Tiga

735 117 0
                                    

"Ini oke, Dad?!" Yoongi membuat Jeonghan berjanji memenuhi undangan makan siang di salah satu restoran junk food yang tidak jauh dari rumah sakit tempatnya bertugas. Oh, yeah... Yoongi seorang dokter bedah di rumah sakit pusat.

Jeonghan memesan semangkuk sup krim, sayap ayam pedas, kentang goreng dan juga segelas soda rendah gula. Sedangkan Yoongi memesan burger dengan ekstra keju untuknya sendiri.

"Aku mendengar semua orang membicarakan tempat ini..." Yoongi menuang saus tomat banyak-banyak ke atas selada. "Aku sudah tanya ke Mr. Park, dia rekanku. Dan Park bilang, burger dengan ekstra keju di sini adalah yang terbaik..."

Yoongi terus bercerita tentang pekerjaannya di tempat yang baru. Dia segera mendapatkan teman satu tim yang luar biasa menyenangkan. "Namanya Lee Soo Man. Mereka bilang dia ahli neuro terbaik yang ada di rumah sakit. "

"Lee Soo Man?! Apa dia masih satu keluarga dengan Lee Jihoon kepala sekolahku?!"

"Yah, mungkin, mungkin... Meskipun ada banyak sekali nama Lee, bahkan di kota sekecil ini..."

Yoongi terus bicara. Tentang cuaca West Coast yang sejak pagi diguyur hujan dan diselimuti awan mendung. Tentang dia yang harus menyetir mobil dengan penuh kehati-hatian karena jalanan yang licin, tentang dia yang akan mengganti ban volvo tuanya dengan yang baru, dan tentang nyonya cantik yang ia temui di taman rumah sakit. Jeonghan tersenyum setelah berhasil menyamarkan batuknya.

"Bagaimana dengan sekolahmu?!"

Ugh! Jeonghan sengaja berlama-lama menelan kulit ayam. Ini topik yang selalu ia hindari jika dia bisa. Yoongi tahu Jeonghan cenderung anti sosial, dan Yoongi akan selalu bertanya bagaimana hari pertama bersekolah di tempat yang baru meskipun dia akan selalu mendapat jawaban yang sama!

"Yah, guru dan para staffnya baik. Teman-temanku juga baik. Aku mendapat teman baru. Dia Song Yuqi, Ayahnya memiliki toko perkakas di sekitar sini."

"Song?!" Yoongi kembali mengerutkan kening. Dia mengunyah dengan cepat, meminum air mineral dingin miliknya dan mencecapkan lidah. "Kurasa beberapa kali aku pernah mendengar nama itu disebut..."

Lonceng kecil yang dipasang di pintu masuk restoran berdenting beberapa kali, menandakan bahwa baru saja ada pelanggan lain yang datang berkunjung. Jeonghan tengah memasukkan kulit ayam lainnya ke dalam mulut, tatapannya terpaku ke arah pintu yang baru saja dibuka dari luar dan tersedak hebat kemudian. Yoongi menepuk punggungnya beberapa kali lalu menyodorkan air minumnya sendiri. Jeonghan menerimanya, meneguk isinya hingga tidak bersisa. Kedua matanya berair dan hidungnya terasa sangat perih.

Itu dia. Cowok yang Jeonghan lihat keluar dari gedung perpustakaan sekolah! Cowok itu masih memakai pakaian yang sama dengan yang tadi pagi dia kenakan.

"Halo, Seungcheol..." Tuan pemilik restoran bernama Kim, tersenyum pada cowok itu, memintanya duduk dan diluar dugaan cowok itu mengangguk sambil tersenyum tipis.

Jadi namanya Seungcheol?!

"Ingin pesan sekarang atau nanti?!" Kim kembali bertanya. Diam-diam Jeonghan memajukan kursi yang ia duduki, menundukkan kepala hingga wajahnya tertutup oleh rambut panjangnya sendiri, berusaha mencuri dengar tanpa ketahuan. Baik oleh Seungcheol maupun oleh Ayahnya sendiri.

"Ya, tolong... seperti biasa.." Sepertinya Seungcheol adalah pelanggan tetap restoran itu karena setelah dia menyebutkan pesanannya, Kim mengangguk sambil tersenyum kemudian berlalu. Dan Seungcheol mengeluarkan buku tebal yang sepertinya tadi ia pinjam dari perpustakaan sekolah.

"Bagaimana dengan berkeliling kota di sore hari, Hannie?"

"Apa?! Oh, maaf, Dad..." Jeonghan nyaris berteriak pada Ayahnya sendiri. Yoongi mengerutkan kening. Dia mengikuti arah pandangan Jeonghan dan kemudian memandang bergantian dari Seungcheol lalu Jeonghan, dan tiba-tiba saja dia terlihat menyeramkan dengan kumisnya yang tebal itu.

"Bagaimana dengan berkeliling kota?!" Yoongi mengulang pertanyaan dengan suara jauh lebih keras dari sebelumnya.

"Ugh... oh, ya... kurasa aku harus berkeliling kota sore ini. Aku ingin tahu apa kota ini punya perpustakaan yang besar..."

Kim kembali dengan sekeranjang nachos dan juga segelas minuman dingin. Sepertinya itu limun teh dengan banyak es batu...

Yoongi kembali ke rumah sakit karena dia masih harus menyelesaikan jam jaga hingga delapan jam berikutnya. Jeonghan memutuskan untuk segera kembali ke rumah, membersihkan diri dan mengganti pakaian sebelum berkeliling kota. Jam di dashboard mobil menunjukkan sore itu pukul tiga. Awan mendung kembali menggantung di langit. Jeonghan harus berjalan dengan hati-hati, mengendarai mobil dengan sangat hati-hati juga karena ia memiliki masalah dengan tubuh serta keseimbangannya sendiri. Ia bahkan bisa terjatuh dengan sangat keras saat ia berdiri diam di dalam kamar.

West Coast tidak terlalu luas. Seharusnya Jeonghan bisa menemukan perpustakaan dalam waktu singkat.

Di Gold Coast dulu, Jeonghan biasa menghabiskan waktu akhir pekan di perpustakaan bersama Minghao. Minghao akan berbaik hati memboncengnya dengan sepedanya, dan mereka akan menghabiskan waktu berjam-jam yang menyenangkan di dalam perpustakaan. Terkadang, petugas perpustakaan berwajah merengut seperti elang kelaparan akan mengusir keduanya karena mereka berkunjung hingga lupa waktu.

Ternyata menemukan perpustakaan di West Coast tidak mudah. Jeonghan harus menghabiskan waktu lebih dari tiga puluh menit sebelum akhirnya menemukan sebuah gedung tua bertingkat dengan kata LIBRARY yang dicetak dengan huruf tebal dan besar di bagian depan, dan dindingnya berwarna biru membosankan. Cat bagian luar bahkan terkelupas. Itu lebih terlihat seperti gedung tua yang sudah tidak terawat. Atau gedung tua berhantu.

Jeonghan memarkirkan mobil secara paralel di halaman parkir. Hanya ada dua mobil di samping mobilnya. Sebuah SUV berwarna sampanye dan juga minibus berwarna moka. Apakah anak muda di West Coast tidak tertarik membaca buku?!

Petugas perpustakaan ternyata seorang wanita paruh baya yang menyenangkan. Dia memberi Jeonghan kartu pengunjung dengan bersemangat, mengatakan bahwa dia baru pertama kali melihat Jeonghan dan Jeonghan katakan padanya bahwa ia penduduk baru kota itu.

Total hanya ada dua lantai di perpustakaan. Lantai satu diisi oleh buku-buku tentang sains, pengetahuan umum, astronomi, sejarah. Dan lantai dua diisi dengan karya-karya sastra.

Jeonghan menatap lapar pada rak tinggi dengan tulisan KARYA SASTRA ABAD PERTENGAHAN yang ada di depannya. Dia suka ini! Aroma khas menguar dari buku-buku yang selalu membuatnya lapar!

Jemarinya mulai berlari meneliti satu per satu kumpulan buku yang sepertinya tidak pernah tersentuh tangan manusia lain. Ia terus mencari, hingga suara derit kursi yang beradu dengan lantai kayu perpustakaan membuatnya memekik pelan. Ia membalikkan tubuh dengan cepat dan mendapati Seungcheol berdiri di belakangnya sambil menarik kursi. Seungcheol mengerutkan kening dan tatapannya seperti dia tidak percaya akan apa yang ada di hadapannya. Wajahnya terlihat bersalah dan tatapannya seperti ingin meminta maaf.

HEAVEN'S CLOUD | JEONGCHEOL (END)Where stories live. Discover now