Semenjak kepergian Bang Marko ke Bandung, semua yang biasa di handle oleh Bang Marko, kini telah berpindah tangan ke Bang Jun selaku Adik Bang Marko yang pertama.
Mulai dari mengubah jadwal bebersih rumah hingga mengurus para Adiknya. Beruntunglah, Bang Jun mempunyai Bang Nares yang sejak dulu amat mahir dalam dunia masak-memasak.
Karena, dari ketujuh Anak Bapak dan Ibu hanya Bang Nares yang mampu menuruni keahlian masak Ibu. Ditambah lagi, rasa masakan Bang Nares yang mirip sekali dengan rasa masakan Ibu, lumayan cukup untuk mengobati rasa rindu terhadap sosok wanita cantik yang telah melahirkan mereka semua.
Diantara yang lain pun, aura Bang Nares ini memang seperti turunan dari almarhumah Ibu, mulai dari cara Bang Nares menatap para Adiknya, cara mengungkapkan rasa sayangnya Bang Nares kepada para Abang, lembutnya Bang Nares pada Jaidan dan Cendana, serta galaknya Bang Nares kalau Bang Jendral hendak berbuat ulah.
Selain Bang Nares yang menuruni sifat Ibu, ada Bang Jun yang tipe tegasnya menuruni Bapak. Sementara Bang Marko, ia menurunkan hampir seluruh sifat Bapak dalam segala hal di hidupnya. Dari caranya berbicara, tatapan tajamnya, perkataannya yang tidak bisa dibantah. Itu penyebab para Adik segan dengan Bang Marko.
Setelah ketiga nama yang disebutkan di atas, Bang Haekal yang posisinya sebagai si anak tengah, selalu rutin mendapat wejangan dari Bang Marko persis sewaktu Bapak masih ada di tengah-tengah mereka. Namun, sebetulnya, wejangan Bang Marko ini berlaku bagi semua adik-adiknya, seperti pesan Bapak pada Bang Marko untuk berlaku adil terhadap para Adik tanpa terkecuali.
Nah, diantara ketujuh anak Bapak Winarto dan Ibu Winarti, Bang Jendral inilah yang paling dingin aura nya. Namun, yang paling neko-neko juga kelakuannya, bahkan, diam-diam sering dijadikan contoh oleh Si Bungsu Jaidan. Dulu, sewaktu masih ada Bapak dan Ibu, kalau hal ini sudah terjadi, biasanya, Bang Jendral di ospek satu keluarga.
Memang ada banyak sekali kenangan unik di rumah ini, rumah peninggalan Bapak Winarto dan Ibu Winarti yang tanpa disengaja telah mengukir banyak memori indah pada para putranya yang kini hidup mandiri tanpa kedua sosok tersebut.
Beranjak dari kenangan memori indah dalam rumah, di ujung ruangan tempat biasanya Bapak Winarto mengumpulkan para anak-anaknya kini telah Bang Jun ubah menjadi kamar. Alasannya, karena hanya terdapat tiga kamar di rumah ini.
Kamar pertama, milik almarhum Bapak dan almarhumah Ibu, kamar ini hampir tidak pernah ditempati. Namun, tetap rutin dibersihkan oleh anak-anak Bapak dan Ibu secara bergantian.
Kamar kedua, dijadikan gudang tempat barang-barang peninggalan Bapak dan Ibu.
Kamar ketiga, ditempati oleh Para Bungsu, yaitu Cendana dan Jaidan. Kemudian, sisa nya, para Abang tidur di bawah lantai ruang televisi dengan kasur lipat yang busa di dalamnya semakin lama semakin menipis. Terkadang, kalau sudah datang musim penghujan, para Abang tertidur sambil meringkuk kedinginan, padahal sudah berlapis-lapis kain yang mereka pakai untuk dijadikan selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang 7 Anak Bapak [Sudah Terbit]
Fanfic[Buku tersedia di shopee Galeriteorikata, Chocovan, dan Sale Novel] Kata Bang Marko, jadi anak bungsu di keluarga Bapak Winarto dan Ibu Winarti adalah salah satu keinginan terbesar para abang. Maka dari itu, Jaidan selaku anak bungsu disuruh banyak...