CHAPTER 1 | 💔

32.4K 874 3
                                    

"Selamat pagi mas." Naila mengecup pipi Aksa tiba-tiba lalu memberikan senyum terbaik untuk suaminya.

Aksa tidak memberikan respon apapun, wajahnya datar dan tampak tidak peduli.

Sedangkan Naila yang melihat respon Aksa yang seperti itu tampak terbiasa dan dia hanya akan tersenyum singkat. Hampir tiga tahun perjalanan rumah tangga mereka seperti ini, tidak pernah ada kemajuan. Terkadang Naila merasa lelah dan ingin menyerah namun baginya pernikahan sesuatu yang tidak bisa dipermainkan.

"Mas hari ini kamu lembur lagi?" Kata Naila sambil menyediakan makanan untuk Aksa.

"Hm." Gumamnya singkat.

Diawal pernikahan mereka, Naila sering menangis karena sikap Aksa yang berubah. Sebelum menikah Aksa adalah orang yang sangat hangat, lembut, dan perhatian, sifatnya yang seperti itu yang akhirnya meluluhkan hatinya dan akhirnya menerima lamaran Aksa. Namun semua berubah setelah menikah.

Sepanjang perjalanan pernikahan mereka tidak jarang Naila menyalahkan dirinya akibat sikap Aksa yang seperti itu. Terkadang dia berfikir apa dia melakukan kesalahan yang membuat Aksa membenci nya? Jujur saja Naila tertekan dengan kondisi pernikahannya yang seperti ini.

Berkali-kali Naila mencoba membicarakannya dengan Aksa namun Aksa seakan menghindar dan berujung dengan memaki Naila.

"Kamu mau makan siang apa, mas?" Tanya Naila lembut.

"Terserah." Jawabnya singkat dan tampak malas.

"Kalau gurame asam-manis dan tumis brokoli gimana?"

"Aku bilang terserah ya terserah!" Aksa membanting sendoknya dengan kuat membuat Naila terkejut. "Kamu bikin nafsu makan aku hilang!"

"Maaf mas." Naila menunduk dan mengepalkan tangannya kuat menahan agar tidak menangis.

Jangan menangis, jangan menangis, jangan menangis. Naila membantin.

"Sudahlah! Aku pergi ke kantor saja!" Aksa bangkit dari duduknya dan mendorong kursi kasar. Dia berjalan mengambil tas nya dan berlalu keluar, saat akan keluar Aksa berhenti sejenak dan berbalik menatap Naila dengan tatapan yang sulit di jelaskan. Dia mengehela nafasnya dan melanjutkan jalannya.

Sedangkan Naila hanya mematung di tempatnya. Butuh waktu lama untuk mengembalikan kesadarannya. Seharusnya dia sudah kebal dengan perlakuan Aksa yang seperti ini namun entah mengapa dia masih saja menangis saat Aksa membentaknya.

"Aku juga manusia, mungkin suatu saat nanti jika aku sudah lelah aku akan pergi meninggalkan kamu, mas." Kata Naila serak dan terbata-bata.

~○°💔💔💔°○~

Pukul setengah dua belas siang Naila bersiap menuju ke kantor Aksa, dia melupakan sejenak kejadian tadi pagi. Bagaimanapun Aksa suaminya dan dia berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan Aksa, terlebih lagi makanan. Aksa memiliki riwayat maag akut jika sudah kambuh dia bisa sampai pingsan.

Sepanjang perjalanan, Naila berusaha tersenyum, dia tidak ingin membuat suaminya marah lagi hanya karena wajahnya yang sembab dan murung.

Sesampainya di kantor suami nya, Naila disambut oleh beberapa karyawan. Bahkan sekretaris pribadi Aksa sempat berpapasan dengan Naila. Gadis itu menyambut naila dengan ceria namun tetap sopan.

"Ibu sudah datang?" Katanya sopan dan tersenyum lembut. "Tapi bapak ada tamu."

"Ohh, gitu. Yaudah gapapa saya tunggu sampai bapak selesai." Jawab Naila dengan lembut.

"Ibu mau saya temani dulu?"

"Nggak usah, kamu istrihat aja."

"Yasudah kalau begitu saya istirahat dulu ya bu?" Pamitnya sopan.

"Ya, mari." Naila ikut tersenyum dan dia berjalan menuju lift.

Ruangan Aksa berada di lantai dua jadi tak perlu berlama-lama. Pintu Lift terbuka dan Naila segera berjalan keluar. Naila mendekat saat melihat pintu ruangan Aksa terbuka.

Aksa dengan seorang wanita yang duduk di kursi roda.

Namun seketika tubuh Naila menegang ketika mendengar bahkan melihat apa yang di hadapannya ini.

Hatinya remuk redam dan batinnya berteriak marah.

Sekarang dia mengerti mengapa Aksa seperti ini.

Naila meninggalkan tempat itu dengan hati nya yang hancur. Setelah hari ini semua akan berubah.

~○°💔💔💔°○~

TO BE CONTINUE

TIME TO LEAVE [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang