King's café, sebuah nama café yang cukup terkenal dikota itu. Café itu juga punya nama yang besar, lantaran merupakan tempat berkumpulnya berandalan kota kala menghabiskan waktu senggang. Tempat itu juga kerap kali dipakai untuk agenda rapat besar suatu geng, dan tak jarang juga beberapa orang bersitegang disana, atau bahkan sampai berkelahi sekalipun.
Tak terkecuali dimalam ini, terlihat Kane tengah mengendarai motornya dengan cepat menuju King's Café. Karena dihari ini, sahabat lamanya tengah mencoba membuat janji padanya. Ia juga berpesan, bahwa hari ini ia mempunyai kabar yang menarik dan bagus untuk diceritakan padanya.
***
(Sesampainya di King's Café, dengan santai Kane membuka pintu dan melangkah masuk. Dan melihat seseorang, yang tengah bersantai dengan meminum kopi dan membakar rokok. Sembari menunggu kehadirannya).
"Sorry, gue telat." Sapa Kane yang baru datang.
"Santai, gue juga baru nyampe sini." Sambut Rizal dengan tenang.
"Gue juga udah pesenin kopi mocca, kesukaan lu." Imbuhnya.
"(Tersenyum kemudian duduk) Udah lama ya? Kita ngga nyantai berdua, kayak gini."
"Lu terlalu sibuk, sekarang." Kata Rizal sambil menghembuskan asap rokok.
"Yah, seperti yang lu tau. Gue punya 3 pacar, yang sayang banget sama gue. Ditambah lagi, gue punya keluarga baru sekarang."
"Hmm.. bullshit! Orang kayak lu, mana tau arti cinta?" Ejek Rizal melempar senyum remeh.
"(Meminum kopi) Orang bego macem lu, mana paham maksud gue? Gue udah hafal apa itu cinta, pacar gue aja ada 3." Timpal Kane dengan sombong.
"(Mematikan rokok) Iya, serah lu deh. Biasanya yang ngotot, itu yang tolol."
"(Kane menghisap rokok, tanpa memperdulikan omongan Rizal)."
"Lu enjoy, gabung sama DoubleE?" Imbuh Rizal menatap Kane dengan datar.
"(Menyilangkan tangan) Ya, gue akhirnya menemukan tempat yang cocok bagi orang brengsek kayak gue."
"(Tersenyum sinis) Hmm... akhirnya, lu nemuin jalan lu sendiri. Ngomong-ngomong, siapa leader lu?"
"Kayaknya, yang itu bukan urusan lu." Jawab Kane dengan datar.
"(Membakar rokok) Oh gitu, ya gapapa sih. Untuk 2 tahun terakhir, gue ngrasa hubungan gue sama lu udah semakin asing, ditambah lagi lu milih jalan yang menurut gue membuat lu semakin asing sekarang."
"Apa maksud lu?!" Sahut Kane dengan heran.
"Gue yang sekarang, udah jadi bagian dari TCS."
"Hah?! Bukannya lu selalu musuhan sama Edward?!" Spontan Kane kaget mendengar penyataan dari sahabatnya itu.
"(Berdiri dari tempat duduk, lalu mengenakan jaket) Menurut gue itu bukan urusan lu, tujuan gue cuma bilang itu aja ke elu."
"Tapi Zal?!" Bentak Kane.
"Untuk sesaat, gue bakal nglupain pertemanan kita. Tapi ada satu hal yang harus lu inget, sekarang kita rival." Kata Rizal mengakhiri pertemuan sambil melangkah pergi meninggalkan Kane.
"(Menunduk) Kenapa harus elu, bego!" Umpat Kane dengan lirih.
***
Sementara itu ditempat lain, Edward baru saja memarkir sepeda motornya didepan taman, lalu tanpa menunggu waktu yang lama ia pun beranjak turun dari motornya itu, dan berjalan masuk kedalam area taman. Namun setelah memasuki taman, untuk beberapa saat, ia memandangi sekeliling taman yang basah terkena air hujan. Dengan tenang Edward pun berjalan ke salah satu bangku yang tidak sengaja ia pilih, dan kemudian menyeka bangku itu, lalu duduk setelahnya, sembari menikmati sebatang rokok yang baru saja ia bakar.
"Flap... flap... flap..." Terdengar suara langkah kaki menginjak rumput yang basah, berjalan kearah Edward.
"Yo, boss!"
"Bang Rocky?! Kok lu, disini? Bukannya elu-" Sambut Edward berkaca-kaca.
"Gue ada urusan bentar, dan besok gue harus balik."
"Gimana kabar lu?"
"Baik bang, lu sendiri gimana?" Jawab Edward penuh senyum.
"Seperti yang lu liat." Rocky membalas senyum Edward.
"(Membakar rokok) Mau rokok, bang?"
"Boleh." Rocky mengambil satu batang rokok itu, lalu membakarnya.
"Lu kok sendirian? Kan gue nyuruh lu jadi leader, biar lu kemana-mana ga sendirian, kenapa masih tetep sendirian?"
"(Menghembuskan asap rokok) Gue suka ketenangan bang, sesekali." Terang Edward.
"Hmm... sok cool banget lu, jadi cowok." Timpal Rocky sembari melempar ejekan.
"Ya emang gue cool dari dulu, baru tau lu?"
"(Rocky tersenyum geli mendengar jawaban Edward) Apa arti TCS buat lu?"
"Keluarga, dan teman seperjuangan."
"(Rocky tersenyum untuk kedua kalinya) Gue denger-denger, beberapa bulan kemarin ada geng baru ya? Namanya DoubleE kalo gasalah, mereka rusuh banget kayaknya. Tanggapan lu, gimana?"
"(Edward mengangkat dagu) Gue berasa nostalgia kalo denger nama itu, lu inget ngga bang? Dulu waktu pertama kali gue masuk TCS, gue suka nyuruh lu buat jadi nomer satu dikota ini. Tapi lu selalu marahin gue tiap kali gue bilang gitu ke elu, tapi semenjak lu ngasih posisi leader ke gue, sekarang gue jadi ngerti kenapa dulu lu sampe marahin gue."
"Terus ,apa point yang lu dapet?" Tanya Rocky dengan tenang.
"Menurut gue, menjaga keluarga lebih penting daripada menjadi nomor satu."
"(Menepuk pundak Edward) Bagus! Ga salah pilih gue, buat jadiin lu leader." Rocky tersenyum bangga.
Untuk beberapa saat yang lama, Edward menikmati malam itu dengan mengobrol bersama mentor yang ia idolakan sejak lama. Karena malam itu adalah malam terakhir Rocky, yang mana setelahnya ia akan pergi ke Surabaya bersama keluarga barunya. Tak lupa, ia juga mengucapkan salam perpisahan dengan Edward, dan juga kota Palangkaraya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
EZ4 Girls: The Bulletproof Heart [✔️END (Belum Revisi)]
Teen FictionRocky sontak kaget seketika, lantaran orang yang membuat Alvaro tewas adalah dirinya. Akibatnya setelah insiden itu, ia dengan penuh rasa bersalah, memutuskan untuk pergi meninggalkan kota, dan memberikan tahta kepemimpinan geng itu pada Edward. Nam...