Satu minggu berlalu, keadaan kota kembali tenang seusai insiden TCS dan GloryNight meletus minggu kemarin. Tapi sebenarnya dibalik itu semua, Reza tengah mencoba menghubungi Christopher untuk meminta bantuan. Karena pihak mereka, masih belum bisa menerima kekalahannya atas TCS.
***
(Dilain sisi, sama halnya seperti Edward. Javier juga merupakan orang, yang paling susah nolak ajakan dari Prescilla. Meskipun itu membosankan baginya, karena dihari itu dua jam setelah pulang sekolah, Prescilla dengan memohon meminta Javier untuk menemaninya ke mall. Atau lebih tepatnya ke Skateshop, dimana ia selalu membeli keperluan Skatenya ditoko langganannya itu).
"Jav, menurut lu bagus mana, yang kanan apa yang kiri?" Tanya Prescilla sambil memegangi dua papan skateboard.
"(Menggaruk dagu) Kayaknya yang kanan deh lebih bagus."
"Lu gimana sih, yang yakin gitu dong kalo dimintain pendapat." Tukas Prescilla.
"Iya, yang kanan itu bagus." Dengan yakin Javier menunjuk papan skateboard ditangan kanan Prescilla.
"Tapi, kenapa gue suka yang kiri ya?" Sahut Prescilla dengan bimbang.
"Terus ngapa lu tadi nanya pendapat gue, kalo ujung-ujungnya lu punya pendapat sendiri?!" Gerutu Javier setengah kesal.
"Ah lu, gitu doang aja emosi."
"Gue kesel aja, bukan emosi." Jawab Javier yang memasang muka datar.
"Udah deh, lu diem aja. Gue mau bayar, lu tunggu diluar aja."
"Lu jadi beli yang mana, emang?"
"Yang kiri, bagus banget soalnya."
"Dasar women." Pungkas Javier sembari berjalan keluar toko dan menunggu Prescilla.
***
Setelah keluar dari skateshop, Prescilla kembali meminta pada Javier untuk mengantarkan ke alun-alun kota. Yang mana itu merupakan tempat, dimana Prescilla selalu menghabiskan sorenya dengan bermain skateboard disana. Tanpa berfikir panjang, Javier pun menyalakan motor dan bersiap menarik gas-nya, sebagai tanda bahwa ia setuju atas ajakan itu.
***
(Sekitar 15 menit berlalu, mereka tiba di alun-alun. Dengan membawa skateboard barunya, Prescilla berjalan memasuki taman dan diikuti dengan Javier yang berjalan dibelakangnya).
"Lu kok bisa sih, suka sama skateboard?"
"Ya random aja sih Jav, kenapa? Mau gue ajarin?" Kata Prescilla menawarkan.
"Ga deh, percuma. Gue ga bakalan bisa."
"Ahahahaha.... Lu beda ya, sama Edward? Dia aja minta gue, buat ngajarin main skate." Timpal Prescilla dengan tertawa.
"Orang random kayak dia, paling bentar juga bosen lagi." Tukas Javier.
"Tapi makasih ya, lu udah nganterin gue tadi." Jawab Prescilla sembari melempar senyum.
"Iya, santai aja kali. Kapanpun lu minta siap kok." Javier membalas senyuman.
"Beda emang dibanding Edward, tapi lu berdua itu sahabat gue yang paling berarti."
(Javier dan Prescilla pun berbincang-bincang untuk waktu yang lama, mereka saling melempar cerita absurdnya antara satu dengan yang lain, tak jarang juga salah satu dari mereka melempar candaan dan tertawa bersama. Namun ditengah obrolan mereka, tiba-tiba terlihat Edward sedang mengendarai motornya melintasi alun-alun dengan kencang terburu-buru).
"Itu bukannya Edward ya, tadi?" Tanya Prescilla keheranan.
"Iya, itu Edward." Sahut Javier dengan datar.
"Kemana ya dia, kira-kira?"
(Kemudian handphone Javier berbunyi).
"Cill, sorry ya ada telfon masuk."
"Iya, angkat aja."
"Ya Christ, ada apaan?" Sapa Javier mengangkat telfon.
"Dimarkas ada Reza, dia maksa banget buat ketemu lu." Kata Christopher melalui telfon.
"Nanti malem gue kesana, bilangin ke dia."
"Oke." Sahut Christopher sambil menutup telfon.
"Dari siapa Jav?" Tanya Prescilla.
"(Mengantongi handphone) Oh, ini dari temen-temen. Ntar malem mau ngajak nongkrong katanya." Elak Javier meyakinkan Prescilla.
"Oh gitu, yaudah berangkat aja sih."
"Iya ntar malem. Eh Cill, balik yuk? Udah mau malem ini." Ajak Javier.
"Yuk lah."
***
Sementara itu dilain sisi, setiap sore Edward selalu berkendara menyusuri kota mencari ketenangan dengan menyendiri di taman pinggiran kota. Entah apa yang membuatnya seperti itu, seakan-akan isi kepalanya selalu dibebani rasa khawatir yang sangat besar. Dengan tenang Edward berjalan memasuki taman, dan duduk dibangku itu sembari menikmati senja sore yang indah, sembari menghisap beberapa batang rokok.
(Namun ditengah lamunannya, Edward sontak dikejutkan oleh Billy yang merupakan rekannya didalam TCS).
"Sendirian aja, lu?" Sapa Billy membuyarkan lamunan Edward.
"Iya." Sahut Edward yang menoleh kearah Billy.
"Lama-lama gue malah khawatir sama lu, kalo lu jalan sendirian mulu."
"(Menghembuskan asap rokok) Apa coba, yang lu takutin dari gue?"
"(Duduk disamping Edward) Banyak geng diluar sana yang ngincer kepala lu, mereka ngira kita udah dipuncak kota ini."
"Hmm... lu percaya sama gosip murahan? Lagian kan lu tau, kalo gue ngga terlalu berambisi buat jadi puncak dikota ini." Terang Edward dengan memandangi sungai.
"Iya, gue tau lu orangnya kayak gimana sekarang."
"Gue ngikutin lu karena gue naruh respect yang tinggi sama Bang Rocky, dan gue juga naruh respect sama lu karena pemikiran lu sama kayak dia." Terang Billy mengalihkan obrolan sambil menghembuskan asap rokok.
"(Menghela nafas) Hmm.. gue juga naruh respect yang tinggi kalo sama dia, lagian dia juga orang yang berhasil ngrubah sifat ambisius gue jadi orang yang tenang." Jawab Edward dengan tersenyum lebar.
"Bill, lu udah ada dikota ini sejak 5tahun yang lalu. Menurut lu gimana, lu suka sama kota ini?"
"Mungkin sebelum gue kenal sama lu dan TCS, gue masih benci sama kota ini."
"Ahahahaha.... Iya, gue inget dulu waktu kita pertama kali kenal. Lu itu orangnya keras kepala banget, gila!" Canda Edward dengan melempar ejekan.
"Yah bisa dibilang, Bang Rocky gamungkin salah milih orang sih buat gantiin posisinya. Mungkin itu alesan kenapa sifat keras kepala gue jadi ilang."
Antara Edward dan Billy, adalah dua orang yang sama-sama mengidolakan sosok Rocky. Namun Rocky memutuskan keluar dari TCS, setelah memenangkan perang melawan Serigala Hitam setahun yang lalu, yang membuat 3 orang dari mereka tewas karena gegar otak karena benturan dari benda keras. Tak berselang lama geng Serigala Hitam mengakui kekalahan dan membubarkan geng tersebut. Namun dilain sisi, Rocky juga menyesal atas perbuatannya dan memberikan posisi leader pada Edward.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
EZ4 Girls: The Bulletproof Heart [✔️END (Belum Revisi)]
Teen FictionRocky sontak kaget seketika, lantaran orang yang membuat Alvaro tewas adalah dirinya. Akibatnya setelah insiden itu, ia dengan penuh rasa bersalah, memutuskan untuk pergi meninggalkan kota, dan memberikan tahta kepemimpinan geng itu pada Edward. Nam...