Ini part lanjutan dari part sebelumnya. Di sini lebih banyak Narasi dibandingkan percakapan. Jadi scroll pelan-pelan aja, ya.
••Happy reading••
🥀
Dia jatuh cinta pada bintang di malam hari, angannya ingin menggapai, tapi kenyataan tak tercapai.
Sejak kecil ia mencintai seni, ia ingin menciptakan bintang-nya sendiri dengan segala gambar abstrak yang mengungkapkan seribu makna hati.Dia bukan laki-laki yang mudah merangkai kata untuk mengungkapkan bahwa dirinya marah atau sedih. Dia lebih suka menyimpannya sendiri dan menuangkannya di atas kanvas putih.
Tapi, saat ini, tubuhnya sudah tidak bisa bergerak, ia lumpuh total, tangannya sudah tidak mampu menggenggam kuas. Jangankan untuk menggenggam, menggerakkan jari saja sudah tidak bisa.
Banyak sekali yang ingin ia tumpahkan ke dalam sebuah gambar, menarik garis-garis berpola sebagai pengobatan alternatif diri.
Lantas, jika Tuhan mengambil obatnya, bagaimana ia bisa sembuh?
•••
Melamun menjadi kebiasaan Bang Jun saat ini, selagi tubuhnya hanya bisa berbaring, memang apalagi yang bisa ia lakukan?
Terlebih, ia berada di tengah kesunyian ruangan yang menambah dirinya hanyut dalam pikiran.
Dia berusaha semangat, tapi penyakit ganas tak kalah semangat untuk berlomba-lomba menggerogoti tubuh kurusnya.
Jangan terkejut. Dia sudah lebih dulu damai dengan penyakitnya.
Itu sebabnya, dia tidak pernah berani berjanji untuk tetap ada sampai akhir cerita keluarganya bahagia, karena entah kapan leukimia yang telah dideritanya bertahun-tahun ini akan merenggut nyawa.
Jika beberapa tahun lalu Bapak mengatakan bahwa Haekal menderita penyakit bawaan sejak lahir, justru penyakit Bang Jun tidak diketahui Bapak dan Ibu bahkan dirinya sendiri.
Jika Bang Marko mengetahui depresi Bang Jun sebagai bentuk pemberontakan dari kehilangan Ibu dan Bapak, justru yang sebenarnya terjadi adalah Bang Jun depresi karena penyakitnya sendiri.
Ia melampiaskannya bukan dengan bunuh diri atau perbuatan yang amat dibenci Tuhan.
Dia melampiaskannya hanya dengan sebuah lukisan. Maka sebab itu, di pertemuan sejak Bang Marko pulang karena dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja, Bang Marko pernah membahas terkait depresi Bang Jun yang kambuh perkara dirinya melihat tumpukan lukisan di gudang tempat barang-barangnya Bapak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang 7 Anak Bapak [Sudah Terbit]
Fanfiction[Buku tersedia di shopee Galeriteorikata, Chocovan, dan Sale Novel] Kata Bang Marko, jadi anak bungsu di keluarga Bapak Winarto dan Ibu Winarti adalah salah satu keinginan terbesar para abang. Maka dari itu, Jaidan selaku anak bungsu disuruh banyak...