[28] Semua hati menangis

2.4K 297 14
                                    

Jarum pendek sudah tak lagi menunjukkan pukul setengah 6 pagi, dan sudah berjam-jam Bang Jendral duduk menemani sang Adik dengan mata merah menahan rasa kantuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jarum pendek sudah tak lagi menunjukkan pukul setengah 6 pagi, dan sudah berjam-jam Bang Jendral duduk menemani sang Adik dengan mata merah menahan rasa kantuk.

Ia masih setia menggenggam tangan Nares yang sudah tak sedingin sebelumnya, warna bibir alaminya juga telah kembali meski masih terlihat kering.

Detak pada jam dinding terus berbunyi membersamai dirinya yang dilanda keresahan. Siapapun pasti akan merasa iba melihat kantung mata hitamnya yang memprihatinkan.

Entah telah berapa banyak doa yang Bang Jendral panjatkan untuk kesadaran Nares yang bahkan semakin banyak ia panjatkan, semakin bergetar suaranya.

Tidak ada yang ia inginkan saat ini selain kesadaran sang Adik yang segera pulih.

Tok! Tok!

Ketukan dua kali dari luar pintu spontan membuat Bang Jendral buru-buru mengusap air matanya.

"Permisi, maaf boleh minta waktunya sebentar?"

"Iya, Dok.."

"Ikut saya ke ruangan, ya."

🍂

Jemarinya tanpa sadar meremat ujung baju yang ia kenakan, perasaan khawatir yang membuncah seakan menarik penuh seluruh fokusnya.

"Ada dua hal yang ingin saya sampaikan terkait kabar saudara Nares. Pertama, penyakit hipotermia yang diderita saudara Nares sudah masuk dalam tahap sedang, beberapa gejala diantaranya adalah detak jantung tidak teratur, pernapasan melambat, tingkat kesadaran menurun, tekanan darah menurun, dan pupil mata membesar. Hal ini rentan jika terus menerus terjadi akan sangat fatal bahkan bisa menyebabkan kematian. Kemudian, yang kedua,---" Dokter di sana menyerahkan lembar CT Scan ke hadapan Bang Jendral.

"Ada cedera ringan di bagian kepala yang kemungkinan besar berasal dari benturan cukup keras, ini akan berpengaruh pada penglihatannya yang kabur dalam beberapa hari ke depan." ungkap sang Dokter. Rematan pada ujung bajunya terhenti, digantikan dengan jari jemari yang tanpa sadar saling melukai.

"Adik saya bisa pulih lagi, kan, Dok?" kalimat Bang Jendral terlontar dengan suara pelan yang nyaris seperti gumaman.

"Untuk pemulihan bisa berlangsung selama 7 sampai 10 hari, atau mungkin bisa lebih lama dari itu tergantung bagaimana kondisi saudara Nares."

Kepala Bang Jendral jatuh tak bertenaga di atas meja kaca milik sang Dokter di hadapannya. Sisa energinya sudah tertarik habis, ia bahkan belum berani untuk sekadar tidur mengingat kejadian Nares di tengah malam.

Tentang 7 Anak Bapak [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang