21. dua ratus juta

241 31 2
                                    

Hay guys, sumpah lagi ngalir banget nih imajinasinya. kalo gak karena pegel, mungkin bisa langsung bkin tiga chapter. Tapi karena aku ngetiknya di hp, jadi ya pegel.

Pokonya mulai dari chapter ini sampe beberapa chapter ke depan, aku bakal fokusin cerita Attareq. Pokoknya kalian pasti baper😭 jangan lupa voted dan komen dong ya, supaya aku semngat🙏👍

happy read
.
.
.

Sepulang berdakwah dari Bekasi, Attareq mengajak Akmal dan Ustadz Husein untuk mengantarkannya dahulu ke penginapan miliknya yang sudah lama tidak ia kunjungi. Berniat sekedar mengantarkan, rupanya Ustadz Husein jatuh cinta dengan pesona danau dan wisata alam yang berada diantara penginapan Attareq, yang tak lain merupakan milik rekan bisnisnya bernama Wilson.

"Ustadz silahkan istirahat saja, pasti sudah lelah menyetir dari Bekasi." Attareq mempersilahkan dengan sedikit membereskan ruang kerjanya.

"Ustadz mau kemana?" tanya Ustadz Husein pada Attareq.

"Berkeliling sebentar," jawabnya sambil menggapai sebuah jaket tebal untuk menghangatkan tubuhnya karena suhu di Bogor saat itu sangat berbeda dengan suhu di Bekasi.

"Saya ikut, Ustadz." Akmal bergegas mengikuti Attareq yang sudah duluan diikuti oleh Amir, karyawan terpercayanya.

"Selama ini, apa ada masalah?" tanya Attateq pada Amir yang menemaninya berkeliling penginapan.

"Aman terkendali, Pak!" Amir memperlihatkan jempolnya yang kekar tanda kerja keras.

"Akmal, ini Amir. Karyawan paling saya percaya untuk mengurus penginapan saya disaat saya sedang sibuk." Attareq lalu menyuruh mereka untuk bersalaman layaknya anak kecil.

"Saya Akmal, bisa dibilang saya ini managernya Ustadz Attar yang mengurus jadwal dakwahnya." Akmal terkekeh sambil melirik Attareq.

"Pak Attar sudah mau berdakwah? " Tanya Amir.

"Karena sedikit paksaan," bisik Akmal .

Ketika suasana kala itu sedang bersenda gurau serta keceriaan, tiba-tiba saja Attareq mendengar suara tangisan seorang wanita dari salah satu kamar penginapannya. Sepatu pantopel hitam itu seperti menggerakkan kakinya serta seluruh organ Attareq untuk menuju ke sumber suara, meskipun Akmal dan Amir yang semula menahannya kini berbalik mengikutinya.

"Ustadz, apakah yang kita lakukan ini benar?" tanya Akmal.

"Kita akan lihat setelah kita memastikannya." Attareq lalu mengetuk pintu kamar itu dengan kencang.

Terlihatlah disana seorang laki-laki bertato dengan kalung rantai di lehernya, juga tatapan yang tajam membuka pintu dengan kasar.

"Ada apa?" tanyanya dengan suara berat.

"Mohon maaf, kami mendengar suara tangisan di dalam sini. Apakah ada masalah?" tanya Attareq ditemani Akmal dan Amir di sisi kanan dan kirinya.

"Tidak ada masalah," jawab pria itu ketika pintu akan ditutup, tangan Attareq mencoba menahannya dan masuk tanpa perijinan. Ia tahu bahwa yang dilakukannya tidak sopan, tapi ia sungguh sangat mengkhawatirkan seseorang di dalam sana yang terdengar menangis.

"Ada apa ini!" Pria itu menegur dengan nada tinggi.

"Ada masalah apa disini?" tanya Attareq pada wanita yang dilihatnya sedang menggunakan pakaian yang sangat terbuka dengan mata sembab.

"Lo siapa!" tanya wanita itu yang langsung menutupi tubuhnya dengan selimut, karena pakaiannya yang sangat terbuka.

"Kamu diapakan pria ini?" Attareq berusaha meminta jawaban.

Demi Waktu (Al-Asr) [Tamat]#gloriouswritingcontest2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang