CHAPTER 18 | 💔

11.5K 499 18
                                    

Seminggu berlalu, hari ini Naila berniat mendaftarkan perceraiannya ke pengadilan bersama pengacaranya. Seminggu ini Aksa tak berhenti menghubunginya bahkan setiap hari pria itu datang walau hanya berujung pengusiran oleh ibunya.

Namun berbeda dari hari-hari sebelumnya, hari ini Aksa memboyong orang tuanya untuk datang ke rumah Naila. Sang ibu yang berniat untuk mengusir satu keluarga itu dihalangi oleh ayahnya yang tiba-tiba saja keluar dan justru menyuruh mereka untuk masuk.

"Biarkan mereka semua masuk!" Ucap sang ayah ketus.

Mereka semua duduk bersama di ruang tamu namun tidak ada sambutan baik. Naila yang sejak tadi berada di dalam kamar hendak keluar namun ucapan sang ayah yang menggelegar menyuruhnya untuk kembali masuk ke dalam kamar membuatnya sedikit takut.

"Masuk ke kamar!"

"Pa ..."

"Masuk ke kamar sekarang!"

"Naila masi istri Aksa, pa."

Ayah Naila berdecih sinis mendengar ucapan Aksa yang terdengar menjijikan di telinganya. "Istri yang kamu tipu habis-habisan."

Aksa diam, tak berani membantah.

"Pa ... bagaimanapun ini masalah rumah tangga aku. Aku harus duduk dan bicara, biar semua terselesaikan dengan baik." Ucap Naila lembut, dia tidak mungkin berdiam diri saja.

Dengan berat hati sang ayah membiarkan Naila ikut duduk bersama mereka.

Selama beberapa menit keadaan hening. Sebelum akhirnya ayah Naila bersuara untuk memecahkan keheningan.

"Kamu menantu yang saya banggakan, saya pikir kamu akan memberikan kebahagian untuk anak saya. Kenapa kamu tega sekali? Kamu meminta anak saya dengan baik-baik dan saya berikan. Tapi sekarang kamu mengembalikan anak saya dengan sangat buruk." Suara ayah Naila terdengar serak. Sebagai orang tua dia sangat terluka melihat anak perempuannya disakiti.

"Aksa nggak mau mengembalikan Naila, pa ..."

"Kalau kamu tidak mau mengembalikan anak saya, saya akan yang mengambil kembali anak saya."

"Aksa mohon pa jangan ambil Naila dari Aksa."

"Saya sangat kecewa. Kamu yang terlihat sangat baik ternyata sama saja dengan laki-laki brengsek diluar sana !"

"Aksa akui Aksa brengsek karena telah membohongi Naila. Tapi Aksa berani sumpah, Aksa sudah berhenti."

"Kamu berhenti karena sudah ketahuan kan?"

Aksa menggeleng kuat. "Jauh sebelum Naila tau Aksa sudah tidak lagi menghubungi wanita itu."

"Saya tetap tidak percaya, anda terlalu pintar mengelabui keluarga kami."

"Pa ..."

"Saya serahkan semua keputusan pada Naila, dia yang tau apa yang dia rasakan selama ini."

Dengan lugas Naila berkata, "Naila tetap pada keputusan awal, aku tetap ingin bercerai"

Aksa reflek meninggikan suaranya "Nai!"

"Diam kamu!"

Melihat kondisi mulai memanas, ibu mertuanya mencoba menenangkan kembali. Ibu mertuanya itu berpindah tempat dan duduk disampingnya lalu mengenggam tangannya dengan lembut.

"Nai ... kenapa selama ini nggak pernah bilang sama mama tentang kelakuan Aksa? Kalau kamu cerita pasti mama akan memarahi Aksa. Mama sedih dengan keputusan kamu, tapi mama lebih sedih lagi karena kamu tidak pernah cerita tentang keadaan kamu selama ini."

"Untuk apa aku bercerita? Aku beri tahu mama emang akan membuat aku akan di cintai?"

"Bukan seperti itu, Nai."

TIME TO LEAVE [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang