Mingyu berhenti menghitung hari. Tak lagi ia menunggu kepulangan Wonwoo. Namun ia tetap percaya bahwa suatu saat nanti, seburuk apapun kondisinya, Wonwoo akan kembali padanya. Karena hanya kepercayaan itu yang bisa membuat Mingyu merasa lebih baik.
Sudah sejak seminggu yang lalu Mingyu kembali mengkonsumsi obat tidurnya. Dan hari ini ia baru saja kembali dari dokternya demi meminta resep obat baru. Ia berkata jika kondisi tidurnya perlahan membaik, karena itulah Mingyu melewatkan jadwal kontrolnya.
Setidaknya ia tidak berbohong.
"Halo?"
"Mingyu? Hari ini kau datang ke restoranku ya, kita makan malam bersama," suara Jisoo terdengar begitu riang diseberang sana.
"'Kan memang sudah rutinitasku untuk datang ke restoranmu kak," Mingyu menjawab dengan tawa kecilnya. Terdengar sumbang namun setidaknya Jisoo tak menaruh curiga padanya.
"Aku hanya mengingatkan," Jisoo terdengar berdecih. "Oke sana pergi bekerja lagi, aku tak peduli dengan adik sepupu yang tak sopan sepertimu."
Mingyu tertawa kecil setelah Jisoo memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Sebelum bus yang ia tumpangi bergerak dari halte tempatnya duduk, Mingyu mengirimkan pesan singkat pada Jisoo dengan isi pesan yang terdengar begitu konyol. Sebagai permintaan maaf pada pasangan sepupunya itu.
Senyum di wajah Mingyu perlahan luntur. Ia menatap ponselnya lamat-lamat. Kenapa ia tidak pernah meminta nomor Wonwoo, itulah pertanyaannya sepanjang perjalan tersebut. Meskipun Mingyu tak pernah melihat Wonwoo menggunakan ponsel bukan berarti Jeon itu tidak memiliki satu 'kan?
Jika Tuhan memberi kesempatan, hal pertama yang akan Mingyu lakukan adalah bertanya tentang nomor ponsel Wonwoo. Sehingga setidaknya ia bisa berkomunikasi pada Wonwoo. Bertanya dimana ia sekarang? Kenapa tidak pernah datang kembali? Apa ia sehat? Makan apa untuk makan malam nanti?
Apa kau tidak merindukanku?
✣✣✣
"Samchon!" seruan kakak beradik yang tak pernah terlihat lelah ini membuat Mingyu dapat tersenyum dengan tulus. Chan dan Sunwoo selalu membuatnya bahagia tanpa alasan. Meskipun sesekali sumber stress Mingyu adalah mereka berdua.
Tawa keduanya pecah ketika Mingyu mengangkat keduanya seperti mengangkat barang. Mendudukkan keduanya pada kursi panjang tempat keluarga kecil itu menghabiskan makanannya.
"Mana Papa dan Ayah?" tanya Mingyu pada keduanya. Bertanya keberadaan orang tua mereka.
"Membeli es krim," jawab Chan.
"Kalau Paman Seokmin dan Paman Jisoo?" tanya Mingyu lagi. Ia tidak menemukan keberadaan orang dewasa sesaat setelah memasuki restoran. Hanya dua anak kecil ini yang menyambutnya. Bukankah agak bahaya meninggalkan dua anak di restoran sendirian?
"Dapur!" Sunwoo yang pada dasarnya senang sekali berteriak menjawab dengan nada tertingginya. Membuat Chan harus mengusap-usap telinganya karena pengang, dan Mingyu sedikit mencubit bibir Sunwoo.
"Paman ke dapur sebentar, jangan keluar 'ya?" pesannya sebelum berlalu ke arah dapur. Dan hanya dijawab dengan anggukkan Chan dan juga gaya hormat militer dari Sunwoo.
Semakin ia berjalan mendekati dapur, Mingyu dapat mendengar suara Seokmin yang begitu khas. Berisik. Sedangkan Jisoo terdengar terus menerus mengatakan, tidak apa biar aku saja. Pasangan Lee-Hong itu memang begitu bertolak belakang. Namun uniknya, mereka bisa bertahan selama 3 tahun. Mungkin nanti Mingyu harus bertanya apa rahasia keawetan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
a man with spring in his smile || meanie || Seventeen
FanfictionPernahkah kalian bertemu dengan seseorang yang memiliki senyum sehangat musim semi? WARN : BXB; MXM; Minwon; Mature content not just for segg part; M-preg; and other(s). Inspired by "decision to leave"