CHAPTER 21 | 💔

16.2K 489 26
                                    

Hola selamat membaca 👋
Jangan lupa vote yaa!

"Devan, berhenti disini aja." Kata Naila saat melihat mobil Aksa terpakir di depan rumah orang tuanya.

"Kenapa mbak?" Tanya Devan keheranan, sebab Naila minta turun dengan jarak yang masih cukup jauh dari rumahnya.

"Itu mobil Aksa" Ucap Naila seraya menunjuk mobil sedan mewah berwarna putih yang terparkir di depan rumahnya.

"Terus kenapa harus berhenti disini?"

"Itu Aksa."

"Iya aku tau itu Aksa, calon mantan suami mbak, terus kenapa?" Tanya Devan dengan santainya.

"Kamu mau ada keributan lagi kayak waktu itu?"

"Oh" Ucap Devan santai. "Terus mau gimana?"

"Aku turun disini aja." Kata Naila, ia turun dari motor lalu membuka helmnya dengan dibantu Devan.

"Nggak papa turun disini?" Tanyanya Devan lembut.

"Nggak papa." Naila mengangguk dan tersenyum kecil untuk meyakinkan Devan. "Tapi aku telfon papa dulu biar keluar."

"Rumah mbak lampunya mati loh, ada orang dirumah nggak?" Ucap Devan sambil berdiri untuk mengintip-intip.

"Hm ..." Gumam Naila yang sepertinya juga tidak yakin.

"Tuhkan sama aja ... udah aku antar aja sampe masuk ke dalam rumah."

"Jangan ..." Naila mencegat, dia masih sangat ingat bagaimana Aksa memukul Devan dengan membabi buta waktu itu dan Naila tidak mau hal seperti itu terulang kembali.

"Mbak takut ketemu sama dia?"

Naila menggeleng.

"Terus kenapa harus di jemput di luar ?"

"Males debat sama dia."

"Yaudah, aku tunggu sampe orang tua mbak keluar."

Naila menggangguk, ia mengeluarkan ponselnya untuk menelpon ayahnya.

"Pa ..."

"Iya, Nai?"

"Papa sama mama di rumah kan?"

"Iya di rumah, ada apa?"

Naila menghela napasnya lega. "Bisa jemput aku diluar? ada mas Aksa."

Terdengar suara ayahnya yang berdecak kesal. "Dia sudah dua jam diluar, meraung-raung kayak orang gila. Sudah di usir tapi tetap nggak pulang juga jadinya papa matiin aja lampu depan."

"Dua jam?"

"Iya. Kamu mau di jemput dimana?"

"Di depan pa, dari tadi Naila berdiri di depan rumah cokelat."

"Yasudah kalau gitu papa turun."

"Iya pa"

Naila mematikan sambungan telfonnya lalu memasukan kembali ponselnya ke dalam tas, ia menatap Devan seraya mengucapkan terimakasih kepada laki-laki itu karena sudah mau mengantarnya sampai rumah.

"Papa aku udah turun, thankyou ya Devan." Ucapnya dengan tulus.

"Aku tunggu sampai papanya mbak keliatan baru aku cabut."

"Nggak papa, aku tunggu sendiri --"

"Aku tunggu." Ucapnya bulat tak terbantahkan dan akhirnya Naila memilih untuk mengikuti ucapan Devan.

Selang beberapa menit ponsel Naila kembali berbunyi, Naila melihat ayahnya kembali menelpon. Dari dalam panggilan terdengar juga suara Aksa yang tengah memohon untuk bertemu dengannya.

"Kamu dimana? Masuk sekarang." Kata ayahnya kemudian panggilan dimatikan lagi.

"Papa ku sudah turun. Sekali lagi terima kasih." Kata Naila seraya tersenyum canggung.

Devan hanya mengangguk namun tidak melakukan pergerakan apapun.

"Kamu nggak pulang?" Tanya Naila

"Aku tunggu sampe mbak masuk."

"Oke." Naila mengangguk dan mengangkat sebelah tangannya kaku. "Dah, hati-hati di jalan."

Devan mengangguk dan hanya terus menatap Naila hingga wanita itu menghilang dari pandangannya.

Beberapa menit berlalu, Devan dengan setia menunggu disana, memantau keadaan sampai Naila benar-benar aman masuk ke dalam rumah. Namun tak berapa lama terdengar suara gaduh dari arah rumah Naila, dengan sigap Devan menghidupkan motornya, melaju melewati rumah Naila dan berhenti tak jauh dari sana untuk memastikan keadaan.

"Kamu ngapain disini?"

"Nai? Akhirnya kamu pulang."

Naila mengamati Aksa seksama, pria itu sempoyongan dan tercium bau alkohol yang menyengat dari tubuh Aksa. "Kamu mabuk mas?"

"Nai, kita pulang ya sayang, mas kangen sama kamu." Racau Aksa seraya mendekat dan ingin memeluk Naila. Namun dengan cekatan sang ayah menghalau dan menghempas Aksa hingga jatuh ke lantai.

Devan yang melihat kejadian itu reflek turun dari motornya, namun untung saja dia cepat tersadar dan tidak jadi datang kesana.

"Naila cepat masuk!" Ucap ayah pada Naila.

Naila dengan cepat berlari masuk ke dalam rumah.

"Nai, mas masih suami kamu!" Teriak Aksa. "Keluar! Ayo pulang!"

"Manusia gila!" Ayah Naila menarik baju Aksa dan mendorong nya keluar dari halaman rumah mereka. "Pergi!"

"Pa !!!" Aksa mengusap mulutnya marah.

"Saya bukan lagi mertua kamu! Saya gasudi punya menantu suka main perempuan!"

"Akhhh!!!" Teriak Aksa seraya memukul-mukulinya dirinya sendiri.

Beberapa saat berlalu, pertengkaran masi terdengar namun semakin memelan karena ayah Naila turut masuk dan mengunci seluruh rumahnya, hanya tinggal Aksa yang masi meraung-raung sendirian di halaman.

Sedangkan Devan menghidupkan motornya lalu melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang bercampur.

"Akhh ngapain sih, dia masi istri orang goblok."


~○°💔💔💔°○~

TO BE CONTINUE

Vote! Vote! Vote!

TIME TO LEAVE [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang