Dua Puluh

147 23 0
                                    

"Hati-hati, Hannie... Kita tidak ingin menciptakan kecelakaan yang baru hari ini..."

Yoongi membantu melepas penyangga leher yang sudah sejak empat hari lalu bertengger manis di leher Jeonghan.

Jeonghan meringis, melepas penyangga sialan itu dan melemparkannya begitu saja. Ia mencoba menggerakkan kepala dan tidak ada yang terjadi setelahnya. Lehernya benar-benar pulih!

Yuqi dan Hoshi juga sudah kembali ke sekolah. Mereka memakai pakaian hangat, salju masih turun meskipun hari itu jauh lebih hangat dari hari kemarin.

Yoongi mengantar Jeonghan ke sekolah. Dia bersikeras mengantarnya sampai depan ruang administrasi, memastikan Jeonghan benar-benar aman dan tidak menyebabkan kecelakaan yang lain.

"Bagaimana kabarmu, eh?! Cidera leher... Itu hebat!" Suara itik meleter Hoshi telah kembali. Hari ini dia tidak membawa makanan ringan apapun di dalam saku celana atau saku mantel atau bahkan di dalam mulutnya. Itu membuat Jeonghan tertawa.

Pagi itu Jeonghan memiliki waktu kosong dua jam. Ia dan Yuqi mengantar Hoshi masuk ke kelasnya. Dia mengerucutkan bibir, berkata betapa tidak adil dunia ini. Yuqi tertawa terbahak mendengarnya.

"Euwh... Dia benar-benar merusak pemandangan!" Jeonghan dan Yuqi memutar tubuh, mendapati Park Jihyo dan minion-minionnya berjalan dengan dagu terangkat. Jihyo memakai jaket sport berwarna hitam dari brand terkenal berharga mahal, rambutnya diikat tinggi menampilkan tengkuk eksotisnya.

Nayeon mengepang rambutnya di kedua sisi kepala. Dia tidak jauh berbeda dari Jihyo. Sementara minion-minion lainnya berada di belakang mereka berdua, tertawa seperti orang bodoh.

"Maaf?! Apa maksudnya itu?!" Yuqi maju satu langkah. Jeonghan berusaha menahannya tapi Yuqi menyingkirkan lengannya.

"Oopsie... Rekan penyihirnya membela dia. Ckckck..." Nayeon menggoyangkan telunjuknya dengan gaya menyebalkan.

"Berhenti menyebut Jeonghan seperti itu hanya karena Seungcheol menolakmu."

Senyum Jihyo menghilang dari wajahnya. "Apa maksudmu?!"

"Oh yang benar saja! Semua orang juga tahu kalau dia mengabaikanmu. Dia bahkan tidak memberimu kesempatan sedikitpun." Yuqi tertawa genit yang sangat dibuat-buat. Suara tawanya melengking, membuat Jeonghan terpana karena tawanya terdengar sangat mirip dengan suara melengking Nayeon.

"Jangan membuatku tertawa! Seungcheol bahkan tidak serius dengan cewek jelek itu," Jihyo mengedikkan kepala ke arah Jeonghan. "Tidak ada yang pernah menolakku, bahkan Seungcheol sekalipun." Jeonghan terkesan dengan Park Jihyo, bahkan disaat Yuqi berhasil menamparnya dengan kalimatnya, dia tidak mundur sedikitpun. Meskipun suaranya terdengar sedikit bergetar. "Aku yang mencampakkan dia, setelah kami menghabiskan malam panas bersama."

Minion-minion di belakang Jihyo bertepuk tangan. Bahkan suara tawa mereka jauh lebih keras dari sebelumnya. Jeonghan menoleh ke arah Yuqi, meminta bantuannya. Yuqi tampak terkejut tapi senyuman tidak hilang dari wajahnya yang cantik.

"Oh, yang benar?! Kalian menghabiskan malam yang panas bersama?! Kalau begitu, biar kutanya satu hal... Dimana letak tato pohon zaitun milik Seungcheol?!"

Semua orang tampak nyaris menjatuhkan rahang masing-masing mendengar pertanyaan Yuqi. Termasuk Jeonghan. Ia meraih tangannya, meminta jawaban atas apa yang baru saja Yuqi ucapkan.

Park Jihyo tampak kalah. Dia membuka dan menutup mulutnya seperti ikan dan maju satu langkah. Dia tampak siap menghabisi Yuqi saat itu juga. Jeonghan maju dan berdiri di depan Yuqi dan semua minion di belakang Jihyo menahan lengannya.

"Tampak jelas kalau kau baru saja membual..." Dengan satu tawa genit terakhir Yuqi menarik lengan Jeonghan dan menariknya masuk ke dalam kelas kosong terdekat.

Jeonghan mencoba mengatur napasnya sendiri, menghitung dalam hati. Yuqi tidak bisa berhenti tertawa dan begitu Jeonghan bertanya apa maksud kalimatnya tadi, tawa Yuqi meledak seketika.

"Apa kau tidak lihat bagaimana wajah mereka tadi?!"

"Aku tahu," jawab Jeonghan cepat. "Tapi bukan itu... Apa maksudnya dengan tato pohon zaitun?!"

Yuqi menepuk keningnya sendiri. Seringai muncul di wajah cantiknya membuat Jeonghan ingin melemparnya dengan sesuatu. "Yah... Jangan salah paham dulu. Tapi bukan salahku kalau tidak sengaja melihatnya. Salahkan pacarmu sendiri."

"Maksudnya?!"

"Tsk... Seungcheol pernah melepas kaos olahraganya di belakang lapangan sekolah. Aku sedang mengerjakan tugas kalkulus tidak jauh dari tempatnya. Dia pikir mungkin lapangan waktu itu benar-benar sepi. Tapi nyatanya tidak. Dan... Aku benar-benar melihat tato pohon zaitunnya. Tepat di bawah tengkuk." Kedua mata Jeonghan menyipit sementara otaknya bekerja. Seungcheol membuat tato?! Apa Mr. Dan Mrs. Choi tahu soal itu?! "Dan hanya aku yang tahu soal ini. Kau jangan berpikir macam-macam... Aku hanya suka Lucas," Yuqi menambahkan.

Jeonghan tidak bisa berkonsentrasi pada kelas selanjutnya. Membuat kesimpulan yang salah pada pelajaran biologi, menggunakan rumus yang salah di kelas trigono, menumpahkan air minum dari dalam botol ketika pelajaran sejarah sedang berlangsung, bahkan harus menahan malu ketika Mrs. Jane berteriak padanya karena dia tidak mendengarkan penjelasan di depan kelas.

Bel pulang berbunyi. Jeonghan beranjak dari kursi kelas dengan lesu. Hari ini dia benar-benar kacau, semua hal terasa menguras emosi dan tenaganya. Rasanya seperti dia datang bulan lebih awal.

Seungcheol menunggunya di depan mobil. Dia bersandar pada kap mobil, kepalanya menunduk sibuk memperhatikan sneakers putih yang dia pakai. Dia mengangkat wajah ketika mendengar langkah kaki Jeonghan mendekat dan senyuman miring muncul di wajahnya.

"Hai..." Jeonghan menyapanya dengan tidak bersemangat. Jeonghan tahu Seungcheol mengerutkan kening dan bahkan mungkin ingin bertanya apa yang terjadi, tapi ia terlalu malas untuk menjelaskan.

Seungcheol masuk ke dalam mobil lebih dulu dan duduk di belakang kemudi. Jeonghan menyusulnya, membuka pintu belakang dan duduk di kursi penumpang. Seungcheol memutar kepalanya cepat, kerutan masih berada di keningnya.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Apa?!"

"Duduk di situ... Apa yang kau lakukan?"

"Tidak ada..."

"Kau sedang dalam mood yang buruk?" Jeonghan menggeleng. "Datang bulan?" Jeonghan kembali menggeleng. "Seseorang baru saja mencari masalah denganmu?" Jeonghan kembali menggeleng. "Kalau begitu duduk lah di tempat biasanya." Seungcheol menunjuk kursi penumpang di sebelahnya dan Jeonghan kembali menggelengkan kepala. "Tsk..." Seungcheol melepas sabuk pengaman, bergegas keluar dari dalam mobil. Tindakannya membuat Jeonghan bingung. Kemudian tanpa sepatah kata Seungcheol membuka pintu belakang mobil dan menggendong Jeonghan begitu saja. Benar-benar menggendongnya, membuka pintu penumpang depan dan mendudukkan Jeonghan di sana. Dia bahkan memasangkan sabuk untuk Jeonghan. "Nah... Tempatmu di sini." Seungcheol berjalan cepat menuju kursi pengemudi dan memasang sabuk untuknya sendiri. Jeonghan masih terlalu terkejut hingga tidak bisa berkomentar apapun. SUV milik Seungcheol melaju perlahan menginjak aspal menjauhi lapangan parkir sekolah.

HEAVEN'S CLOUD | JEONGCHEOL (END)Where stories live. Discover now