Bel berbunyi, menandakan jam istirahat dimulai. Dengan tenang Edward berjalan menuju ke atap sekolah, diikuti oleh Rizal dibelakangnya. Semenjak dia jadi anggota TCS, kini tiap kemanapun Edward pergi selalu ada Rizal disampingnya untuk mengawal.
"Zal, kenapa lu ngikutin gue mulu?" Celetuk Edward.
"Gue mau ngeliat pemandangan puncak, bareng lu."
"Lah?"
"Sekelompok orang akhir-akhir ini, sering menyebar terror di kota. Apa tanggapan lu?" Rizal melempar pertanyaan.
"(Menghela nafas) Ah, pertanyaan itu lagi? Gue bosen dengernya."
"Lu gamau bersihin, sampah-sampah sekitar?"
"Awalnya pikiran gue kearah sana, tapi karena beberapa hal, gue mengurungkan niat gue. Selama dia ga nyentuh keluarga dan temen-temen gue, akan gue biarin mereka bergerak semaunya." Terang Edward dengan tenang.
"Karena TCS dibentuk karena dasar persaudaraan, bukan buat jadi patokan semua geng dikota. Makanya beberapa orang memutuskan keluar, karena ambisi, dan perbedaan pendapat." Imbuhnya.
"Setelah gabung di TCS. Pemikiran lu sekarang berubah, ya?." Rizal melempar ejekan.
"Sama aja sih menurut gue. Yah, semoga lu betah juga di TCS." Sahut Edward merendah dan disusul Rizal tersenyum puas mendengar jawaban Edward.
"Yo, Edward!! Udah gue duga, lu disini." Teriak Javier yang baru tiba diatap sekolah.
"(Menepuk kening) Kenapa lu bisa nemuin gue, dah?! Sebenernya yang ngasih tau lu, siapa sih?" Tanya Edward setengah kesal.
"Udah deh, gausah nanya lu kalo yang itu. Insting sahabat ini tajem, asal lu tau. Btw, ke kantin yuk? Laper nih." Ajak Javier antusias.
"....." Tanpa berbicara, Rizal terus menatap Javier dengan sinis.
"(Berjalan kearah Rizal) Ada apa sama mata lu? Kayaknya, lu gasuka ngliat gue." Tukas Javier dengan tenang.
"Hmm... sampah." Sahut Rizal tersenyum sinis.
"Yuk ke kantin yuk, kayaknya gue juga laper nih." Spontan Edward mencairkan suasana dengan berpura-pura lapar.
"Yookk, let's go!!" Teriak Javier dengan antusias.
"Hmm... secepatnya bakal gue bongkar siapa lu sebenernya." Kata Rizal berbisik dengan senyum mengancam.
"Gue tunggu brengsek!" Timpal Javier lirih.
Kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju kantin sekolah. Bahkan sesampainya dikantin, Javier dan Rizal terus menatap satu sama lain dengan sorot mata penuh kebencian. Namun Edward, dengan berbagai macam dan usahanya, dia selalu mempunyai cara untuk meredam ketegangan diantara mereka. Dan perseteruan mereka pun, akhirnya dipisahkan oleh bel sekolah yang berbunyi, menandakan jam istirahat telah selesai.
***
(5jam kemudian bel sekolah kembali berbunyi, menandakan jam pelajaran telah usai, dan murid-murid berbondong-bondong keluar kelas untuk pulang).
"Edward!! Edward!!" Teriak Ariska yang berlari kearah Edward.
"(Edward menjeda langkah) Iya?"
"Mau ngafe, ngga? Kebetulan loh, aku kemarin nemu café yang asik banget. Kayaknya cocok deh, kalo kita kesana. Aku traktir deh, gimana?"
"(Melanjutkan melangkah) Ah, kayaknya kapan-kapan aja deh. Soalnya hari ini aku ngantuk banget." Elak Edward dengan tersenyum canggung.

KAMU SEDANG MEMBACA
EZ4 Girls: The Bulletproof Heart [✔️END (Belum Revisi)]
Teen FictionRocky sontak kaget seketika, lantaran orang yang membuat Alvaro tewas adalah dirinya. Akibatnya setelah insiden itu, ia dengan penuh rasa bersalah, memutuskan untuk pergi meninggalkan kota, dan memberikan tahta kepemimpinan geng itu pada Edward. Nam...