"Kalo lo nggak keberatan, lo bersedia nggak kerja di cafe gue?"
-------------------------------------
Jendral menatap kartu nama yang kini berpindah di telapak tangannya, Dirga telah pamit undur diri begitupun dengan Ara, awal pertemuan mereka yang cukup singkat dan nyaris menimbulkan kesalahpahaman itu berakhir ditutup dengan damai. Jendral membutuhkan pekerjaan, ia juga membutuhkan tempat tinggal untuk saudara-saudaranya, lantas, bolehkah ia mengambil kesempatan ini?
Dokter Jeff memperhatikan Jendral dari posisinya berdiri, ia baru selesai setelah cukup lama pergi untuk mengangkat panggilan telepon. Langkahnya sempat terhenti di jarak tiga meter ketika melihat Jendral yang nampak melamun seraya menatap sesuatu dalam genggaman. Orang yang tadi hampir beradu otot dengannya pun ia lihat sudah tak ada lagi di sana.
Dokter Jeff melirik sekilas pada jam tangan yang kini menunjukkan pukul setengah 2 siang dan panas terasa semakin terik. Dengan itu langkahnya kembali maju untuk menghampiri Jendral yang tadi sempat ia tinggalkan.
Saat menyadari ada suara langkah kaki yang mendekat, Jendral langsung bergerak impulsif memasukkan kartu nama tadi ke dalam kantung celananya, yang mana hal tersebut sebenarnya tak lepas dari pandangan Dokter Jeff. Orang lain mungkin akan tersinggung dengan sikap Jendral, tapi tidak dengan Jeff. Karena ia sadar akan batasan sampai mana dirinya harus ikut campur, itu sebabnya ia tak banyak bertanya untuk hal yang memang tak perlu ia tanyakan.
"Kita jadi mau lanjutin pencarian atau bagaimana?" tanyanya.
"Jadi, Dok, ayo."
Setelah pertemuan tidak sengaja nya dengan pemilik cafe tempat Bang Jun kerja, Jendral kembali pada niat awal, yaitu mencari sisa foto yang mungkin masih bisa ia temui.
•••
"Bang, kata lo bakal ada tambahan pegawai baru, mana? Nggak ada, tuh."
"Lo udah sepuluh kali nanya begitu, Luke." jengah Dirga.
Luke menyengir lebar. "Omong-omong, Bang, lo belum cerita soal Juna. Tadi lo pulang ke cafe mood nya lagi mode senggol bacok, gue sama Bang Tio jadi sungkan nanya nya."
Jemari Dirga menekan sebuah tombol pada mesin yang kemudian tak lama setelahnya keluar cairan pekat dengan aroma strong yang memenuhi coffee shop.
"Gue tadi ketemu salah satu adiknya Jun, namanya Jendral." ungkapnya disela kegiatan.
Luke memperhatikan detail perubahan mimik wajah dari Dirga yang begitu kontras.
"Katanya... Jun udah meninggal, anak yang sering lo panggil 'kecil' itu udah nggak ada, dia udah kembali ke pangkuan Tuhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang 7 Anak Bapak [Sudah Terbit]
Fanfic[Buku tersedia di shopee Galeriteorikata, Chocovan, dan Sale Novel] Kata Bang Marko, jadi anak bungsu di keluarga Bapak Winarto dan Ibu Winarti adalah salah satu keinginan terbesar para abang. Maka dari itu, Jaidan selaku anak bungsu disuruh banyak...