Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan
Al-Baqarah: 224~~••~~
"Ada apa ribut-ribut?" tanya Attareq yang melihat gerombolan santri di depan ruangan Kyai Rahman seperti tengah penasaran akan sesuatu hal.
Attareq yang baru saja selesai mengajar ngaji, ikut merasakan kepenasaran tentang topik yang dibicarakan.
"Itu Ustadz, Pak Kyai bawa perempuan," jawab salah satu santri.
"Loh Pak Kyai ada disini? bukannya dia lagi isi ceramah di desa sebelah?" Attareq kemudian berjalan semakin mendekati pintu.
"Iya Ustadz, ini baru aja Pak Kyai pulang dari pengajian. Eh sambil bawa perempuan muda," ungkap santriawati mode bergunjing.
"Pak Kyai mau nikah lagi?"
Pertanyaan polos Attareq yang mampu membuat sunyi menjadi bunyi, suara burung gereja yang semula mengalahkan kegelisahan manusia, kini turun posisi karena gelak tawa para santri akibat satu kalimat itu.
"Bukan Ustadz, katanya ada perempuan tidak berhijab tapi mengikuti pengajian Pak Kyai. Nah pas ditanya kenapa gak pake hijab, dia cuma bilang Karena gak punya. Jadilah dia diberi pinjam hijab oleh salah satu muslimah disana, dan Pak Kyai mengajaknya ke pesantren." Santriawati bernama Bettari itu mampu menjawab semua pertanyaan Attareq.
"Oh Astagfirullah, kalian sih jawabannya setengah-setengah. Pikiran saya jadi kemana-mana," gumam Attareq tersenyum.
Setelah perbincangan mengenai Pak Kyai usai, kini giliran mereka semua yang dibuat terkejut saat tokoh yang baru saja mereka perbincangkan keluar dari ruangan Kyai Rahman.
Gadis itu terlihat ramah dengan senyum ala pramusaji dan juga wajah cerahnya yang dibalut pashmina bermotif kala itu, ia keluar diiringi juga pengantaran dari Kyai Rahman."Kenapa rame-rame gini?" gertak Kyai Rahman saat melihat para santrinya berkerumun di depan ruangannya karena penasaran.
"Pak Attar?"
"Masyaallah!" puji Attareq saat melihat kecantikan gadis yang mengenakan hijab itu ternyata adalah Jean.
Walaupun belum sepenuhnya rapi, tapi hijab yang menempel pada Jean seperti telah menemukan tuannya, artinya Jean sangat pantas dan cocok mengenakan itu.
"Ustadz kenal dia?" tanya Bettari meninggikan suaranya.
"Ustadz?" tanya juga Jean.
"Iya, dia adalah Ustadz sukarelawan di pondok kami. Kamu siapanya!" tanyanya nyolot.
"Dia mahasiswi saya," jawab Attareq meluruskan semuanya.
Bettari kemudian mengangguk-ngangguk dengan tatapan sarkasnya.
"Astagfirullah saya baru ingat, dia ini perempuan yang waktu itu menunggu kamu selesai sholat Jumat kan?" Kyai Rahman tiba-tiba menyambar dengan pertanyaannya.
Semua tatapan santri dan santriawati berbelok pada Jean yang tampak masih diam.
"Iya," jawab Jean dengan berlagak.
"Ngapain dia nunggu ustadz sholat Jumat? kalian berdua-duaan?" Bettari kembali dengan nada tingginya.
"Bukan, jadi begini.. saat itu_"
"Pak Attar sudah menolong saya, jadi untuk memastikan saya tetap aman. Dia mengantarkan saya pulang," ucap Jean menetralisir kesalahpahaman dengan memotong kalimat Attareq.
"Oohhh." Suara ber-oh ria menggema disana.
"Sekarang Pak Attar mau kemana? pulang? saya nebeng lagi ya," seru Jean sambil tersenyum pada Attareq.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Waktu (Al-Asr) [Tamat]#gloriouswritingcontest2023
RomansaFOLLOW DULU SEBELUM BACA!! (Sebuah cerita penguat jiwa ) "Intuisi pelik Attareq dalam meluluhkan hati tak bertuhan." Attareq adalah seorang dosen biologi yang tak sengaja dipindahkan menjadi dosen Agama Islam, bertemu dengan Jean, mahasiswi yang se...