[30] Bersama kesulitan ada kemudahan

2.6K 280 26
                                    

Tiap-tiap raga membutuhkan rumah untuk tempat peristirahatan, tak terkecuali bagi kelima raga yang kini tersisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiap-tiap raga membutuhkan rumah untuk tempat peristirahatan, tak terkecuali bagi kelima raga yang kini tersisa. Meski tertatih menyusuri jalan yang terasa jauh, raga-raga itu akan berusaha kokoh di tengah tubuh yang hampir ambruk.

Rasanya sakit.

Tak ada yang lebih sakit dari kata "berpura-pura kuat" di depan mereka yang bahkan sama rapuhnya.

Jendral yang dipaksa menjadi sulung karena keadaan, Haekal yang berjuang melawan penyakit bawaan, Nares, Cendana, dan Jaidan yang masih berusaha damai dengan diri mereka. Sakitnya sama rata, tak ada yang berbeda dari kelimanya, seperti kata almarhum Bang Marko, "Satu sakit, semua sakit. Satu mati, semua mati."

🍁

Hari ini, tepat ke lima hari Jendral menemani Nares di ruangan rawatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, tepat ke lima hari Jendral menemani Nares di ruangan rawatnya. Dokter yang menangani Nares tak pernah absen memberikan kalimat penenang pada Jendral. Katanya, "Saudara Nares baik-baik aja, sebentar lagi pasti bangun."

Jendral tidak ingin berharap terlalu banyak dari perkataan itu yang pada akhirnya ia akan dikecawakan oleh ekspektasi dan harapannya sendiri. Namun, bukan berarti pula ia hanya berdiam diri tanpa usaha. Jika sebuah tindakan tidak bisa ia lakukan, maka jalur langit yang akan ia gapai.

Doa nya tak pernah putus untuk meminta kesembuhan atas adik-adiknya, karena saat ini memang hanya itulah yang ia butuhkan.

"Nares, Abang minta maaf,"

"Abang tau Nares pasti bosen denger Abang minta maaf terus setiap waktu."

"Tapi, Res, Abang kangen banget sama Nares, Abang sayang banget sama Nares, Abang cinta banget sama Nares. Nares nggak pernah, 'kan, denger kalimat semanis ini dari mulut Abang? kalo Nares sadar, pasti Nares langsung mukul kepala Abang pakai centong nasi."

"Res, kalo sekarang Nares lagi denger suara Abang, Abang mau bilang satu hal. Abang emang kecewa sama Nares karena Nares berani bohong sama Cendana terkait Bang Jun, Abang kalut tanpa tau gimana rasanya di posisi Nares. Abang cuma takut Cendana nggak bisa nerima kenyataan dan benci sama Nares karena kebohongan yang Nares ciptain sendiri."

Tentang 7 Anak Bapak [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang