Dua Puluh Tiga

138 24 0
                                    

"Nah, ini dia tempatnya..."

Sejauh mata memandang hanya ada warna putih yang menyilaukan mata. Jeonghan harus menyipitkan kedua mata agar bisa melihat dengan jelas. "Di depan sana tadinya danau yang sangat lebar, yang akan membeku saat musim dingin. Di musim panas warga setempat biasa menggunakan danau itu untuk wahana air."

Jeonghan tidak yakin dengan penjelasan Seungcheol. Menurutnya yang ada di depan mereka memang sudah seperti itu bentuknya sejak awal. Itu terlihat seperti dataran es yang sangat, sangat besar. Seperti Greenland.

Seungcheol mengambil tenda dari dalam mobil dan mulai mencoba merakitnya. Dia meminta Jeonghan untuk duduk diam sementara dia bekerja. Begitu Jeonghan ingin membantunya, dia bilang, "kita bisa membeli banyak tenda lainnya untuk kau rusak nanti. Tapi tidak untuk sekarang."

Choi Seungcheol sialan!

Jeonghan mengambil kursi lipat yang ada di bagasi mobil dan membuka lipatannya. Duduk menghadap dataran es besar, uap keluar dari mulut begitu ia menghembuskan napas.

Seungcheol berhasil membangun tenda dengan sempurna. Ternyata itu tidak membutuhkan waktu lama. Dia juga mengambil kursi lipat dari dalam mobil dan bergerak ke arah dataran es besar dan menaruh kursi lipatnya di sana dan membuat lubang yang cukup besar di atas dataran es. Itu membuat Jeonghan tertarik.

"Kita bisa memancing dengan ini... Ambil kursi lipatmu. Kita akan memancing ikan trout."

Jeonghan belum pernah memancing saat musim dingin. Menurutnya bergelung diatas kasur dan menyalakan pemanas ruangan jauh lebih baik daripada memancing diatas dataran es.

Seungcheol mencelupkan pancingannya ke dalam lubang yang sudah dia buat tadi. Dia bersenandung pelan. Jeonghan duduk diam di sebelahnya, memandangi lubang.

Alat pancing Seungcheol bergerak. Dia berteriak senang dan mulai menarik alat pancingnya. Tapi itu hanya kesenangan sesaat, karena ikan troutnya berhasil menyelamatkan diri dan kembali masuk ke dalam air. Seungcheol mengumpat dan Jeonghan tertawa.

"Ikan-ikan itu sangat pintar..." Ujar Jeonghan meledek.

"Seharusnya ada banyak ikan trout. Kenapa mereka tidak memakan umpanku?!"

Alat pancingnya kembali bergerak hanya untuk ikan-ikan sialan itu mengambil umpan milik Seungcheol dan kembali ke dalam air. Seungcheol berteriak frustasi. "Benar-benar ikan yang pintar... Atau licik... Mereka hanya mau makan gratis."

Jeonghan memutuskan untuk masuk ke dalam tenda. Memancing tidak diciptakan untuknya karena kesabarannya setipis tisu. Dari dalam tenda, ia bisa mendengar Seungcheol mengumpat dan berteriak kesal lebih dari tiga kali. Itu membuatnya tertawa.

Jeonghan memilih untuk mengambil kompor kecil dari dalam mobil, memanaskan alat pemanggang, dan merebus air. Seungcheol meminta bantuannya untuk merebus mi instan ketika ia membakar beberapa sosis.

Seungcheol berhasil mendapatkan empat ekor ikan trout berukuran sedang. Dia terlihat bangga karena hal itu dan menunjukkan hasil tangkapannya. Sosis dan mi instan siap disajikan, mereka berdua makan dalam diam.

Menjelang siang hawa semakin dingin. Kedua tangan Jeonghan bergetar ketika menaikkan retsleting jaket. Seungcheol sedang berusaha membersihkan ikan-ikan trout yang sudah dia dapatkan. Dia akan akan mencoba memanggangnya. Jeonghan belum pernah memakan ikat trout sebelumnya, tapi menurut Seungcheol rasanya sangat lezat.

"Seperti apa rasanya?"

Seungcheol menengadah. Senyum miringnya makin sering kembali akhir-akhir ini. "Kau belum pernah makan trout?" Jeonghan menggeleng. "Rasanya seperti salmon." Seungcheol melakukan semuanya sendirian sementara Jeonghan menonton dari balik bahunya. Dia membersihkan ikan-ikan troutnya, membumbuinya, dan memanggangnya. Aroma daging dibakar sangat menggiurkan. Dia memberi trout untuk Jeonghan lebih dulu. "Cobalah..."

HEAVEN'S CLOUD | JEONGCHEOL (END)Where stories live. Discover now