Dua

1K 128 1
                                    

West Coast International High School

West Coast adalah kota yang kecil. Penduduknya tidak lebih dari tujuh ratus ribu jiwa. Dan tidak sulit menemukan letak sekolah di West Coast. Sama seperti bangunan sekolah pada umumnya, berwarna dominan merah dan juga cokelat, bertingkat tiga, dan juga halaman parkir mobil yang luas, lapangan dengan rumput yang akan selalu basah ketika diinjak. Yeah.. West Coast memiliki curah hujan yang jauh lebih tinggi dibanding kota-kota lain di sekitarnya.

Jeonghan memarkirkan volvo tua milik Ayahnya dengan hati-hati di parkiran mobil, bersanding dengan mobil-mobil lainnya yang jauh lebih mewah dan juga mengkilat dari mobilnya saat ini. Itu membuatnya sedikit bertanya-tanya dalam hati, mengapa di kota sekecil West Coast teman-teman sekolahnya bisa membawa mobil-mobil mewah tersebut?!

Seorang cowok yang kelihatan seperti anggota klub memanah menyapa Jeonghan sambil melambaikan tangan. Cowok itu tampan, dengan tato kecil di wajahnya, memegang sebungkus pretzel di satu tangan dan juga sekaleng soda di tangan yang lain. Jeonghan hanya bisa tersenyum samar sambil menganggukkan kepala membalas sapaan cowok itu ala kadarnya.

Jeonghan meraih ransel berwarna biru usang yang ia letakkan di kursi penumpang, menggendongnya dan berjalan menjauh dari parkiran mobil dengan kepala tertunduk. Ia tahu semua orang menolehkan kepala mereka yang cantik seiring langkah kakinya karena itu ia mempercepat langkah, berharap ia sampai di ruang administrasi sekolah secepatnya.

Nona Hina adalah wanita berambut pendek kecokelatan yang ramah. Dia menyenangkan, menyapa Jeonghan saat Jeonghan membuka pintu ruang administrasi dan masuk ke dalam ruangan. Nona Hina memakai pakaian santai---kaos dan juga celana bahan. Dia lebih terlihat seperti olahragawan atau mahasiswi jurusan seni yang sering Jeonghan lihat di TV atau di majalah-majalah yang dibeli Mum daripada seorang petugas TU.

"Jadi, Yoon Jeonghan, ya..." Nona Hina meraih lembar pendaftaran dan data diri yang Jeonghan ulurkan padanya. Jeonghan mengangguk, membalas sambutannya dengan senyuman simpul. Dia meneliti data Jeonghan dengan kepala menunduk sambil mengetukkan jemarinya di atas permukaan meja berwarna cokelat membosankan.

"Kau mengikuti kelas tambahan di Gold Coast?!" Hina terdengar tidak percaya sekaligus takjub saat bertanya. Jeonghan mengangguk dan Nona Hina tersenyum jauh lebih lebar dari sebelumnya.

Hina membantu Jeonghan mendapatkan jadwal, memberinya peta sekolah, dan memberitahunya apa saja yang harus ia lakukan di hari pertama sebagai murid baru. Jeonghan menerimanya dengan wajah datar sambil menganggukkan kepala, keluar dari ruang administrasi dengan banyak barang bawaan dalam genggaman tangan.

Kelas pertama adalah biologi. Jeonghan memandang peta sekolah yang baru saja diberikan oleh Hina, mencari dimana kelasnya pagi itu. Ruang 4F. Itu ada di bagian barat gedung sekolah. Sambil menghindari tatapan penuh rasa ingin tahu dari banyak orang ia bergegas menuju ruang 4F.

Jeonghan mengetuk pintu kelas dan suara "masuk" yang menyenangkan menyambutnya. Tangannya membuka pintu dengan gemetar, kedua matanya mendapati seorang pria yang mungkin berusia akhir dua puluh atau awal tiga puluh berdiri di depan kelas sambil memegang sesuatu seperti... gurita kecil?!

"Ah, kita kedatangan tamu... Yoon Jeonghan?!" Guru itu menyebut nama Jeonghan dengan ragu-ragu. Jeonghan mengangguk, berjalan menghampiri guru tersebut tanpa melepas tatapan pada sepasang sepatu kets berwarna putih yang ia pakai pagi itu, menyerahkan absen dan juga data dirinya sendiri kemudian si guru tampan memintanya untuk duduk.

Permulaan yang bagus. Jeonghan tidak perlu memperkenalkan diri sendiri dan ia berterima kasih karenanya.

Cewek berambut cepol yang duduk di barisan tengah melambaikan tangan juga tersenyum ramah saat Jeonghan mendaratkan bokong di atas kursi yang ada di deret paling belakang. Ia menganggukkan kepala satu kali berharap itu cukup.

"Nah, Miss Yoon, hari ini kami mencoba untuk melihat organ dalam gurita..." Jeonghan menunduk memandang gurita kecil menjijikkan dengan selaput dan lendir di bagian tubuh serta tentakelnya. "Kami baru saja mulai untuk membuat sayatan di,-" ia tidak mendengarkan kelanjutan kalimatnya.

Ini mudah. Jeonghan pernah melakukan ini sebelumnya saat di Gold Coast dulu. Dengan penuh rasa percaya diri tangannya bergerak mengambil pisau dan gunting kecil yang ada di sebelah nampan berisikan gurita, mulai melakukan tugasnya sementara yang lain masih mendengarkan instruksi yang disebutkan dengan suara keras oleh guru biologi tampan.

Lima belas menit berlalu. Jeonghan berhasil mendapat nilai dan juga aplaus dari seluruh penghuni kelas karena menjadi yang pertama selesai melakukan tugas.

Cewek berambut cepol yang tadi melambaikan tangan kini menghampiri meja Jeonghan dengan tergesa-gesa sekaligus bersemangat. "Hai..."

"Hei..." Jeonghan mengangkat wajah sekilas, tersenyum kepada teman barunya dan kembali memasukkan barang-barangnya sendiri ke dalam ransel.

"Jadi, Yoon Jeonghan... aku Yuqi. Song Yuqi. Cukup panggil aku Yuqi..." Jeonghan hanya menganggukkan kepala. "Jadi, Gold Coast, eh?! Hebat... aku juga murid baru. Baru saja pindah semester lalu..."

Song Yuqi murid pindahan dari China Midland. Ayah dan Ibunya adalah pedagang, dan Ayahnya memiliki toko alat perkakas yang menjual alat kebutuhan rumah tangga di distrik delapan.

Yuqi cewek yang menyenangkan. Dia banyak tertawa dan tawanya menular dengan mudah. Jadwal selanjutnya adalah fisika. Jeonghan tidak pernah suka dengan fisika meskipun ia tidak pernah mendapat kesulitan sedikit pun dengan mata pelajaran yang satu itu.

Guru fisika adalah seorang wanita berusia empat puluh tahun yang masih luar biasa bugar, dengan rambut merah sepinggul dan dadanya... itu dada terindah yang pernah Jeonghan lihat. Diam-diam ia melirik ke bawah, tepat ke dadanya sendiri dan ia tidak bisa membedakan mana dada dan mana pergelangan tangan karena mereka tidak tampak berbeda.

Mrs. Jessi memulai kelas fisika dengan meminta Jeonghan untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu di depan kelas. Mrs. Jessi juga banyak bertanya tentang Gold Coast seperti iklim, makanan khasnya, dan pria-pria tampan di sana.

"Dia memang belum menikah," Yuqi berkata dalam suara pelan.

Jam selanjutnya adalah istirahat. Murid di West Coast memiliki waktu istirahat selama satu jam dan itu adalah waktu istirahat terpanjang yang pernah Jeonghan miliki. Di sekolah-sekolah sebelumnya, Jeonghan hanya memiliki waktu istirahat selama 45 menit dan menurut teman-temannya dulu, itu hanya cukup digunakan untuk berjalan dari ruang kelas ke kafetaria.

Kafetaria di sekolah itu letaknya ada di bagian belakang gedung, dekat perpustakaan. Yuqi berbaik hati menemani Jeonghan dan memintanya untuk mengganti peta yang Jeonghan dapatkan dari Nona Hina dengan peta hidup---yaitu dia, dan Jeonghan cukup senang mendengarnya.

Mereka melewati gedung perpustakaan yang cukup besar. Bagian luar gedung berwarna abu-abu seperti warna cat perpustakaan umumnya. Jeonghan mengerling ke dalam. Sepertinya tidak banyak pengunjung perpustakaan pagi itu.

Pintu depan perpustakaan dibuka dan seorang cowok berambut hitam legam memakai flanel berwarna navy, celana jeans dan menggendong ransel keluar dari dalam perpustakaan. Tangan kanannya memeluk buku yang cukup tebal sementara tangan kirinya berlari di rambutnya.

"Jangan buang-buang waktu... dia cowok terkeren di sekolah ini. Sekaligus cowok paling cuek yang pernah kukenal..." Yuqi berdiri tepat di sebelah Jeonghan membuatnya terperanjat.

HEAVEN'S CLOUD | JEONGCHEOL (END)Where stories live. Discover now