satu di atas meja panjang tempat Arjuna mengecek. “Mishaaaaa!”

Gadis itu menulikan pendengarannya. Masa bodoh dengan Juna, acap kali pemuda itu juga pura-pura tuli ketika ia memanggilnya.

“Misha, Misha, Mishaaa!”

Ck.

Misha menoleh malas, tangannya terangkat dan membuat gerakan seperti congor bebek untuk Arjuna— yang malah mengundang tawa bagi Rangga dan Adam, bahkan Reinard pun juga ikut terkekeh.

“Mampus!” celetuk Rangga.

Arjuna memasang wajah dongkol, sedang Misha tersenyum mengejek. Gadis itu hendak melempari Arjuna dengan permen jahe sebelum tiba-tiba saja Shafira berjalan mendekati Arjuna. Gadis itu terlihat membawa sebungkus permen yang akan diisi di candy glassnya serta satu tangannya lagi membawa sebuah gelas.

“Ini kak Jun,” tutur gadis itu. Misha mengendikkan bahu lalu melanjutkan menaruh candy glass di beberapa titik meja yang telah di set-up berbentuk U-shape.

Ia merenggangkan badannya yang terasa sedikit pegal setelah memoles equipment untuk 2 kali coffee break serta lunch. Memang hanya untuk 40 pax, namun akibat dari Pak Yehuda yang mengirimkan Banquet Event Order atau BEOnya dadakan—jam setengah delapan ketika mereka sedang bersantai di ruang VIP ballroom, Misha dan Shafira langsung menuju main building untuk menyiapkan segala equipmentnya, sedangkan Reinard, Rangga, Adam dan Arjuna juga men-set up meja serta kursinya di Senopati Meeting Room, yang terletak di lantai ke-7 hotel.

“Thankyou, ya.”

Diam-diam Misha merotasikan bola mata. Apa-apaan?! Ketika bersama dia saja, laki-laki itu sama sekali tidak pernah berterimakasih padanya. Jangankan berterimakasih,  saat Misha membantunya saja Juna malah tidak tahu diri dan melunjak. Cih! Dasar cowok!

Tiga puluh menit kemudian, mereka sudah selesai. Misha kembali mengecek buffet yang berada di area prefungtion serta menghitung kembali jumlah equipmentnya.
“—tiga puluh delapan, tiga puluh sembilan, empat puluh. Pas."

Nice,” puji Reinard. Misha menegakkan tubuhnya, lalu berbalik badan mendapati Reinard sedang berjalan menuju ke arahnya. “Udah selesai?”

“Udah,” Misha mengangguk dua kali seraya tersenyum. Kemudian Reinard mengangkat lengan kirinya dan melihat jarum jam telah menunjukkan pukul 22.25, “Balik ke ballroom, Kak?”

Of course, kamu tunggu di luar aja, aku yang panggilin mereka.”

“Okay,” Misha tanpa sepatah kata lagi berjalan melewati Reinard. Biarkan saja laki-laki itu menganggap dirinya tidak sopan, entah kenapa Misha masih saja dongkol dengan Reinard.

“Misha?”

Duh!

Si pemilik nama hanya menolehkan kepalanya dan sedikit memutar badan, gadis itu menaikkan alisnya dan tersenyum tipis, mencoba untuk bersikap cuek dan masa bodoh—sama seperti saat ia memperlakukan Arjuna ketika jengkel.

WAR OF HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang