CHAPTER 2 | 💔

17.1K 780 5
                                    

"Aku ingin mengakhiri hubungan dan melupakan dendam ini. Maafkan aku Mira." Ucap Aksa bersungguh-sungguh.

"Kenapa? Apa karena aku cacat?" Wanita itu menatap Aksa dengan tatapan berkaca-kaca.

"Aku nggak bisa nyangkal perasaan aku lagi, aku jatuh dengan cintai Naila. Aku ingin memperbaiki rumah tangga ku."

"Kamu tega! Kamu jahat, Aksa!" Teriak wanita itu dan dia mulai menangis tersedu-sedu.

"Maafkan aku Mira. Naila wanita baik dan aku nggak mau menyia-nyiakan dia."

"Aku juga baik Aksa! Apa kamu lupa aku yang menemani kamu disaat-saat kamu terpuruk dulu?! Aku juga yang menemani kamu disaat kamu masih dibawah!" Mira tidak terkendali dia mengamuk dan mulai melempar barang yang ada di meja kerja Aksa.

"Aku minta maaf."

"Lalu bagaimana dengan aku? Kamu mau akhiri hubungan kita?! Apa kamu lupa dia yang buat aku jadi lumpuh seperti ini?!"

"Bukan Naila tapi mas Reno. Aku merasa bersalah sama Naila, dia nggak tau apa-apa tapi aku siksa dia." Aksa menjeda kata-katanya. "Lagipula, apa kamu lupa kamu juga mabuk di malam itu. Jadi kecelakaan itu bukan hanya salah mas Reno tapi salah kamu juga."

"Tetap saja! Mereka harus bertanggung jawab karena membuat aku jadi cacat seperti ini!"

"Sudah tiga tahun berlalu, kasihan Naila. Sudah saatnya kita akhiri dendam ini, aku mohon."

"Kalau kamu berani ninggalin aku demi wanita pembawa sial itu, aku akan bunuh diri Aksa! Aku nggak main-main!"

Aksa bergeming, dia bimbang sekarang. Di satu sisi ia ingin memperbaiki hubungan dan rumah tangganya dengan Naila namun di sisi lain ada Mira yang menjadi batu sandungan hubungan mereka. Mira orang yang nekat dan Aksa tidak mau menjadi alasan orang bunuh diri.

"Jangan bicara seperti itu, aku minta maaf, oke?" Katanya lembut dan memeluk tubuh Mira erat.

Sedangkan Naila yang telah mendengar semua nya hanya terdiam dan tidak memberikan ekspresi apapun.

Hatinya remuk redam dan batinnya berteriak marah.

Sekarang dia mengerti mengapa Aksa seperti ini.

Naila meninggalkan tempat itu dengan hati nya yang hancur. Setelah hari ini semua akan berubah.

Suatu hari nanti pasti aku yang akan pergi meninggalkan kamu.

~○°💔💔💔°○~

Pukul 08.00 Malam

Aksa masuk ke dalam rumah dengan kondisi gelap dan tidak ada orang, pria itu menghidupkan lampu dan duduk di meja makan seorang diri. Tidak biasanya Naila pulang malam, sekalipun dia telat pasti dia akan menghubungi Aksa.

Bahkan tadi siang Naila tidak datang untuk memberikan makan siang untuknya padahal Aksa sudah menunggu. Hal hasil hinggal sekarang ia kelaparan, untung saja tadi pagi Naila memberikannya obat jadi maag nya tidak kambuh.

Aksa mengeluarkan ponselnya dan mengecek riwayat pesan dan panggilan dari Naila, terakhir kali kemarin dan hari ini tidak ada pesan maupun panggilan dari Naila sama sekali.

Dengan penuh pertimbangan akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi Naila lebih dulu namun yang ia dapatkan hanya suara operator yang terus terdengar. Aksa terus berdecak kesal karena nomor Naila tidak aktif.

Hingga pukul setengah sepuluh malam suara mobil terdengar, Aksa segera keluar. Dia ingin marah pada Naila namun dia urungkan saat melihat wajah Naila yang sangat datar.

"Dari mana saja kamu?"

Naila tidak membalas dan melengos begitu saja seakan tidak melihat Aksa disana.

"Kamu nggak dengar? Hah?!"

Naila tetap tidak menggubris.

"Naila!!"

Naila menghentikan langkahnya dan berbalik untuk menatap Aksa dengan tatapan yang sulit dijelaskan dan itu membuat Aksa seketika bungkam dan tak berani bersuara lagi.

"Bisa nggak, nggak usah teriak-teriak?"
Aksa menjawab tapi melihat wajah Naila yang tidak bersahabat, Aksa mengurungkan niatnya.

Naila berjalan menuju dapur diikuti dengan Aksa yang mengekor dibelakangnya, sesampainya di dapur Aksa duduk, dia terus memperhatikan setiap pergerakan istrinya namun Naila tidak peduli dan menganggap tidak ada orang disana.

Naila membuka rantang yang masih terisi penuh dan sepertinya tidak tersentuh sama sekali, lalu dia membuang semua makanan itu ke dalam tempat sampah.

"Kenapa makanannya dibuang?" Tanya Aksa. Sebenarnya ia ingin bertanya mengapa Naila pulang membawa rantang berisi makanan sedangkan Naila tidak datang membawakannya makan siang.

"Kenapa? Aku tidak mau dan kamu pasti juga sudah makan, kan?"

Aksa membuang nafasnya pasrah. "Iyaa ..." Ucapnya lemas.

Padahal dia sangat lapar dan ingin memakan masakan Naila.

Setelah selesai mencuci piring, Naila berlalu ke kamar mereka, Naila ingin mandi dan segera tidur. Namun saat akan masuk ke dalam kamar mandi Aksa memeluk nya dari belakang dan menciumi lehernya.

"Mandi bareng, mas juga belum mandi."

Naila mencoba melepaskan pelukan Aksa namun pria itu justru semakin mengencangkan pelukannya.

"Mas pengen, Nai."

Naila terkejut namun ia berusaha menutupinya.

Untuk pertama kalinya semenjak menikah, Aksa meminta dan justru membuat Naila jijik.

Naila memutar matanya jengah. "Aku capek!" Dengan susah payah ia menghentakan tangan Aksa hingga saat terlepas Naila cepat-cepat masuk ke dalam kamar mandi dan menguncinya dari dalam.

"Naila!!!" Teriak Aksa dari luar dan terus menggedor-gedor pintu.

"Dasar pria nggak tau diri!" Naila berdecih sinis.

~○°💔💔💔°○~

TO BE CONTINUE

TIME TO LEAVE [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang