Chapter 13: Cerita di sore hari

5 1 0
                                    

Siang hari sepulang sekolah, Edward selalu menghabiskan beberapa jam nongkrong di café kesayangannya untuk mengistirahatkan otak sejenak. Karena sudah seminggu lebih ia terus dibebani rasa bersalah pada Prescilla, apalagi setelah Prescilla memintanya untuk keluar geng dan meninggalkan teman-temannya.


Setelah lama Edward melamun, dan meminum segelas vanilla milkshake dingin. Tiba-tiba Daren datang dengan membawa minuman membuyarkan lamunan Edward, dia juga baru saja bergabung dalam TCS bersama 4 orang temannya, setelah insiden menimpa TCS kemarin. Melihat Edward yang murung, Daren berinisiatif menghiburnya dengan mengajaknya mengobrol, sesekali ia juga melempar jokes yang sedikit membuat Edward tersenyum geli.


"Lu enjoy gabung TCS, sekarang?"


"(Mengangguk) Enjoy aja sih, temen-temen gue juga enjoy-enjoy aja tuh."


"Bagus, kirain lu gabakal enjoy gabung di geng yang kata orang-orang, geng gajelas." Edward melempar senyuman geli.


"Tapi anehnya, kenapa semua anggota TCS nunjuk lu sebagai leadernya? Menurut gue mending bang Billy sih kemana-mana, dibanding elu." Tanya Daren dengan nada mengejek.


"(Tersenyum lebar) Gue juga awalnya juga sependapat sama lu, bahkan sampe sekarang gue masih nanya ke diri gue sendiri. Apa bisa, orang seperti gue mimpin orang banyak? Tapi yaudah, gue jalanin aja sebisa gue."


"Kalo dari lu sendiri ngga minat, ngapain ngga lu limpahin ke yang berkompeten aja dari awal?"


"(Menghela nafas) Oke, gue mau ceritain sedikit ke elu. TCS sendiri sudah berdiri dari 5 tahun yang lalu, dengan system yang sudah turun temurun. Semua tanpa ada proses voting, dan ketika seorang leader mau out dari TCS, dia harus memilih penggantinya yang dirasa layak dan cocok. Dan posisi wakil, dipilih langsung oleh leader. Waktu itu kebetulan gue ditunjuk langsung sama bang Rocky, dia leader sebelum gue." Terang Edward sambil membakar rokok.


"Banyak yang protes sama system itu, salah satunya Billy. Waktu itu dia masih emosian dan temperamental, apalagi waktu bang Rocky nunjuk gue jadi leader. Makin emosi tuh dia, karena ga terima dan ngrasa kalo dirinya layak buat gantiin bang Rocky. Saking emosinya dia sampe ngajak gue buat duel, dengan taruhan yang menang berhak jadi leader selanjutnya. Yaudah gue jabanin aja maunya, tanpa basa-basi gue sama dia langsung fight aja, dan disaksiin semua anggota."


"Terus hasilnya?!" Tagih Daren dengan antusias.


"Ya lu tau lah siapa leadernya sekarang, masa masih nanya? Tapi beberapa waktu berlalu, Billy mulai bisa nerima keadaan. Dan dia juga mulai berubah sedikit demi sedikit, yang dulunya temperamental jadi tenang dan ngga sembrono dalam ngambil keputusan." Dengan tenang Edward mengakhiri ceritanya.


"Unik yah cerita lu? Semoga cerita gue bisa sama kayak lu."


"(Edward tersenyum geli mendengar perkataan Daren) Gue malah berharap, semoga cerita lu lebih bagus dari gue."

***

Kemudian disisi lain, seperti biasa setiap pulang sekolah, Billy selalu menyempatkan waktu buat menjenguk adik kesayangannya dirumah sakit. Meskipun kadang hatinya merasa sakit, ia tanpa henti selalu memberikan dorongan semangat untuk kesembuhan adiknya itu. Karena menurutnya, adiknya adalah satu-satunya orang yang disayanginya dalam anggota keluarga. Tapi sebaliknya, adiknya juga memberi dorongan agar Billy, mau menerima kehadiran mamanya kembali. Dan berharap agar rasa benci pada mamanya segera luluh.


Mereka berbincang-bincang tentang bagaimana keadaan kota yang sekarang, dan bagaimana rasanya menjadi siswa sekolah. Saling melempar tawa antara satu sama lain, yang mereka anggap itu adalah sesuatu yang mahal harganya. Namun tak lama setelah itu, Keisya masuk ke kamar Tania. Tanpa rasa canggung dia pun langsung masuk dalam obrolan, dan tertawa bersama.

***

Tak dirasa 2 jam berlalu, mereka bertiga larut dalam obrolan. Dan hari juga sudah mulai sore, Billy kemudian berpamitan pada Tania untuk pulang sejenak dan berjanji pada adiknya itu untuk datang kembali nanti malam, diikuti dengan juga Keisya memohon pamit.


(Sambil melambaikan tangan tanda perpisahan, Billy menutup pintu kamar Tania).


"Lu langsung pulang, Bill?" Tanya Keisya yang berjalan disamping Billy.


"Kenapa emang? Masih kurang lu ngobrol sama gue?" Timpal Billy tersenyum geli.


"Hmm... kalo lu ada waktu sih."


"Ke taman pinggir sungai yuk, kayaknya cocok kalo sore gini." Ajak Billy tanpa basa-basi.


"Yuk." Sahut Keisya antusias.


Sesampainnya mereka diparkiran rumah sakit, Billy dan Keisya pun menaiki dan menyalakan motor mereka masing. Dengan penuh antusias Keisya menarik gas motornya meninggalkan rumah sakit, diikuti Billy dibelakangnya.

***

Sesampainya ditaman, mereka duduk dibangku yang sama, dan melanjutkan bercerita sambil menikmati sore yang indah. Itu adalah kali pertama mereka jalan berdua, momen yang pas juga bagi mereka untuk mengenal pribadi masing-masing. Saling melempar candaan, lalu diikuti tawa setelahnya. Yang mewarnai sore itu.


(Namun kejadian itu tak berlangsung lama, setelah seseorang tiba-tiba datang dengan emosi, membuyarkan momen indah mereka).


"Keisya!" Panggil seseorang yang berdiri dibelakang mereka.


"Ngapain lu berduaan, bareng sampah disini?!"


"Kane? Ngapain, lu kesini." Sahut Billy yang menoleh kebelakang.


"Harus banget, lu ngikutin gue?!" Keisya menatap Kane dengan tajam.


"Wait, lu berdua udah saling kenal?" Tanya Billy penuh heran.


"Dia mantan gue." Terang Keisya dengan datar.


"Mantan? Hey, kan udah gue bilang ke elu Key, kalo gue gamau putus." Kata Kane dengan kaget seraya memohon.


"Lu tadi bilang Billy apa? Sampah? Yang sampah itu elu sendiri, udah nyelingkuhin gue 3 kali. Dan lu masih datang kehadapan gue, terus bilang gamau putus? Urat malu lu ilang, hah?!" Bentak Keisya.


"Kalo gue jadi elu, udah gue ilangin deh tuh muka." Ejek Billy dengan tersenyum lebar.


"Bacot lu, Bill!!" Bentak Kane ysng tersinggung dengan ejekan Billy.


"Heh! Ngapain lu masih disini?! Pergi ngga, lu." Sahut Keisya dengan mengusir.


"Tapi Key-" Protes Kane sedikit memelas.


"(Menyilangkan tangan) Budeg lu? Dia nyuruh lu pergi, bukan ngemis." Potong Billy yang terus mengejek.


"(Menunjuk kearah Billy) Awas lu Bill, gue tandain muka lu!" Dengan penuh emosi, Kane berjalan pergi meninggalkan Billy dan Keisya.


Keisya yang tadinya ceria, mendadak emosi setelah melihat wajah Kane. Ia juga berkali menghela nafas panjang, berharap semoga emosinya cepat reda. Disisi lain Billy sontak melongo melihat kejadian itu, dia tak menyangka bahwa Keisya bisa membentak Kane didepan dia. Billy yang tak mau berlama-lama mematung, sontak memegangi pundak Keisya dan melemparkan cerita absurdnya kembali, yang bermaksud meredakan emosi Keisya. Alhasil sore itupun, ditutup dengan wajah ceria yang kembali menghiasi wajah Keisya.

***


EZ4 Girls: The Bulletproof Heart [✔️END (Belum Revisi)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang