Chapter 22: Ikatan...

2 3 0
                                    

Beberapa hari kemudian, liburan hari pertama pun dimulai, dengan ditandai pengambilan raport dimasing-masing sekolah 2 hari yang lalu. Semenjak kepergian adik kesayangannya, Billy kini mulai bisa menerima keadaannya yang sekarang. Tania juga sempat berpesan kepadanya, yang mana ia berharap agar Billy berbaikan dan mau menerima mamanya kembali. Namun hal itu, justru menjadi beban tersendiri di fikirannya sekarang.


Dengan mengenakan jaket kebanggaannya, Billy pergi berjalan-jalan menuju ke area taman dipinggir sungai. Dengan harapan semoga dengan dia merenung sejenak, bisa mendapatkan jawaban atas kegelisahannya.

***

(Sesampainya ditaman, ia membakar rokoknya dan berjalan memasuki taman. Sejenak Billy celingak-celinguk mencari tempat duduk yang kosong, karena dirasa semua bangku ditaman itu telah terisi. Billy kemudian melangkah pergi meninggalkan taman itu, dan mencari tempat lain untuk melegakan isi otaknya. Namun beberapa langkah ia berjalan, seseorang berteriak memanggil namanya dan melambaikan tangannya pada Billy. Orang itu adalah Kane yang secara tidak sengaja duduk sendirian ditaman itu, Billy yang merasa terpanggil langsung menggagalkan niatnya untuk pergi dari taman itu, dan mulai berjalan menghampiri Kane).


"Ngapain lu disini? Jangan bilang, bakal ada ronde ketiga disini." Sapa Billy yang berdiri didepan Kane.


"(Tersenyum puas) Tenang... gausah negative vibes gitu, lu."


"Gue tau, lu pasti punya beban fikiran, kan? Makanya lu dateng, kesini." Imbuh Kane menukas.


"Sok tau, lu." Timpal Billy datar.


"Mending lu duduk deh, gue juga udah beliin lu minuman dingin. Soalnya tadi gue waktu dijalan punya firasat, kayaknya bakal ada orang lain yang nemuin gue disini. Dan anehnya, orang itu lu." Pungkas Kane sembari memberikan minuman pada Billy.


"Thanks."


"Ngomong-ngomong, lu ngapain kesini sendirian? Tumben banget." Tanya Billy yang mencoba melempar pertanyaan basa-basi, sembari meminum minuman pemberian Kane.


"Kurang lebih sama kayak lu, nyari ketenangan. Soalnya gue tiap hari selalu dimarahin sama bokap, dia udah ngerti kalo gue anggota geng motor."


"Hmm... masalah klasik. Jadi rame dong, suasana rumah lu?."


"(Kane menghela nafas) Ya gitu deh, berisik banget. Sampe panas telinga gue."


"Tapi gue malah iri sama lu, ternyata orang tua lu masih care gitu."


"Oiya, gue juga mau minta maaf ke elu, karena gabisa dateng ke acara pemakaman adek lu. Tapi gue turut berduka cita kok, atas meninggalnya adek lu."


"(Mengangkat dagu) Ya makasih, jarang banget orang kayak lu bilang hal semacem itu."


"Tciihh... brengsek lu Bill." Gerutu Kane.


"Tapi semenjak perang beberapa hari kemarin, gue akhirnya sadar tentang beberapa hal."


"Hal apaan?"


"......."


"Jangan bilang, lu mau keluar dari DoubleE?"


"(Membakar rokok) Kayaknya sih gitu, lama-lama gue jadi kriminal yang ada kalo masih stay di circle itu. Itu juga salah satu isi celotehan, dari bokap gue."


"Hmm... dasar tolol." Timpal Billy tersenyum puas.


(Sontak mereka pun mengobrol dengan berbagai bahasan, sesekali salah satu dari mereka memberanikan diri untuk melempar candaan ringan yang kemudian disambut oleh tawa yang segar. Dan tak berapa setelah senja disore itu pun mulai hilang, dan mengharuskan salah satu diantara mereka untuk kembali pulang).

***

"(Beranjak dari tempat duduk) Bill, untuk masalah Keisya, gue serahin ke elu."


"Maksud lu yang ini, apaan nih?" Sahut Billy keheranan.


"Gue tau, lu suka kan sama dia? Mulai sekarang, gausah lu tahan-tahan lagi. Lagian urusan gue sama dia, juga udah selesai."


"......."


"2 hari dari sekarang, bawa dia kesini, terus ungkapin semua perasaan lu ke dia. Gue mau liat, seberapa besar nyali lu buat dia."


"Hmm... oke sesuai omongan lu." Timpal Billy penuh percaya diri.

***

(Kemudian dimalam harinya, Daren dan Nino tengah berbincang-bincang diteras rumah. Membicarakan tentang kepopuleran Nino, ketika tinggal di jogja).


"Bang, lu serius? Sekeren itu, lu disana?"


"Ya serius gue, bahkan nih ya? Gue kalo disekolah, dipanggil coolboy gitu, sebenernya risih juga sih." Timpal Nino dengan Sombong.


"Bagi tips dong ke gue? Kali aja gitu, bisa bikin cewek sini pada mau sama gue."


"Ah... kalo itu sih, bukannya pelit nih gue. Yakan lu tau sendiri, gue aja gapunya pacar."


"Itu bukan lu nya yang jomblo oon?! Emang lu nya aja, yang nolak mereka semua." Protes Daren kesal.


"Ya gimana? Emang gue gasuka mereka semua, mau gimana lagi?


(Namun obrolan itu terhenti sesaat, ketika ada telfon masuk di ponselnya Nino yang rupanya dari Christopher. Ia menyuruh Nino menemuinya di King's Café, yang mana bertujuan membicarakan suatu hal penting. Tanpa berfikir dua kali, Nino pun menyetujuinya dan langsung bergegas menuju café itu).

***


EZ4 Girls: The Bulletproof Heart [✔️END (Belum Revisi)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang