CHAPTER 15 | 💔

11.9K 500 41
                                    

Budayakan follow dan vote sebelum membaca!

VOTE! VOTE! VOTE!

Sepanjang hari ini dihabiskannya hanya untuk duduk merenung, menyorot kilas balik apa saja yang telah terjadi selama tiga tahun kebelakang. Bahkan, hanya sekedar membubuhkan tanda tangan di selembar kertas tak juga dilakukan.

Sekelebat ingatan terus bermunculan yang membuatnya tak berhenti merutuki kebodohannya selama ini. Banyak kesempatan yang tersia-siakan dan kali ini kesempatan untuknya telah habis.

Aksa kembali berfikir mengapa dia sangat bodoh dalam hal mencintai ataupun dicintai. Selama ini hidupnya berjalan dengan sangat baik bahkan hampir sempurna. Semuanya dapat dimiliki dengan mudah hanya saja dia terlalu bodoh dalam hal memahami apa itu cinta.

Tapi benar apa kata orang, tidak ada yang benar-benar sempurna di dunia ini, semuanya pasti memiliki cacat dan celah. Begitu juga dengan Aksa.

Untuk yang kesekian kalinya pria itu mengehembuskan nafas. Wajahnya kuyu dan terlihat sangat frustasi. Hari ini rencananya dia akan pulang setelah 2 minggu melarikan diri tanpa kabar. Dia memang pengecut, pergi karena tidak bisa menyelesaikan masalah yang dibuatnya sendiri.

Pukul empat tepat, Aksa meninggalkan kantor tanpa mengerjakan apapun hari ini padahal semua operasional perusahaan bergantung padanya. Namun inilah hirarki kekuasaan, yang diatas akan berlaku semaunya, dan yang dibawah hanya diam tak berkutik.

Dalam perjalanan pulang, Aksa mencoba menghubungi Naila namun hanya suara operator yang selalu terdengar. Berulang kali dia menelpon tapi tetap tidak mendapat jawaban sampai tak terasa bahwa dia telah sampai pekarangan rumah.

Rumahnya gelap menandakan Naila belum sampai rumah. Dilihat jam ditangannya yang menunjukan pukul lima kurang lima belas menit, tentu saja Naila belum pulang. Terpaksa Aksa harus menunggu di teras karena kuncinya tertinggal.

Hampir tiga jam menunggu namun tidak ada tanda-tanda Naila pulang. Aksa bersepakat jika setengah jam lagi Naila tak juga datang, dia akan menyusul ke kantornya. Namun tak berselang lama sebuah motor dengan suara menggelegar berhenti tepat di depan rumah mereka.

Aksa berdiri dan langsung melihat keluar. Ternyata Naila dengan seorang laki-laki, keduanya terlihat cukup akrab. Dengan emosi yang memuncak Aksa menghampiri keduanya dan langsung memberikan pukulan telak hingga membuat laki-laki itu jatuh.

"Mas ..." Teriak Naila, dia benar-benar terkejut melihat Aksa yang datang-datang langsung memukul Devan.

Aksa tak berhenti bahkan semakin memukul dengan membabi buta hingga rasa-rasanya Devan akan mati jika tidak segera dihentikan.

"Mas berhenti ..."

"Aku nunggu berjam-jam tapi malah liat istri aku pulang diantar laki-laki lain." Geram Aksa ditengah-tengah pukulannya. Dia terus menyerang tanpa henti.

"Berhenti!"

"Aku nggak akan berhenti sampai selingkuhan kamu ini mati!"

"Kalau kamu nggak berhenti, aku bakal pergi dari rumah!" Ancam Naila yang membuat Aksa seketika berhenti.

Dengan nafas yang masi menggebu-gebu, Aksa memberhenti memukul. Dia berdecih sinis mendengar ancaman Naila.

"Lo tau nggak dia udah punya suami?"

"Gue cuman disuru antar mbak Naila pulang karena sudah malam!" Ucap Devan lalu meludahkan darah dari bibirnya.

"Gua nggak tanya siapa yang nyuruh lo nganter istri gue." Teriak Aksa dihadapan Devan.

"Gua juga nggak peduli mbak Naila udah punya suami atau nggak, karena itu nggak ada urusannya sama gue!" Devan menghempaskan cengkraman tangan Aksa dari kerah bajunya.

TIME TO LEAVE [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang