Jeonghan nyaris melompat dari atas kasur setelah mencium aroma sesuatu yang terbakar. Kedua kakinya berlari keluar kamar menuruni anak tangga tanpa ragu ke arah dapur.
"Ada apa Dad?!" Suaranya terdengar histeris dan meninggi diluar kesadarannya. Yoongi berdiri di depan kompor dengan tangan berusaha menekan lap basah ke atas penggorengan yang terlihat mengeluarkan api. Tanpa pikir panjang Jeonghan mengambil kain yang digantung di dekat pintu dapur, mencelupkannya ke dalam sisa air cucian piring di westafel dan melakukan seperti yang Yoongi lakukan.
Api berhasil padam.
Yoongi mengibaskan tangan meminta Jeonghan keluar dari dapur. Jeonghan duduk di sofa ruang tamu dengan keringat membanjiri kening. Punggungnya bersandar pada sofa.
Yoongi bergabung dengannya di sofa. Pakaiannya banjir keringat dan ada noda hitam di hampir seluruh wajahnya. Dia menyeka keringat di wajahnya dengan telapak tangan, mulutnya meraup oksigen dengan rakus. Jeonghan mencoba bertanya apa yang terjadi tapi Yoongi mengangkat tangan memintanya untuk diam lebih dulu.
"Aku lupa sedang menyalakan kompor dan kutinggal bicara dengan Mr. Chwe, tetangga baru kita. Sepertinya kita butuh alarm api di rumah ini." Setelah mengucapkannya Yoongi segera mengambil ponsel dan mencari alarm api dari toko online favoritnya yang sangat lengkap, alarm api dengan kualitas terbaik. Dan berharga mahal, tentu saja. Dia tidak ingin hampir membunuh mereka untuk kedua kali.
Yuqi menghubungi Jeonghan menjelang sore. Dia baru saja pulang berkencan dengan Lucas. Mereka pergi menonton bioksop dan bermain arcade bersama dan Jeonghan berkomentar bahwa itu sangat menyenangkan. Yuqi juga sudah mengirimkan surat untuk beberapa universitas yang ingin dia tuju. Yuqi benar-benar menyiapkan segalanya dengan baik sementara Jeonghan baru akan mulai mengirimkan suratnya akhir pekan nanti. Ia belum tahu apakah Seungcheol dan Hoshi sudah mengirimkan surat mereka.
Seungcheol mengingatkannya tentang pergi berkemah esok hari. Jeonghan baru saja menonton ramalan cuaca dan diperkirakan besok hari akan cerah. Yoongi duduk di sofa seperti biasa, air jahe ada di hadapannya. Dia benar-benar pecinta air jahe.
"Dad..." Jeonghan bergabung dengannya. Yoongi mengangkat wajah dan mengangguk. "Aku akan pergi berkemah besok."
Yoongi tampak terkejut. "Berkemah?!" Dia mengulangi ucapan Jeonghan dan nada bicaranya seolah dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Rasanya kata berkemah dan Yoon Jeonghan memang tidak pernah ditakdirkan untuk bersama.
"Ya... Teman-temanku di sekolah membicarakan itu. Ada satu tempat yang ingin aku kunjungi, banyak yang sudah pergi ke tempat itu."
"Menginap?!"
Cepat-cepat Jeonghan menggeleng. "Tentu saja tidak. Aku akan berangkat pagi buta dan kembali sore, jadi aku sudah tiba di rumah menjelang malam."
"Dimana lokasinya?"
"Di perbatasan."
"Mobil tua kita tidak akan bisa sampai ke perbatasan dengan mudah."
Jeonghan kembali mengangguk cepat. "Aku tahu, karena itu aku memutuskan untuk pergi dengan menumpang. Ada banyak travel yang akan mengantar orang ke lokasi itu."
Jeonghan tahu Yoongi tidak mudah untuk diyakinkan. Kedua alisnya masih bertaut dan keningnya berkerut. Ayahnya pasti berpikir bahwa mungkin saja Jeonghan memiliki janji dengan seorang cowok---dan itu benar, tentu saja. Sayangnya Jeonghan memang tidak ingin memberitahunya dengan siapa dia akan pergi berkemah. Tidak karena Yoongi pasti akan membuat Seungcheol mengizinkannya untuk ikut berkemah. Yoongi benar-benar menyukai Seungcheol.
Jadi keesokan paginya, Jeonghan bangun pukul empat. Ia sudah menyiapkan semua keperluan yang ingin ia bawa. Tas besar yang berisi pakaian ganti dan mantel hangat dan beberapa bungkus mi instan bersandar pada daun pintu. Beruntung Yoongi mendapat panggilan penting dari rumah sakit yang mengharuskannya datang diluar jam bekerja. Ada operasi penting yang harus dilakukan dan pihak rumah sakit meminta Yoongi untuk melakukannya.
Seungcheol datang pukul lima. Dia memakai celana kargo berwarna khaki, mantel sangat tebal berwarna putih, dan beanie berwarna hitam. Dia juga memakai syal yang membungkus erat lehernya.
"Hai..." Seungcheol menarik Jeonghan ke dalam pelukan.
Tas besar Jeonghan bergabung dengan tas Seungcheol yang juga tidak kalah besar di kursi penumpang. "Kau sangat siap..." Jeonghan menggodanya. Seungcheol tersenyum dan mulai menginjak pedal gas. "Apa saja yang kau bawa?!"
"Beberapa peralatan dan pakaian ganti. Aku juga meminjam tenda dari Dad."
"Apa jalurnya akan sulit?!"
"Tidak terlalu," Seungcheol menoleh lalu tersenyum. "Aku sudah pernah mengunjungi tempat itu sebelumnya, dengan sepupuku. Ada danau besar yang akan membeku di musim dingin dan kita bisa memancing di sana."
"Kalian mendapat banyak ikan?!"
"Yep... Ikan-ikan kecil. Kau pasti akan senang. Pemandangannya menakjubkan."
"Aku tidak sabar..." Seungcheol tertawa. Jeonghan bersandar pada punggung kursi. Mobil melaju pelan menembus kabut tebal. Hawa pagi itu sangat dingin. Musik lembut mengalun dari radio mobil membuat Jeonghan mengantuk.
"Tidurlah... Aku akan membangunkanmu kalau kita sudah sampai." Dan Jeonghan benar-benar jatuh ke alam mimpi setelahnya.
YOU ARE READING
HEAVEN'S CLOUD | JEONGCHEOL (END)
FanfictionDisclaimer : © BG Seventeen, Pledis Ent, Hybe Pair : Yoon Jeonghan (female gender) x Choi Seungcheol (Scoups) Cover and Picture : Internet Rate : T semi M Syn : Yoon Jeonghan jatuh cinta berulang kali dan jauh lebih sering dari teman sebayanya yang...