19. Berjelaga

234 32 8
                                    


Seperti biasa, Demi waktu akan menemani malam Minggu kalian. ada yang nunggu kelanjutannya gak? kira-kira Attareq berhasil gak yah dapetin Jean?

jangan lupa komen dan tap love nya ya 🙏🙏

happy read
.
.
.

Tak ada yang berubah dari kehidupan Jean setelah memeluk agama Islam, ia tetap harus mempelajari biologi, bertengkar dengan Papanya, atau bolos pelajaran praktikum. Hanya saja yang membedakan adalah kini ia memiliki tempat untuk berdoa, menggelar sajadah untuk beribadah, dan sibuk memperdalam lagi mengenai agamanya. Meskipun ia belum ada keberanian untuk memberitahu keluarganya mengenai keputusan memeluk Islam, setidaknya kini ia lebih berani untuk mengambil keputusan besar.

"Lo gak ke kelas?" tanya Milan pada Jean saat ia melihat temannya itu sedang membaca buku dengan santai di perpustakaan.

"Sssstttt!" seorang penjaga perpustakaan menegur Milan kemudian.

Milan kemudian membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangan refleks, kemudian duduk di sebelah Jean yang masih hening.

"Lo gak ke kelas?" tanya Milan sekali lagi kali ini dengan berbisik.

"Praktikum," bisik Jean.

"Kalo gini terus, Lo gak bakal lulus." Milan masih memelankan suaranya sambil mulutnya di tutup sebuah buku sosiologi yang tadinya ingin ia pinjam.

"Itu tujuan gue," jawab Jean.

"Gila Lo ya," ucap Milan sambil memukul cukup keras punggung Jean.

"Sakit!!"

"Sssssttt!" pengurus perpustakaan kembali berdesis.

Hanya beberapa saat saja mereka hening, lalu saling berbincang kembali tanpa takut pengurus perpustakaan mengusir mereka.

"Lo baca apa?" Milan mengintip pada coover buku yang di baca Jean.

"Intisari Tafsir." Milan mengeja judul buku itu menjawab pertanyaannya sendiri.

Bagi Milan, tidak ada yang aneh melihat Jean begitu menyukai atau mempelajari Islam. Menyebabkan ia tak menyadari bahwa temannya ini sudah memeluk agama itu sekitar beberapa hari lalu. Dan Jean pun belum memberi tahu siapapun atas keputusannya, terkecuali Attareq.

*****

Attareq baru saja selesai mengimami sholat Dzuhur, ketika ia sedang hendak keluar, penglihatan tajamnya terpusat pada seorang gadis kebingungan hanya melihat isi masjid di luar sana. Jean tampak masih belum terbiasa untuk beribadah di masjid, mengimbangi dengan mereka para muslim dengan gerakan sholat yang sudah sempurna. Attareq masih saja memperhatikan Jean untuk melihat apa yang akan dilakukan gadis itu setelahnya, rupanya Jean malah beralih untuk sekadar membereskan sandal dan sepatu disana seperti biasanya saat ia tengah menunggu Marwah dan Shiren sholat.

apakah ia belum bercerita pada teman-temannya?

Setelah menunggu beberapa saat, keluarlah Marwah dan Shiren yang sedari tadi ditunggu Jean, dan Attareq yang masih duduk di tempatnya menghadap jendela menatap kegiatan Jean saat sedang menunggu. Bola mata Attareq tak berpindah sedetik pun pada objek lain, melainkan hanya terpusat pada pergerakan Jean diluar sana. Tawanya, gerakan tangannya, pandangannya, serta saat dia melambaikan tangan untuk memperlihatkan posisinya pada kedua sahabat yang baru saja keluar dari masjid. Attareq hanya bisa menatapnya seperti ini dari kejauhan, tanpa tahu apa progres ke depan untuk bisa meluluhkan hati yang kini sudah bertuhan itu.

"Assalamualaikum, Pak Attar." Seorang mahasiswa menepuk pundak kirinya.

"Oh waalaikumsalam," jawabnya dengan terkejut.

Demi Waktu (Al-Asr) [Tamat]#gloriouswritingcontest2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang