Halo guys, sesuai dengan lanjutan chapter kemarin. Jean mulai sekarang berganti nama menjadi Anisa' ya, selamat membaca
.
.Ba'da Maghrib, ketika Mentari mulai undur diri lalu digantikan oleh bulan yang menggantung indah mengikuti siklus bumi. Kemudian desiran ilalang yang melambai diterpa angin malam, juga suara decitan kincir angin khas pedesaan yang terbuat dari kayu berputar dengan hebat menandakan suasana malam yang dingin.
Zakaria pulang dengan cepat dari masjid setelah sholat isya', karena ia sudah ada janji dengan Anisa' untuk mengajarinya Tahsin. Dalam waktu dua Minggu, Anisa' yang baru saja mendapat nama baru itu sudah pandai dalam membaca al-quran. Sambil diimbangi dengan mengajarinya Tajwid secara perlahan, dan terkadang menjelaskan beberapa tafsir dari ayat Al-Qur'an.
Setelah itu, Anisa' kembali ke kamarnya sambil memeluk gulingnya yang terasa dingin, Ia mulai membuka ponselnya berniat menghubungi Attareq. Pipinya terasa memanas saat ia melihat nama Attareq di kontak handphonenya, Ia hanya ingin mencoba ponsel pemberian calon suaminya itu apakah berfungsi dengan baik atau tidak. Kemudian ia menekan call sambil menggigit bibir bawahnya berusaha merakit kalimat apa saja yang akan ia ucapkan.
Sementara itu di sisi lain dalam dunia Attareq yang sedang berada di Jakarta, ia sedang duduk di ruang tamu sambil merevisi tesis salah satu mahasiswanya. Hingga sebuah nada panggilan menggetarkan meja ruang tamu itu membuyarkan fokusnya, pada awalnya ia teramat terganggu. Namun ketika melihat nama Anisa' yang merupakan calon istrinya yang menelepon, ia bergegas untuk mengangkatnya dengan seulas senyum mengembang.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, Pak Attar," jawab Anisa' diseberang sana.
"Ada yang bisa saya bantu? ada masalah?" ucap Attareq bergetar bibirnya karena sebelum ini ia tidak pernah teleponan dengan seorang wanita.
"Tidak, Pak. Hanya ingin menggunakan ponsel dari Pak Attar saja."
"Oh Baik."
"Apakah saya mengganggu waktu Pak Attar?"
"Tidak sama sekali."
"Pak Attar sedang apa? sudah makan?" Suara Anisa' terdengar lembut.
Attareq tersenyum merekah, wajahnya merah ranum seperti apel yang baru matang.
"Saya sedang cek tesis mahasiswa, sudah makan tadi beli diluar. Kamu sendiri sedang apa?"
"Saya baru saja selesai belajar Tahsin dengan Bapak tadi, tapi sepertinya waktu sebulan tidak cukup untuk saya belajar agama, Pak."
"Saya tidak mendesak kamu untuk paham semuanya, saya cuma ingin kamu mengerti dasarnya. Biar menjadi tanggung jawab saya mengajari kamu untuk sisanya." Attareq menutup tesis tebal itu agar lebih fokus berbincang dengan Anisa'
"Kenapa saya, Pak? Disaat banyak muslimah saleh, dan hafidz Qur'an juga bagus akhlaknya. Kenapa Bapak memilih saya yang sepertinya tidak pantas bersanding dengan pria yang nasabnya bagus seperti Bapak. "
"Anisa', siapa kamu berani menilai tentang kepantasan seseorang. Dimata Allah SWT, semua makhluk itu sama. Jika nanti kita telah halal, saya akan cerita banyak tentang perasaan saya terhadap kamu."
"Saya hanya tidak pernah membayangkan sebelumnya."
"Kenapa?.kamu kecewa akan mempunyai suami seperti saya?" Attareq meremas bantal sofa.
"Tidak begitu, Pak. Justru saya merasa Bapak adalah hadiah dari Allah SWT untuk saya."
Setelah itu, obrolan mereka seperti terputus karena sama-sama tak mempunyai topik pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Waktu (Al-Asr) [Tamat]#gloriouswritingcontest2023
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA!! (Sebuah cerita penguat jiwa ) "Intuisi pelik Attareq dalam meluluhkan hati tak bertuhan." Attareq adalah seorang dosen biologi yang tak sengaja dipindahkan menjadi dosen Agama Islam, bertemu dengan Jean, mahasiswi yang se...