Happy Reading!
Setelah kepergiannya dari mengantar Jaidan dan Cendana ke sekolah, pemilik nama lengkap Arjuna Sastro Mahendra Winarto atau yang lebih dikenal dengan sapaan Bang Jun membawa langkahnya membelah keramaian sepanjang lorong kampus. Bang Jun ini termasuk salah satu tipe-tipe yang kurang suka dengan keramaian, maka dari itu, earphone nya seringkali tidak pernah lepas menyumbat telinganya, meski terkadang, benda kecil itu tidak mengeluarkan suara sama sekali, setidaknya, masih mampu mengurangi kebisingan disekitarnya.
Bang Jun menyampirkan satu tali tas di bahu kiri dengan tangan kirinya yang menenteng diktat, sedangkan tangan kanannya sibuk menggulirkan layar ponsel dengan kaki yang terus melangkah maju.
Putra tertua kedua dari Bapak Winarto dan Ibu Winarti itu terlihat begitu serius menatap ponsel di genggaman-nya, bahkan, tanpa sadar dahinya hampir menubruk tiang tembok di persimpangan, kalau saja tidak ada yang menarik kuat tasnya hingga badan Bang Jun ikut terhuyung ke belakang.
Bang Jun yang agak sedikit sensitif hampir saja melontarkan kalimat pedasnya sebelum berbalik dan kemudian netra kecoklatan-nya menangkap sosok si pelaku.
Rambutnya sependek bahu, bulu matanya lentik dengan bentuk mata yang bulat. Ia mengenakan kaos putih bersablon yang ujung kaosnya dimasukkan ke dalam celana jeans hitam dibalut cardigan panjang bergaris. Se-detail itu Bang Jun memperhatikan sosok tersebut hingga kalimat amukan di ujung lidahnya berakhir tertahan.
"Tiang segede gaban gitu nggak keliatan, Bang?" celetuk sosok itu.
Untuk beberapa saat, Bang Jun masih memproses pikirannya sebelum ia melepas kedua earphone dan mengernyitkan alis.
"Ini perempuan yang waktu itu lompat dari balkon sebelah?" tanya Bang Jun memastikan ingatannya yang cukup familiar dengan wajah tersebut.
Sosok perempuan berambut pendek itu meresponnya dengan tertawa, namun, yang tertangkap di mata Bang Jun justru wajah cantik sosok itu yang terlihat teduh dipandang mata.
"Ini Abang yang waktu itu ramai-ramai nongkrong di atap itu?" tanyanya balik. Tanpa ragu, sosok itu meneliti wajah Bang Jun dari dekat membuat Bang Jun lantas memundurkan wajahnya seraya meneguk ludahnya canggung.
"Abang ngambil prodi apa di sini?"
Beruntung, perempuan di depan Bang Jun itu membuka topik baru yang terdengar seperti mengalihkan pembicaraan. Sejujurnya, Bang Jun termasuk anak Bapak dan Ibu yang paling jarang bahkan hampir minim berinteraksi dengan perempuan selain Ibu tentunya. Namun, apa yang terjadi barusan? Jantungnya berdetak kencang hanya karena sebuah tindakan tiba-tiba yang ia terima.
"Ngambil prodi apa?" perempuan itu mengulang pertanyaannya.
"Prodi hukum." ucap Bang Jun sekenanya.
"Iya, kah? Sama dong!" reaksi antusias dari lawan bicaranya diluar ekspektasi Bang Jun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang 7 Anak Bapak [Sudah Terbit]
Fanfic[Buku tersedia di shopee Galeriteorikata, Chocovan, dan Sale Novel] Kata Bang Marko, jadi anak bungsu di keluarga Bapak Winarto dan Ibu Winarti adalah salah satu keinginan terbesar para abang. Maka dari itu, Jaidan selaku anak bungsu disuruh banyak...