"Ini kopinya, Dad..."
Secangkir kopi hitam pekat dengan setengah sendok teh gula. Yoongi sedang duduk di kursi makan dengan koran dalam genggamannya. Dia memakai kacamata baca. Harus Jeonghan akui, Yoongi selalu terlihat tampan ketika memakai kacamata. Dia selalu memakainya jika sedang menganalisis pasien.
"Bagaimana kabar Nyonya Shin, Dad?!" Nyonya Shin adalah pasien Yoongi. Jeonghan bertemu dengannya ketika mengantar bekal untuk Yoongi ke rumah sakit minggu lalu. Dia wanita tua yang menyenangkan. Dia mengajak Jeonghan bicara banyak hal di taman rumah sakit. Dia hidup dengan adik perempuannya setelah suaminya wafat. Dia tidak memiliki seorang anak.
"Hasil labnya akan keluar besok. Aku sudah menghubungi stasiun perawat. Perawat yang merawatnya melakukan tugasnya dengan baik."
Yoongi melepas kacamata dan melipat koran. Dia mencoba kopinya.
"Hari apa hari ini?" Lucu bagaimana Yoongi selalu bertanya hari apa saat itu dan Jeonghan akan selalu merobek kalender yang ditempel di dinding dapur.
"Err... Sabtu..."
"Aah, akhir pekan..." Yoongi menggeliat di kursinya. Dia menguap lebar dan menggaruk kepala. "Apa kau akan pergi?"
"Kurasa iya. Seungcheol mengajakku pergi ke satu tempat."
"Dengan kedua orangtuanya?!"
Jeonghan memutar bola mata. "Tidak, hanya kami berdua."
Yoongi menganggukkan kepala. Mereka kembali diam, Yoongi sibuk dengan cangkir kopinya sementara Jeonghan sibuk dengan ponselnya hingga Yoongi berdeham, "ada yang ingin kusampaikan. Ini tentang..." Yoongi menggantung kalimatnya dan mendesah, tatapannya jatuh pada langit-langit dapur yang berwarna jingga. "Batas bergaul yang aman antara laki-laki dan perempuan."
Jeonghan membeku di kursi. Ugh. Tidak ia sangka mereka sampai pada topik ini akhirnya. Jeonghan tetap diam menunggu Yoongi meneruskan kalimatnya. Yoongi sepertinya sedang berpikir kalimat apa yang akan dia gunakan tanpa membuat suasana menjadi canggung.
"Laki-laki dan perempuan memiliki sistem reproduksi yang berbeda..." Baiklah, ini dia... Yoongi membuat gerakan dengan tangannya. Jeonghan ingin mengubur diri sendiri saat itu juga. "Laki-laki akan selalu aman, tapi tidak dengan perempuan. Dan kalaupun ada salah satu pihak yang akan dirugikan maka itu adalah perempuan.-"
"Dad,-"
Dan Jeonghan tidak tahan lagi. "Dad!" Ia mengangkat telapak tangan, dengan kurangajar meminta Ayahnya untuk diam. Yoongi mengangkat satu alis meskipun wajahnya juga terlihat memerah. "Jangan khawatir soal itu. Aku menjaga diriku sendiri dengan baik. Mum sudah pernah membahasnya denganku ribuan hari yang lalu."
Wajah Yoongi justru semakin memerah. Dia menganggukan kepala, Jeonghan mengangkat dua ibu jari dan memberinya senyum lima jari. Yoongi kembali berdeham dan melanjutkan kalimatnya, "yang aku ingin tambahkan hanya... jangan pernah lupakan soal karet pengaman. Atau kita biasa menyebutnya... kondom."
Kali ini Jeonghan benar-benar melompat dari kursi seolah kursi yang ia duduki mengandung sengatan listrik.
"Dad. Aku oke, okay?! Aku baik-baik saja dan kalaupun aku akan... eem... melakukannya, aku akan melakukannya dengan cara aman."
Yoongi menenggelamkan wajah dalam kedua tangan sementara Jeonghan berlari keluar dari dapur.
Seungcheol menunduk memberikan salam dengan menjilat pada Yoongi. Mereka berdiri di depan pintu dan Yoongi menahan daun pintu dengan satu tangannya agar tetap terbuka. Ia bertanya bagaimana kabar kedua orangtua Seungcheol, karena dia tidak bertemu dengan mereka sejak satu minggu yang lalu.
"Ibu semakin sering lembur," jawab Seungcheol.
"Oh, ya?! Tapi aku hampir tidak pernah melihatnya di lounge atau di kantin. Aku terakhir bertemu dengannya di stasiun perawat. Dia sedang mencari daftar Tuan Baek."
"Tuan Baek?! Ibu masih berduka kalau mengingatnya."
"Kau benar. Semua orang berduka. Dia pasien yang menyenangkan."
Tuan Baek adalah pasien Mrs. Choi. Dia mengalami infeksi dari giginya yang berlubang dan didiamkan begitu saja, dan infeksinya sudah menyebar hingga ke paru-parunya. Jeonghan meringis mendengarkan cerita Yoongi waktu itu dan berjanji akan menjaga kesehatan giginya sendiri.
Jeonghan selalu suka melihat Seungcheol menyetir. Pembuluh darah venanya semakin terlihat jelas ketika dia menggenggam kemudi. Itu membuatnya terlihat semakin atraktif.
Jeonghan berdeham dan mencoba menyandarkan kepala di bahunya. Seungcheol menoleh, tersenyum, dan menepuk puncak kepala Jeonghan lalu meraih lehernya seperti biasa. Ucapan Yoongi tadi terngiang-ngiang di dalam pikiran. Itu juga membuat Jeonghan bertanya-tanya apakah Seungcheol pernah tidur dengan perempuan lain sebelumnya?! Mendongakkan kepala untuk memperhatikan wajahnya dengan jelas, Seungcheol terlihat seperti playboy kelas atas. Tapi ada lebih banyak siswa yang mengatakan bahwa Seungcheol tidak pernah berkencan sebelumnya. Dia memiliki citra yang baik.
"Dad mengajakku bicara tadi.." Seungcheol tidak berkomentar, dia hanya melirik Jeonghan sekilas dan kembali fokus mengemudi. "Itu pembicaraan yang paling membuatku tidak nyaman."
"Pembicaraan seperti apa?!"
"Pengaman."
"Maaf?!"
Jeonghan menarik napas dan membenarkan posisi. Kepalanya masih bersandar pada bahu Seungcheol. "Garis besarnya, tentang seks." Seungcheol terkejut, Jeonghan bisa merasakannya. Tubuhnya menegang dan raut wajahnya membuat Jeonghan semakin bertanya-tanya. "Apa kau pernah melakukannya?"
Seungcheol tidak langsung menjawab. Lampu lalu lintas berubah menjadi merah dan mobil berhenti. Seungcheol menarik rem tangan, kini memandang Jeonghan lalu menggeleng. Jeonghan mengulang pertanyaan dan kali ini Seungcheol menjawabnya dengan mantap.
"Bagaimana denganmu?!"
Jeonghan menjawabnya dengan gelengan kepala. Kemudian sesuatu terlintas begitu saja di pikirannya. Sesuatu yang nekat, gila, dan terjadi begitu saja. "Aku ingin melakukannya... denganmu."
Lagi, tubuh Seungcheol menegang di kursinya.
YOU ARE READING
HEAVEN'S CLOUD | JEONGCHEOL (END)
FanficDisclaimer : © BG Seventeen, Pledis Ent, Hybe Pair : Yoon Jeonghan (female gender) x Choi Seungcheol (Scoups) Cover and Picture : Internet Rate : T semi M Syn : Yoon Jeonghan jatuh cinta berulang kali dan jauh lebih sering dari teman sebayanya yang...