Tiga Belas

177 25 0
                                    

Jeonghan menatap ke luar jendela tepat ke sebuah rumah besar dengan banyak warna cokelat dan hijau di luarnya. Dindingnya terbuat dari kayu, memiliki dua lantai, ada banyak pepohonan di sekitarnya, kolam kecil yang dikelilingi tanaman hias, dan cerobong asap yang terbuat dari bata merah. Kediaman keluarga Choi terlihat seperti rumah hobbit.

Seungcheol keluar lebih dulu dari dalam mobil. Wajah Jeonghan sedikit memerah membayangkan Seungcheol menggandeng lengannya, tapi tentunya itu tidak akan pernah terjadi. Pintu garasi yang terbuka menunjukkan dua mobil sedan berwarna silver dan hitam. Sepertinya keluarga Choi benar-benar sangat berkecukupan.

"Hanya ada Ibuku di rumah," Seungcheol memutar tubuhnya ke belakang, "Ayahku ada jadwal operasi."

"Benarkah?! Ayahku juga memiliki janji kunjungan untuk pasien operasi. Apa itu pasien Ayahmu?!" Seungcheol mengangkat bahu.

Pintu rumahnya juga berwarna kecokelatan. Pintunya jauh lebih canggih dari pintu rumah Jeonghan di Beverly dulu. Seungcheol harus memasukkan beberapa angka di pegangan pintu sebelum terdengar bunyi 'beep' pelan dan pintu terbuka begitu saja. Seharusnya Jeonghan memperhatikan berapa angka yang Seungcheol masukkan tadi dan menghapalnya. Berjaga-jaga kalau suatu waktu Seungcheol memintanya untuk datang. Membayangkannya membuat wajah Jeonghan kembali memerah.

Aroma masakan yang sangat nikmat membelai indera penciuman. Mrs. Choi atau asisten keluarga Choi pasti sedang memasak sekarang. Seungcheol berhenti tepat di depan tangga yang pegangannya terbuat dari besi hitam mengkilat.

"Sepertinya Ibuku sedang memasak... Ayo..."

Rumah keluarga Choi benar-benar sangat terang di bagian dalam. Seluruh dindingnya berwarna putih, dan terkadang di beberapa sudut dihiasi sesuatu yang berwarna cokelat atau hijau. Seperti tanaman hias dalam pot cokelat yang digantung di dekat tangga, figura besar berwarna cokelat yang di dalamnya ada banyak sekali kumpulan foto keluarga Choi, rak TV yang sangat besar berwarna cokelat, dan masih banyak yang lainnya. Jeonghan membatin apakah itu semua selera Mrs. Choi... Karena perpaduan warnanya benar-benar membuat penglihatannya terasa nyaman.

Foto-foto di dalam figura besar menarik perhatian Jeonghan. Ada foto pernikahan yang warnanya sudah agak memudar. Tuan dan Nyonya Choi benar-benar cantik di foto itu. Ada foto mereka ketika berlibur... Sepertinya itu diambil setelah mereka melangsungkan pernikahan. Ada foto Mrs. Choi berada di atas kapal kecil mengangkat seekor ikan besar. Ada juga foto Mrs. Choi di sebuah kamar rawat sambil menggendong seorang bayi kemerahan. Sepertinya itu Seungcheol. Bahkan sejak bayi pun lesung pipinya sudah terlihat. Seungcheol kecil hanya terlihat sedikit lebih besar dari roti tawar.

Seungcheol tidak membiarkan Jeonghan berlama-lama memandangi semua foto keluarganya. Ia menarik lengan Jeonghan dan mereka melewati lorong kecil yang di kanan dan kirinya juga dihiasi bata merah.

Mrs. Choi bersenandung pelan ketika keduanya memasuki dapur. Dia memakai apron berwarna abu-abu dan rambutnya yang hitam digelung tinggi. Dia memakai kemeja putih dan jeans dan itu membuat Jeonghan merasa iri. Bagaimana bisa seseorang terlihat begitu modis ketika sedang berhadapan dengan wajan dan spatula?! Sementara Jeonghan merasa tampilannya selalu terlihat menyeramkan ketika ia berada di dapur.

Mrs. Choi mengangkat kepala. Senyumnya sangat lebar meskipun ia terlihat sedikit terkejut. "Jeonghan, kan?!" Tanyanya ragu.

Jeonghan mengangguk dan memberinya salam. Mrs. Choi mematikan kompor induksi dan mengangkat wajan kecil dari atas kompor. Ia membersihkan telapak tangannya ke handuk kecil yang digantung di dekat westafel kemudian memeluk Jeonghan.

"Waktu Cheollie bilang temannya akan datang, aku tidak tahu kalau yang dimaksud itu kau... Bagaimana kabar Yoongi?!"

"Dad baik..."

Langsung saja Jeonghan bicara banyak hal dengan Mrs. Choi sementara Seungcheol memilih untuk duduk diam mendengarkan. Dia mengambil beberapa pai buah dan memasukkannya bulat-bulat ke dalam mulutnya.

Mrs. Choi benar-benar seorang wanita yang menyenangkan. Jeonghan pikir Mrs. Choi akan mencekokinya dengan ribuan kalimat tentang anatomi manusia, atau bercerita tentang pengalamannya sebagai seorang dokter, atau penghargaan yang mungkin pernah dia terima. Tapi ternyata dia membicarakan trend mode terkini dan Jeonghan diam mendengarkan. Dia tidak memiliki banyak pengalaman tentang fashion. Fashionnya hanya sebatas celana panjang dan kemeja atau parka. Tidak ada yang hebat dari itu semua.

Seungcheol mengajaknya berkeliling setelah Mrs. Choi menawarinya pai apel berukuran besar. Itu pai apel yang sangat nikmat seperti buatan Mum dulu.

Kamar Seungcheol berada di lantai dua. Pintu kamarnya berwarna hitam. Seungcheol menekan gagang pintu sementara Jeonghan mengintip dari balik punggungnya, bertanya-tanya dalam hati apa yang dia miliki di dalam kamar berukuran cukup luas ini.

Ranjang berukuran sedang dengan penutup berwarna abu-abu, tiga rak susun yang digantung di dinding, kumpulan kaset dan sebuah CD player di atas meja kecil, komputer keluaran terbaru, lemari pakaian tiga pintu, sofa panjang, dan satu lemari kecil lainnya terbuat dari kaca tempat Seungcheol meletakkan tas-tasnya. Kamarnya jauh lebih besar dari kamar Jeonghan. Jendela besar ada di sudut ruangan. Seungcheol membiarkan jendelanya terbuka membawa hawa dingin masuk ke dalam kamar.

"Wow... Kamarmu benar-benar hebat." Jeonghan tidak bisa menahan diri.

Tatapan Jeonghan jatuh pada meja kecil tempat CD player berada. Seungcheol mendengarkan musik rock dan ada banyak Arctic Monkeys di sana.

"Dimana kau menyimpan buku-bukumu?"

"Di lemari buku yang ada di lantai bawah, aku menyimpannya dengan jurnal-jurnal kesehatan milik orangtuaku."

Ada banyak hal yang mereka lakukan setelahnya. Membantu Mrs. Choi mengganti tanah tanaman-tanamannya yang berharga, mencoba ayam tawar buatan Mrs. Choi untuk makan siang, menangkap ikan di kolam buatan belakang rumah keluarga Choi, dan terakhir ikut menonton berita di TV bersama Mrs. Choi sementara Seungcheol harus membetulkan perapian elektrik miliknya.

Mr. Choi kembali pukul empat sore. Jeonghan berpapasan dengannya saat hendak masuk ke dalam mobil Seungcheol. Dia mengerutkan kening seolah berusaha mengingat dan kemudian menepuk pundak Jeonghan beberapa kali. Dia menitipkan salam untuk Yoongi sebelum berlalu masuk ke dalam rumah.

Seungcheol mengantar Jeonghan sampai depan rumah. Wajah Yoongi bersinar seolah natal datang lebih cepat. Kumisnya bergerak-gerak ketika dia tersenyum.

Jeonghan memutuskan untuk merebahkan tubuh dan memandang langit-langit kamar. Semuanya terasa seperti mimpi. Dalam waktu lebih dari satu bulan, dia berada di West Coast dan mendapatkan beberapa teman baru. Dan salah satu teman barunya itu adalah cowok paling populer di sekolah. Jeonghan harus menampar kedua pipinya sendiri dan membenamkan wajah ke bantal untuk meredam teriakan bahagianya.

HEAVEN'S CLOUD | JEONGCHEOL (END)Where stories live. Discover now