Chapter 10: For Her

6 6 0
                                    

Beberapa hari kemudian, terror mulai kembali menyebar di kota. Beberapa geng saling bergesekan satu sama lain, tak jarang beberapa café hancur berantakan gara-gara perkelahian. Bahkan, juga beberapa jalan raya harus ditutup untuk beberapa hari karenanya. Kabar dari rumah sakit juga sama, banyak remaja yang dan harus di opname dan di operasi, gara-gara terlibat baku hantam, yang mengakibatkan mereka cedera parah hingga patah tulang.
Kabar tersebut menyebar keseluruh isi kota, hingga menyebabkan polisi berjaga disetiap sudut kota. Dan, berita itu juga sampai ke telinga Prescilla, ia selalu merasa muak ketika mendengar berita semacam itu. Karena salah satu sahabatnya adalah pemimpin geng yang terkenal disana. Ia selalu khawatir, jika geng yang dipimpin sahabatnya itu juga terlibat dalam masalah itu.

***

Sore hari yang cerah, Prescilla diberi tugas dari ibunya untuk membeli sayur-sayuran dan beberapa daging dipasar, karena dirasa takut berangkat sendirian. Ia pun mengajak Edward untuk pergi bersamanya, mulanya ia bersikap manis ketika menelfon Edward. Namun, setelah sampai ditujuan ia pun berubah 180 derajat, menjadi orang yang dingin dan emosional setiap Edward mengajaknya berbicara.
"Cill, ini masih kurang?" Celetuk Edward yang berjalan dibelakang Prescilla sambil membawa barang belanjaannya.
"Iya, tinggal kentang sama daging."
"Lah?! Bukannya tadi, lu lewatin ya? Kan disitu ada penjual daging?" Timpal Edward dengan heran.
"Ikutin gue aja." Respon Prescilla datar.
"(Menghela nafas) Oke."

***

(Setelah setengah jam mereka berjalan keliling pasar, akhirnya semua kebutuhan yang dicari Prescilla lengkap. Dan tanpa basa-basi juga, ia langsung mengajak Edward untuk segera pulang dengan alasan ibunya sedang mencarinya).
"Yuk pulang."
"Udah, gitu doang? Lu gamau nawarin gue apa-apa gitu? Atau ngajak gue kemana gitu? Atau ngga, bilang makasih ke gue gitu?" Protes Edward setengah kesal.
"Makasih." Kata Prescilla cuek.
"Cill, lu kenapa sih? Ada masalah sama gue?"
"Gaada."
"(Menjeda langkah) Terus ngapain tiba-tiba, respon lu ke gue jadi cuek gini?" Tanya Edward penuh heran.
"(Berbalik, lalu menatap Edward) Ibu gue lagi nunggu belanjaan ini, gue gamau dia nunggu lama-lama." Pungkas Prescilla datar.
"Huuuhh... oke." Sahut Edward dengan pasrah, sembari melanjutkan berjalan menuju parkiran.

***

Disepanjang perjalanan, sesekali Edward memancing obrolan absurdnya dengan Prescilla. Tapi tak ada satupun balasan atas pertanyaannya, Hingga Edward pun pasrah, dan terdiam mengikuti mood Prescilla.
Namun disamping itu, ada bahaya besar mengancam mereka. Sejak keluar dari pasar, mereka sudah diikuti oleh segerombolan orang secara diam-diam. Mereka menunggu Edward melewati jalan yang sepi. Dan benar saja, ketika Edward melewati jalan yang sepi, sontak mereka pun memotong jalan Edward, lalu memaksanya berhenti untuk melancarkan aksinya.
"Heh, Goblok!! Bisa nyetir ga, sih?!!" Bentak Edward yang menghentikan laju motornya.
"Ta...taring...Emas...?" Prescilla terbata-bata membaca tulisan yang ada dijaket mereka dengan ketakutan.
"(Melepaskan helm) Lu pacarnya, Edward? Tenang, gausah khawatir. Gue kesini, cuma punya urusan sama dia." Terang Dave sambil menatap Edward dengan tenang.
"(Beranjak dari motor) Urusan, sama gue?"
"Ed, hati-hati." Sontak Prescilla memegangi tangan Edward dengan penuh ketakutan.
"Iya Cill, gue juga mau minta maaf ke elu. Jika terpaksa ada kejadian yang lu benci, disini." Edward tersenyum menenangkan Prescilla.
"Gue juga mau minta maaf, karena hari ini, pacar lu harus gue bikin berantakan." Sahut Dave dengan tatapan mengintimidasi.
"Oh iya? Ngomong-ngomong, nama leader lu Doriano ya? Dia goblok juga, ya? Bisa-bisanya ngirim 5 orang buat habisin gue, kan harusnya 10 lebih." Ejek Edward dengan tersenyum sinis.
"Hmm... kasi paham dia." Dave memberi perintah, yang membuat 4 orang dari mereka maju menyerang Edward.
Pertarungan pun tak terhindarkan, mereka pun berlari dengan penuh semangat. Pukulan dan tendangan pun, melesat bebas dengan cepat. Namun, 4 orang dari Taring Emas bukan lawan yang sepadan bagi Edward. Karena beberapa dari mereka bisa di KO Edward dengan mudah.

***

Sementara itu, rasa takut Prescilla semakin menjadi-jadi ketika pukulan salah satu orang dari Taring Emas meluncur deras mengenai wajah Edward. Sesekali ia juga berteriak, karena khawatir Edward akan kalah. Dan disisi lain, sambil menyilangkan tangan Dave menikmati jalannya pertarungan. Sebetulnya ia percaya dengan kekuatan orang yang dinilainya nomor satu dikota. Karena hari itu juga ia ingin mencicipinya, setelah Edward mengalahkan 4 orang bawahannya.
"Lah? Segini doang?" Tanya Edward mengejek setelah membuat keempat orang itu KO.
"(Menatap ke arah Dave) Ga ikut maju juga, lu?"
"(Melepaskan jaket) Niat gue sih gitu, daritadi." Timpal Dave penuh senyum.
(Kemudian mereka terdiam dan menatap satu sama lain untuk beberapa detik, sebelum saling beradu tinju).
"Haaaahhhh.......!!!" Teriak mereka dengan keras yang berlari, dan disusul dengan melepaskan pukulan pembuka terbaik dari mereka.
"Edward!!!" Prescilla juga berteriak dengan penuh rasa cemas.
Edward dan Dave saling bertukar serangan dengat sengit, kini giliran keempat orang yang dibuat tumbang oleh Edward menjadi saksi pertempuran mereka, sementara Prescilla terus berdoa untuk kemenangan Edward.
"Jatuh lo bangsat!!" Teriak Dave penuh emosi dengan melayangkan pukulan mengincar muka Edward."
"Ahahahaha....." Ejek Edward dengan menahan pukulan.

***

Dave berhasil mengimbangi gaya bertarung Edward, dan menahannya untuk waktu yang lumayan lama. Dari segi kecepatan Dave lebih unggul, tapi dari segi pertahanan Edward jauh diatas Dave. Pertarungan mereka pun hampir menuju akhir, dalam hati Dave terpaksa harus mengakui bahwa level Edward bukan apa-apa jika dibandingkan dirinya.
(Dave pun kehilangan keseimbangan, lantaran kelelahan dan menyebabkan lengah. Menjadikan kesempatan bagus untuk Edward mengakhiri pertarungan).
"Good bye..."
"Baaakkk...!!!!" Tendangan Edward melayang dengan keras mengenai kepala Dave, membuatnya tumbang seketika."
"Uugggghhh....." Dave jatuh tersungkur dengan merintih kesakitan.
"(Menghela nafas) Huuuhh..... capek banget gue." Kata Edward sambil mengusap keringat di keningnya, yang kemudian berjalan kearah Prescilla.
"Kaa...kamu gapapa kan?" Tanya Prescilla berkaca-kaca.
"I'm fine, yuk pulang." Ajak Edward tersenyum lebar dengan muka sedikit babak belur.

***

Berita pertarungan itupun menyebar dengan cepat ke telinga masing-masing geng yang ada dikota, hal itu membuat nama Edward menjadi semakin terkenal, dengan sifat diam namun berbahaya jika berurusan dengannya. Sebagian geng merasa enggan berurusan dengan TCS karena dirasa terlalu bahaya, dan sebagian lagi merasa tertantang karena penasaran.
Dimalam harinya dimarkas TCS, semua anggota mengamuk penuh emosi mengetahui bahwa pemimpin mereka sudah diserang secara tiba-tiba tanpa ada alasan yang jelas. Namun dengan tenang, Edward mencairkan suasana dengan menyuruh Billy mencari akar masalahnya, dan mengajak petinggi dari Taring Emas untuk berdiskusi mengenai penyerangan itu.

***

EZ4 Girls: The Bulletproof Heart [✔️END (Belum Revisi)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang