War Of Heart — Chapter 4
•
•
Happy reading😘_______________
SET UP
>Please set up the room as mentioned above
>Please provide screen with HDMI cable
>Please provide sound systemMisha sedang membaca BEO yang baru saja dikirimkan di grup ketika seorang staff lalu diikuti anak-anak banquet datang memasuki office. Misha otomatis berdiri, Shafira yang sedang duduk bersantai di sampingnya juga ikut berdiri. Ketika melihat Pak Yehuda duduk di kursinya, entah mengapa jantung Misha berdebar.
Bukan—ini bukan debaran menyenangkan seperti ketika ia bersama Reinard, bukan debaran antusias saat ia mendapatkan susu kotak dari pria itu beberapa hari lalu ketika Reinard menyuapnya, bukan pula debaran yang membuat ia gugup sekaligus merona malu. Tapi debaran ini... Misha menyembunyikan tangannya di belakang tubuh dan saling menautkan jemarinya.
“Oke, yang shift sore berangkat semua?” Pak Yehuda mencondongkan tubuhnya ke meja sambil mengamati rupa mereka satu-persatu. Mereka semua kompak mengangguk, terlihat santai tanpa terbebani—kecuali Misha.“Sekarang tanggal berapa?” Tanya Pak Yehuda.
“25, Pak,” jawab mereka lagi kompak.
“Bagus, tanggal 28 besok ada meeting dari Pertamina. Berapa pax?”“360, Pak.” Jawab Misha, Shafira dan Reinard serentak.
“Nah, itu fullboard meeting. Sori, BEOnya tak kirim telat, soalnya dari sales-nya infonya juga dadakan. Sekarang semua itu tak pasrahin ke kalian—“ Pak Yehuda menggantung kalimatnya sejenak, staff banquet itu mengecek hp nya selama beberapa detik sebelum melanjutkan. “Enggak harus selesai malem ini set upnya. Kalau enggak selesai, kalian tinggal oper handle sama yang pagi aja besok, oke?”
“Siap, Pak!”
“Ashiaap!”
Johan dan Arjuna yang paling keras menyerukkan semangat. Sedangkan Rangga mengangguk manut-manut saja dan Reinard yang tetap terlihat kalem dan elegan seperti biasanya.
“Shafira, Misha, kalian tau, to, yang dipoles apa aja?” Misha dan Shafira otomatis menggangguk kompak. Pak Yehuda mengamati Misha, “Apa aja, Mis?”
Misha selalu gugup saat ditanya seperti ini. Ia seperti diinterogasi, apalagi Pak Yehuda menanyakannya di depan senior-seniornya, Misha jadi keki sendiri. Dan jangan lupakan juga tatapan Reinard yang terus tertuju padanya.
“Dessert plate, dessert fork, soup cup, rice bowl, saucer, soup spoon, dinner plate, dinner fork sama dinner spoon.” Jawab Misha dengan jantung yang berdebar tidak karuan, dia juga tidak menyadari jika wajahnya menjadi pucat—namun untung saja ia sedang memakai masker yang menutupi sebagian wajahnya.
Pak Yehuda memberikan respon positif atas jawaban Misha, namun setelahnya pria berusia 40 tahunan itu melanjutkan pertanyaannya, “Apa lagi?”
Duh!
“Eumm...?”
“Tea cup, tea spoon sama saucer,” Shafira langsung menjawab pertanyaan yang diberikan Pak Yehuda untuknya.
Misha seketika merasa down. Ia memainkan jari-jarinya untuk melampiaskan rasa malu dan gugupnya karena tidak bisa menjawab pertanyaan dari Yehuda.
Okay, Misha sepertinya semakin benci terhadap dirinya sendiri. Masalahnya, bukan hanya sekali dirinya tidak bisa menjawab pertanyaan mudah dari staff tersebut. Pertanyaan pertama yang Pak Yehuda lemparkan untuknya adalah sekitar dua minggu lalu saat ia, Arjuna, Razda dan Eva sedang incharge di Mustika karena ada sebuah event.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAR OF HEART
General FictionWARNING⚠️⚠️ [21+] _______ Harapan Misha adalah menyelesaikan 6 bulan masa trainingnya dengan menyenangkan, memiliki teman-teman yang banyak dan tidak ada persaingan. Namun, itu adalah harapannya sebelum ia menginjakkan kakinya di hotel berbintang it...