Jeonghan terbangun pukul lima keesokan paginya karena bersin-bersin hebat. Cahaya kekuningan dari lampu penerangan jalan menembus masuk melalui tirai yang sedikit tersingkap.
Yoongi baru saja selesai berjaga di IGD. Dia duduk di sofa, masih memakai scrub dan secangkir teh berada dalam genggamannya. Yoongi mengangkat kepala saat Jeonghan ikut bergabung dengannya di sofa. Sialan bersinku yang tidak mau berhenti ini. Batin Jeonghan.
"Aku tidak apa," ucap Jeonghan lebih dulu. "Ini lebih seperti debu kuning." Ketika di Gold Coast dulu, Jeonghan selalu mengalami masalah dengan saluran pernapasannya. Hidungnya akan tersumbat dan dia akan terus-menerus bersin hebat karena debu kuning atau serbuk bunga ketika musim semi. Mengingat Gold Coast membuatnya rindu musim semi dan musim panas di sana! Ia rindu suara kerikil ketika ia berjalan dan rindu warna kulit cokelatnya ketika musim panas. Di sini, di West Coast, Jeonghan tidak bisa membedakan kapan musim semi, musim panas, ataupun musim dingin. Karena setiap hari hawa dingin terasa menusuk kulit dan setiap hari berbau lembab. Jeonghan juga sangat kehilangan warna kulitnya di sini.
Yoongi meminta Jeonghan untuk tetap tinggal di rumah tapi Jeonghan menolak. Hari ini akan ada pertandingan voli kaki dan dia mau melihatnya. Yuqi sudah memilih tempat yang bagus agar mereka bisa menonton dengan jelas.
Jeonghan melambaikan tangan, berjalan cepat ke arah mobil yang terpakir di halaman depan. Yoongi tampak khawatir dan sejujurnya itu membuat Jeonghan merasa canggung.
Yuqi dan Hoshi menyambut Jeonghan di halaman parkir sekolah. Mereka memakai jaket baseball dan celana panjang. Ransel mereka disampirkan di satu pundak.
"Kita akan bersenang-senang! Oh rasanya bahagia sekali bisa terbebas dari fisika untuk satu hari ini!" Yuqi menarik lengan Jeonghan dan Hoshi berjalan di sampingnya. Hari ini dia membawa permen berbentuk tongkat rasa stroberi. Dia memberikan permennya satu untuk Jeonghan dan satu untuk Yuqi.
Yuqi berhasil mendapatkan tempat duduk yang sangat strategis dibawah pohon besar. Jaraknya cukup dekat dari lapangan dan Jeonghan bisa melihat pertandingan dengan jelas dari tempat itu.
Park Jihyo dan temannya yang berisik berjalan melenggokkan pinggul mereka dengan sengaja. Mereka memakai rok sangat pendek dan atasan tanpa lengan yang mencetak jelas dada mereka. Jeonghan ingin mendengus tapi menahannya sekuat tenaga. Nayeon bahkan mengibaskan rambutnya secara terang-terangan. Semua cowok nyaris menjatuhkan rahang mereka saat melihatnya.
"Jadi siapa saja yang main?" Tanya Jeonghan sambil mengibaskan rumput dari telapak tangan.
Jeonghan tidak tahu seperti apa voli kaki karena di Gold Coast tidak pernah ada olahraga seperti itu sebelumnya. Remaja di Gold Coast biasa bermain baseball atau sepak bola atau bola voli biasa dan biasanya itu dimainkan oleh siswa-siswa di tingkat akhir.
"Seharusnya beberapa siswa di tingkat dua," Hoshi menjawab dengan suara itik meleternya. Dia merebahkan badan, kepalanya bertumpu pada ransel miliknya.
"Tapi Seungcheol bisa saja main."
"Seungcheol?!" Jeonghan menoleh cepat membuat lehernya sakit.
"Hmm... Dia salah satu siswa tingkat akhir yang terbaik dalam voli kaki. Seungcheol dan beberapa sahabatnya."
Beberapa cowok yang pernah Jeonghan lihat dalam kelas seni memasuki lapangan. Sisanya adalah cowok dari kelas Bahasa Inggris. Mereka sangat tampan, berdiri bersisian dengan Mr. Kim.
Seungcheol berlari memasuki lapangan menyusul teman-temannya yang lain. Sorakan dan tepuk tangan meriah menyambutnya tapi dia tampak tidak peduli. Jeonghan membenarkan posisi duduknya, berharap bisa melihatnya dengan lebih jelas.
Seungcheol bergabung dengan cowok yang pernah Jeonghan lihat ada di kelas seni. Dia cukup tampan dan tingginya sejajar dengan Seungcheol. Hidungnya... itu hidung termancung yang pernah Jeonghan lihat. Dia melambaikan tangan ke arah penonton yang bersorak untuknya. Senyumnya sangat lebar hingga membuat kedua matanya menyipit. Senyumnya menular dengan mudah. Jeonghan dan bahkan Hoshi ikut tersenyum bersamanya.
"Lee Dokyeom..." Yuqi berbisik di telinga Jeonghan. "Dia salah satu yang terbaik dalam olahraga ini."
Sekarang Jeonghan ingat namanya. Dia benar-benar mampu membuat suasana menjadi baik. Bahkan guru di kelas seni waktu itu memujinya dan dia tidak pernah berhenti melemparkan gurauan tanpa menyinggung siapapun. Dia seperti matahari dengan kepribadiannya yang cerah itu.
Seungcheol menganggukkan kepala ketika Mr. Kim bicara padanya. Jeonghan tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi sepertinya itu tentang peraturan voli kaki.
Cewek di sebelah Yuqi tidak sengaja menginjak ransel Jeonghan ketika dia berdiri. Jeonghan mengangkat kepala dan cewek itu membalas tatapannya. Tapi dia tidak mengucapkan apapun dan pergi begitu saja. Benar... Bagus... Aku hanya rerumputan basah dan tidak butuh permintaan maaf darimu, Nona berambut burgundy!
Seungcheol berada dalam kelompok yang sama dengan Lee Dokyeom dan satu cowok lainnya. Dia cukup pendiam sepertinya, dan dia terus tersenyum. Dia terus menanggapi gurauan yang diteriakkan oleh penonton untuknya dengan senyuman.
"Jadi, bagaimana cara bermain voli kaki?"
"Teknisnya, ini seperti sepakbola. Cara memainkannya juga sama. Tapi mereka memasang net di tengah-tengah, dan mereka menggunakan bola voli."
"Apa bedanya bola voli dengan bola kaki?"
Tapi ternyata Yuqi ataupun Hoshi juga tidak tahu apa bedanya.
Permainan dimulai. Felix, cowok keren dari klub bahasa mencoba menendang bola tapi itu mengenai net. Semua orang berusaha menyemangati dia ketika dia meminta maaf. Jeonghan bahkan bisa mendengar Seungcheol mengucapkan "tidak apa-apa" ke arahnya. Aksen Felix terdengar seperti Australia yang kental.
Tim lawan menendang bola dan Dokyeom menerimanya dengan baik. Dia mengoper bola ke arah Seungcheol, dan Seungcheol berhasil menendangnya melewati net. Johnny, cowok luar biasa tinggi yang pernah beberapa kali berada di kelas yang sama dengan Jeonghan mendapatkan bola dan mengopernya kembali. Dokyeom bergerak maju dan menendang bola, mengopernya ke Seungcheol, mengopernya ke Johnny, dan bola keluar dari lapangan begitu saja.
"Itu masuk!" Ucap Johnny dengan suara keras.
"Tidak! Itu keluar!" Felix bahkan berteriak lebih keras.
Seungcheol mengoper bola menggunakan kepalanya. Jeonghan meringis. Apa itu tidak sakit?! Cowok pendiam dengan poni depan di sebelah Johnny mencoba menendang bola tapi dia gagal. Dia tersandung kakinya sendiri. Semua orang tertawa. Ada apa dengannya?! Dia gagal menendang bola lebih dari satu kali. Dia menendang net, bahkan tidak sengaja nyaris menendang wajah Johnny. Sepertinya dia mabuk.
Permainan berakhir dengan skor tujuh untuk tim Seungcheol dan lima untuk tim Johnny. Mereka kembali bersalaman dan saling menepuk bahu masing-masing. Seungcheol memeluk Dokyeom dan Felix sebelum keluar menjauh dari lapangan. Kepalanya terangkat dan tatapannya bertemu dengan kedua iris Jeonghan. Senyumnya sangat lebar.
YOU ARE READING
HEAVEN'S CLOUD | JEONGCHEOL (END)
FanfictionDisclaimer : © BG Seventeen, Pledis Ent, Hybe Pair : Yoon Jeonghan (female gender) x Choi Seungcheol (Scoups) Cover and Picture : Internet Rate : T semi M Syn : Yoon Jeonghan jatuh cinta berulang kali dan jauh lebih sering dari teman sebayanya yang...