CHAPTER 26 | 💔

4.3K 161 6
                                    

Devan mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku berani sumpah aku nggak tidur sama dia, aku nggak melakukan apapun, please... percaya sama aku. Aku pasti dijebak."

Brengsek!

Naila tampar pipi Devan hingga memerah. Setelah dia menikmatinya, dia bilang tidak sadar dan tidak melakukan apa-apa.

"Kamu ingat janji kamu apa? Kamu bakal ngabarin aku, tapi apa? Kamu sama sekali nggak ngabarin aku. Aku tungguin kamu semalaman, aku takut kamu kenapa- napa tapi ternyata kamu lagi enak-enakan sama wanita lain. Seenteng itu kamu rusak kepercayaan aku."

"Aku nggak pernah tidur sama dia!" Devan balas menyentak, lalu mengendurkan lagi wajahnya yang mengeras. "Aku nggak pernah ngapa- ngapain, Naila."

Naila melengos saat merasakan setetes air mata jatuh. Devan yang brengsek, dia yang harus menyesal. Bukan Naila. Naila menyentuh pinggiran pintu erat-erat saat Devan mencoba mendorongnya agar bisa masuk. Tidak ada tempat lagi buat pria itu. Semuanya selesai, karena ulahnya sendiri.

"Naila, please... percaya sama aku."

Naila menggeleng pelan. "Kamu sudah rusak kepercayaan aku, kamu ingkari janji kamu dan sekarang aku nggak peduli."

"Naila... aku mohon."

"Aku tetap mau putus," ujar Naila dengan suara gemetar. Ada yang menyesaki dada hingga rasanya Naila kesulitan bernapas.

"Nai..."

"Pulang. Jangan pernah datang ke sini lagi." Naila menampik tangan Devan yang berusaha menyentuh Naila.

Namun rupanya pria itu memaksa kali ini, dan sekarang Devan menarik tangan Naila dan mundur ke belakang. "Pulang, Devan! Aku bilang pulang!"

"Nai-."

"Jangan sentuh aku" Naila mundur dari jangkauan Devan

"Tapi besok aku datang lagi," kata Devan tak rela. Naila menggeleng, besok atau kapan pun Naila tidak akan membukakan pintu untuknya.

"Nai, kasih aku kesempatan sekali lagi untuk ngejelasin semuanya. Aku nggak mau kita putus begitu saja" pintanya memohon.

Naila enggan menatap Devan, maka ditutup pintu agak keras di depan wajah Devan dan menguncinya.

Selama beberapa saat sama sekali tidak terdengar apa pun, lalu suara motor Devan terdengar berbunyi dan menjauh. Naila masih diam di tempat setelah Devan menghilang beberapa lama.

Devan sudah mengkhianati kepercayaannya. Devan yang ia pikir dapat menyembuhkan luka hatinya setelah pengkhianatan justru memberikan luka yang sama seperti apa yang Aksa berikan padanya.

Naila menarik napas panjang, lalu mengeluarkan secara perlahan. Devan sudah pergi. Naila yang menyuruhnya pergi dan tidak akan menerimanya lagi. Tetapi kenapa ia yang harus merasa kesakitan seperti ini.

Naila ingat lagi saat dimana Devan selalu memberikan perhatian disaat Aksa tidak pernah memberikan perhatian untuknya, Devan yang selalu mendengar keluh-kesahnya dan selalu menyemangatinya disaat Naila sangat ingin menyerah dengan keadaan.

Devan memperlakukan Naila dengan sangat baik. yang selalu memperlakukannya layaknya seorang putri. Devan juga yang membuatnya kembali percaya bahwa ia layak untuk dicintai.
Akan tetapi, kemarin malam Devan sudah mengkhianati kepercayaannya dan mengingkari semua janjinya.

Naila harap semua ini hanya mimpi dan saat ia terbangun semua akan menghilang. Devan tidak pernah melakukan itu. Devan tidak akan pernah membiarkan tubuhnya disentuh perempuan lain.
Akan tetapi ternyata semua itu salah karena Devan benar-benar sudah membiarkan tubuhnya disentuh perempuan lain.

Naila berjanji akan menutup pintu untuknya, sampai kapan pun. Tidak akan ada ruang untuk Devan. Naila akan melupakan Devan seperti Naila melupakan Aksa.

~○°💔💔💔°○~

TO BE CONTINUE

Vote! Vote! Vote! Biar aku lebih semangat!

TIME TO LEAVE [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang