CHAPTER 20 | 💔

10.2K 373 3
                                    

Vote! Vote! Vote!
Give me vote! 🫣

"Jadi beneran cerai?" Kata Devan yang tiba-tiba duduk dihadapan Naila dan Della.

"Kamu bisa diam nggak? Kamu ngapain kesini sih?"

Devan mengedikan bahu lalu meletakan bawaannya diatas meja. "Diminta nenek antar ini."

"Sudah kan? sana pulang."

"Emang aku kurir, habis antar terus diusir." Devan menjeda ucapannya untuk mengambil cemilan diatas meja. "Aku juga tamu loh mbak, jamu aku dengan makanan. Nggak sopan, tamu datang nggak di jamu."

"Orang gila."

"Cepat aku lapar mbak, tadi belum sempat makan kesini." Ucap Devan yang sebenernya hanya untuk pengalihan saja.

"Ambil sendiri sana!"

"Aku tamu--"

"Heuhhh!! Merusak suasana aja." Kesal Della. "Sebentar ya Nai, aku urusin orang gila ini dulu." Izinnya yang mendapat anggukan dan senyum kecil dari Naila.

Devan menatap Naila lamat-lamat. "Beneran cerai, mbak?" Ucapnya pelan namun masi terdengar oleh Della.

"Devan!!" Geram Della dari arah dapur.

"Aku cuman tanya"

"Pertanyaan mu nggak bermutu"

"Sepertinya beneran cerai." Devan menghela nafasnya. "Bukan karena aku antar mbak Naila waktu itu kan?"

Naila menggeleng. "Memang sudah berunding pisah sejak lama."

Devan berdeham pelan namun detik kemudian suaranya terdengar lembut mengucapkan dukungan untuk Naila. "Tetap semangat ya mbak."

"Terima kasih"

Devan mengangguk lalu berdiri meninggalkan Naila yang keheranan dengan tingkahnya yang aneh.

Ia berjalan dan mengambil piring dari tangan Della kemudian dibawanya kembali ke dalam dapur. "Aku makan di dapur aja."

Della memejamkan matanya sejenak untuk menahan rasa kesalnya pada Devan. "Sabar ..." ucapnya untuk dirinya sendiri.

Beberapa saat keadaan cukup hening, hanya suara samar-samar dari suara Naila dan Della yang tengah bercerita, hingga keduanya terkejut saat tiba-tiba Devan datang kembali dan berdiri agak jauh dari mereka.

"Ishh kamu ngagetin kita aja."

"Aku kira kalian tidur" Katanya. "Lagian kenapa bisik-bisik kayak bakal ada yang denger aja."

Della memutar matanya sebal. "Kamu?"

"Nggak minat dengerin obrolan kalian."

"Terus tadi kenapa kepo?"

"Nggak kepo" Jawab Devan datar.

"Terus?"

"Terus sekarang aku ngantuk, mau tidur" Ucapnya santai.

Della berbalik dan melotot kearah Devan "Kamu nggak pulang?" Pekiknya kesal.

"Tunggu mbak Naila pulang"

"Kenapa harus tunggu Naila pulang?"

"Biar sekalian." Kata Devan sambil berjalan menaiki tangga. "Aku tidur diatas, kalau mau pulang panggil aku aja."

"Nggak ada yang nyuruh kamu antar Naila." Teriak Della dari bawah. "Devann!!"

"Brisik mbak, jangan teriak-teriak."

"Kenapa sih dia hari ini ngeselin banget" umpat Della. "Liat aja, nanti suami ku pulang aku aduin dia."

~○°💔💔💔°○~

Waktu menunjukan pukul tujuh saat Naila meminta izin pulang pada Della, sebelum pulang Naila menyempatkan ke toilet untuk membasuh wajahnya yang terlihat sayu.

Dari atas turun Devan dengan wajah bangun tidurnya. "Mbak Naila kemana?" Tanya Devan dengan suara serak.

"Udah pulang"

"Mbak nggak dengar tadi aku bilang apa?" Ucap Devan dengan suara yang sedikit meninggi.

Della yang sedang merapihkan meja seketika berhenti bergerak saat mendengar nada bicara Devan yang meninggi. "Apa?"

"Tadi kan aku bilang bangunin aku kalau mbak Naila mau pulang."

"Kenapa kamu jadi sensi?" Tanya Della tak kalah ketus.

Devan yang mendadak suasana hatinya menjadi tidak baik dan merasa kesal memilih untuk tidak melanjutkan ucapannya, ia hendak pergi pulang namun bersamaan dengan itu Naila muncul dari dalam kamar mandi ruang tamu.

Devan berdiri kaku, keduanya saling menatap hingga beberapa detik sebelum akhirnya Devan memutus tatapan dan bergerak salah tingkah.

"Naila nggak pulang." Ucap Della memecah ketegangan antara keduanya.

Devan berdeham kaku "Sorry, mbak."

"Baru turun udah marah-marah, gajelas ..." Gerutu Della seorang diri namun terdengar oleh Devan dan Naila.

Devan menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal sembari memasang senyum kikuk. "Belum pulang mbak?"

Naila menggeleng. "Baru mau pulang sekarang."

Devan menganggukan kepalanya dan tersenyum lagi. "Aku antar?"

"Gapapa, aku bisa---"

Sela Devan. "Aku antar aja, sudah malam"

Naila terkekeh lalu tersenyum pada Devan. "Yasudah kalau gitu."

Devan dan Naila sama-sama melemparkan senyumnya dan Della yang melihat, menatap keduanya bergantian, suasana ini terasa sangat aneh baginya.

"kalian kenapa jadi kayak orang kasmaran gini sihh ...?"

Devan dan Naila yang tengah tersenyum, ikut tersadar dan keduanya langsung menghapuskan senyum. Keduanya terlihat malu-malu dan jadi salah tingkah.

"Aku ambil jaket dulu." Kata Devan terbata-bata lalu lari keatas untuk menutupi jantungnya yang berdebar.

Naila juga tak kalah malu, pipinya terasa bersemu merah dan karena takut Della melihat, Naila memilih menunggu diluar. "Aku tunggu diluar aja deh."

~○°💔💔💔°○~

TO BE CONTINUE

Jangan lupa Vote dan Commentnya yaa 🤗

TIME TO LEAVE [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang