CHAPTER | 23 💔

5.1K 155 4
                                    

Tiga bulan kemudian

Naila menjalani kehidupannya seperti biasa, selepas liburan tiga bulan lalu kehidupannya terasa lebih positif, ia pun sudah kembali bekerja di sebuah perusahaan baru dengan posisi yang sesuai dengan passion-nya. Liburan yang singkat namun membawa dampak besar untuk hidupnya, bahkan sekarang diakhir pekan Naila lebih sering menghabiskan waktunya untuk mendatangi panti asuhan. Sekarang Naila bisa melihat dunia dengan perspektif yang berbeda, ia jauh lebih menyukai kehidupannya yang sekarang dibanding dulu.

Seusai pulang bekerja Naila kembali dijemput oleh Devan, semakin hari hubungan keduanya semakin intens dan seperti biasa sebelum pulang mereka akan makan bersama, berbagi cerita dan keluh kesah tentang hari yang mereka jalani. Berbagi cerita dengan Devan telah menjadi rutinitas penting bagi Naila.

Devan melihat kearah pergelangan tangan Naila, melihat kearah gelang yang Naila kenakan.

Sepulang dari liburan tiga bulan lalu, Naila selalu mengenakan gelang itu padahal sebelumnya ia tidak pernah menggunakan aksesoris selain anting. Naila adalah orang yang simple dan minimalis.

Devan mengambil tangan Naila dan melihat gelang tersebut, ia mengamati dengan seksama dan menyadari bahwa gelang yang digunakan Naila merupakan gelang couple karena ada bandulan berbentuk hati setengah.

"Kamu kayaknya pakai gelang ini terus, beli?" tanya Devan ia berusaha menyembunyikan kecemburuannya. Ia tidak memilik hak untuk marah.

Naila menggeleng. "Dari teman."

Devan melepaskan tangan Naila begitu saja.

"Laki-laki atau perempuan?" tanya-nya dengan serius.

"Laki-laki, kayaknya aku pernah bilang sama kamu."

"Kamu tau gelang yang kamu pakai itu gelang couple?"

Naila membelalakan matanya dan menggeleng.

"Jujur aku gatau, aku kira ini hanya gelang persahabatan."

"Yakin nggak tau?"

Naila mengangguk. "Beneran nggak tau."

"Kamu beneran hanya teman dengan dia?"

Naila terlihat terkejut. "Ehh?" jawabnya salah tingkah.

Devan mengalihkan pandangannya dari Naila, menutupi wajahnya yang memerah akibat rasa kesal dan cemburu yang membakar hati dan kepalanya. "Apa yang terjadi disana sebenarnya?"

Naila menggeleng. "Dia confess soal perasaannya sama aku, tapi itu hanya confess, dia nggak berharap apapun."

"Dan kamu percaya?"

"Kami hanya sekedar berteman." ucap Naila meyakinkan Devan.

Devan tertawa marah. "Teman tapi kasih gelang couple?" ucapnya kesal. "Nggak gitu."

"Kita awalnya juga berteman tapi sekarang aku suka sama kamu. Dan dia juga akan seperti itu, nggak ada pertemanan yang murni antara laki-laki dan perempuan." ucap Devan lugas, ia tidak peduli dengan apa yang dia katakan.

Naila menelan ludahnya dengan susah payah karena ucapan Devan yang begitu terang-terangan.

"Seharunya kamu sudah lebih pengalaman soal cinta tapi kenapa masih aja nggak bisa bedain."
Devan mengambil tangan Naila lagi, melepaskan gelang itu dari tangan Naila dan menyitanya.

"Gelang ini aku sita."

Naila terdiam saat Devan mengambil gelang itu dan memasukannya ke dalam saku celana, ia tidak bisa memberikan sanggahan apapun.

Devan menggandeng tangan Naila dengan posesif. "Kita pulang aja, aku sudah ga nafsu makan."

Naila hanya mengangguk dan mengikut langkah Devan tanpa berniat melepaskan pegangan tangan Devan. Selama di mobil Devan terus terdiam sampai akhirnya dengan tiba-tiba Devan memberhentikan mobil dipinggir jalan.

TIME TO LEAVE [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang