Malam minggu yang cerah, rasa gelisah mulai menyelimuti kepala Edward, sesekali dia merenung untuk berfikir, dan sesekali juga dia mengecek chat masuk di ponselnya. Rasa gelisah itu timbul, dikarenakan akan ada rencana besar, dan juga masalah besar yang akan menimpa dirinya. Merasa rebahan kurang efisien untuk berfikir, Edward mulai beranjak dari tempat tidurnya. Dengan masih menunggu kabar dari seseorang, ia mulai berjalan mondar-mandir disamping tempat tidurnya untuk waktu yang lumayan lama. Hingga kemudian langkah kakinya terhenti karena bunyi dari ponselnya, yang merupakan tanda chat yang ia tunggu sudah masuk. Tanpa berfikir panjang, Edward pun langsung berlari ke kamar mandi sembari bersiap-siap.
***
(Setelah selesai mandi, dan masih mengenakan handuk. Edward membuka lemari pakaiannya, dan sibuk memilih baju yang sekiranya cocok untuk melancarkan rencananya. Ia kemudian memlih T-shirt putih dan hoodie hitam sebagai atasannya, sedangkan untuk bawahannya dia memilih celana jeans hitam dengan sobekan disalah satu lututnya. Setelah dirasa apa yang ia kenakan itu keren, Edward pun berjalan menuju kaca besar disebelah lemari, sembari menyisir rambutnya).
"Cill, gue sayang banget sama lu. Lu mau ngga, jadi pacar gue?" Celetuknya dengan menatap cermin itu penuh percaya diri.
"Engga... engga... terlalu to the point, terlalu kuno juga."
"Cill, gue sama lu kan udah temenan sejak kecil. Dan hari ini, gue mau ngungkapin perasaan gue yang sebenernya. Gue sayang banget sama lu sejak dulu, lu mau ngga jadi pacar gue?"
"Gilaa... keren banget gue. Tapi kayaknya ada yang kurang, apa ya?"
"Oiya, gue tau. Kurang romantis, kalo gitu..."
"Princess Prescilla, gue tau lu akhir-akhir ini kesel sama kelakuan berandalan gue. Tapi lu tenang aja, karena gue udah keluar kok dari geng itu. Tapi lu tau juga, kan? Gue sama lu udah temenan sejak lama, dan hari gue mau bilang ke elu. Kalo gue dari dulu itu sayang banget sama lu, lu mau kan jadi pacar gue?"
"Gilaaa...... keren parah lu Ed, fix sih lu cowok romantis sekarang."
"Come on Edward... come on. Lu pasti bisa kali ini. Wohoo...!!!"
Setelah memecahkan kegelisahan dikepalanya dan bertingkah layaknya orang gila yang berbicara sendiri dicermin. Edward dengan semangat langsung bergegas pergi keluar dari rumah, menuju taman tempat dimana hal itu akan terjadi.
***
(Dengan penuh semangat, Edward memacu motornya dengan cepat. Dan tak butuh waktu lama, ia sampai ditempat itu lebih cepat dari waktu normal. Mulanya ia mengira bahwa disana hanya akan ada Prescilla, dan dirinya saja. Namun diparkiran taman, terlihat Javier yang tengah menunggunya).
"Lama banget lu?" Sapa Javier yang duduk bersantai dimotornya.
"Lu ngapain, disini?"
"Hmm... pake nanya? Udah jelas kan, buat ngeliat sampe mana nyali lu."
"Tapi ngapain lu ada disini juga, tolol?! Ya kan, nunggu kabar dari gue bisa?" Elak Edward mencoba memberi saran.
"Gue sama lu kan sahabat, nih? Yakali info yang gue kasih ke elu barusan itu gratis, lu tau kan maksudnya?"
"(Edward menghela nafas) Iya iya oke deh, serah lu. Tapi yang jelas, kehadiran lu disini bakal ngrusak mood gue."
"Bodoamat..." Pungkas Javier yang beranjak dari motornya, lalu berjalan memasuki taman.
"Heh, orang tolol?! Ngapain lu ikutan masuk, hah?!" Teriak Edward yang berjalan menyusul Javier.
(Dengan kesal, Edward terus memprotes dan mengomel tentang tindakan yang dilakukan Javier. Edward merasa malu, jika hal yang tidak pernah ia lakukan akan dilihat oleh sahabatnya secara langsung).
"(Duduk dibangku taman) Lu bisa ga sih, diem bentar? Berisik!!" Bentak Javier.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZ4 Girls: The Bulletproof Heart [✔️END (Belum Revisi)]
Novela JuvenilRocky sontak kaget seketika, lantaran orang yang membuat Alvaro tewas adalah dirinya. Akibatnya setelah insiden itu, ia dengan penuh rasa bersalah, memutuskan untuk pergi meninggalkan kota, dan memberikan tahta kepemimpinan geng itu pada Edward. Nam...