Chapter 9: Harapan di hari esok

7 6 0
                                    

Jam 9 pagi hari di hari minggu, dengan matahari yang cerah tanpa tertutup mendung sedikitpun. Nampaknya semesta sedang mendukung pada 3 orang sahabat ini untuk berkumpul kembali. Javier sebagai orang yang hampir tidak pernah terlambat sedang sibuk menyisir rambutnya, setelah beberapa kali gonta-ganti pakaian yang dinilai kurang cocok, karena hari ini ia berencana untuk tampil keren semaksimal mungkin.


Namun dilain sisi, Edward baru saja terbangun dari tidurnya setelah mendengar bunyi alarmnya, karena dirasa berisik Edward pun mematikan alarm itu, dan melanjutkan tidur lagi untuk beberapa menit. Hingga suara panggilan telfon di handphonenya memaksa dia, untuk segera bersiap-siap.

***

(Satu jam kemudian, di café tempat biasa mereka bertemu. Terlihat Edward yang baru memasuki café itu, lalu disambut dengan raut wajah yang melongo dari Prescilla dan Javier. Namun hal itu dinilai biasa bagi Edward, dengan polos ia berjalan menuju kasir untuk memesan minuman, tanpa mempedulikan raut wajah itu).


"Lu ga telat sekali aja, bisa ga sih?" Gerutu Prescilla ke Edward.


"Yaelah Cill, lu kayak gatau gue aja. Maklumin napa, sih?" Timpal Edward dengan santai.


"Udah lah Cill, lagian dia juga dateng juga kan?" Sahut Javier mencoba menenangkan suasana.


"Nah, tuh bener kata Javier." Jawab Edward dengan spontan.


"Halah lu Jav, sama ae ternyata kayak dia." Prescilla merendah.


"(Edward membakar rokok) Lu masalah gini aja, pake marah-marah."


"Bodoamat!" Pungkas Prescilla melengos.


(Kemudian obrolan mereka hening untuk sesaat).

***

"Lu pada setelah lulus, mau kemana?" Celetuk Javier membuka obrolan baru.


"(Edward mengangkat dagu) Setelah lulus, ya?"


"Kalo gue sih, kuliah. Makanya kemarin-kemarin, gue milih kampus yang sekiranya cocok buat gue." Sahut Prescilla.


"Kayaknya gue juga pengen kuliah deh, lu kira-kira milih kampus mana Cill?" Tanya Javier sembari meminum kopi.


"Gue masih belum tau, cuma gue pengen ke kuliah di jogja."


"Lagian, kita kan punya temen disana." Imbuh Prescilla.


"Nino, maksud lu?" Potong Edward.


"Iya bener, Nino maksud gue."


"Orang brengsek itu!" Umpat Javier lirih.


"Kalo gitu gue ikut, gue juga pengen kuliah di jogja." Sontak Edward merespon dengan antusias.


"Gue juga ikut kalo gitu, biar bisa bareng-bareng lagi." Potong Javier dengan spontan.


"Hah?!" Teriak Prescilla dengan kaget.


"Ngapa lu berdua jadi tiba-tiba gini, ngomongnya?"


"(Javier menepuk Pundak Prescilla) Kan, kita selalu bertiga."


"Iya, bener kata Javier." Diikuti Edward tersenyum lebar.


"Duh..." Prescilla menggelengkan kepala dengan heran, setelah mendengar jawaban dari Edward dan Javier.


Edward dan Javier tertawa keras, melihat respon dari Prescilla yang melongo untuk beberapa waktu yang lama. Karena masing-masing dari mereka, mempunyai ikatan kuat antara satu sama lain. Namun, Prescilla malu mengakui didepan mereka berdua.

***

Setelah beberapa waktu lalu DoubleE dengan liar membabi buta diseluruh kota, Javier sukses mengantarkan nama DoubleE menjadi geng terkuat nomor 2 dibawah TCS. Dan menempatkan posisi pertama untuk geng paling berbahaya dikota itu. Sementara diposisi nomor 3 diisi oleh Taring Emas, meskipun namanya kurang disorot oleh beberapa geng lain, mereka tetap disegani dikota itu, dan mereka juga pasif dalam berkelahi antar geng sekitar. Karena mereka memiliki prinsip yang sama persis dengan TCS, yang mana mereka tidak segan-segan menghancurkan, jika ada yang mengusik bagian dari anggota mereka.

EZ4 Girls: The Bulletproof Heart [✔️END (Belum Revisi)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang