42. End

439 30 4
                                    

Terimakasih untuk yg sudh baca dan komen positif, aku noted bgt ya sama semua saran2 kalian. Meskipun gak aku revisi di Wattpad, tapi aku revisi ketika aku buat ini menjadi naskah untuk kirim ke penerbit nanti. Doakan yg terbaik ya semuanya
.
.

"Ellio?" Langkah Anisa' terhenti saat jarak keduanya sudah dekat.

"Kamu ngapain disini, An?" tanya Ellio menatap manik mata Anisa'

"Kalian saling kenal?" tanya Attareq dengan tanya keduanya yang bersahutan.

Suasana terbilang sedikit canggung saat ekspresi wajah Jean terlihat ketakutan, gadis itu menggigit bibir bawahnya. Dan Ellio sebagai dokter psikolog yang mengerti dengan gestur tubuh itu, sementara Attareq yang terlihat cemburu sebab Istrinya mengenal dokter pria.

"Jadi Pak Attar ini suaminya Anisa'?" tebak Ellio memantapkan tatapan.

Sementara yang tengah ditatap, mengalihkan pandangan pada Anisa' tak mengindahkan pertanyaan Ellio.
"Ada apa, An? kenapa kamu terlihat resah?"

"Nggak apa-apa."

"Jadi, apa hubungan antara dokter dan Istri saya?" tanya Attareq kemudian.

"Dahulu sekali, saya ini mantan kekasih kembarannya Anisa'."

Attareq mengernyitkan alisnya, sejak kapan Anisa' punya kembaran? setahunya ia anak tunggal.

"Kembaran?"

"Iya, Anisa' punya kembaran. Namanya Jena."

"Lalu kalian masih berhubungan?" tanya Attareq, sementara Anisa' masih bungkam sambil menunduk.

"Maksud Pak Attar berhubungan dengan siapa?"

"Jena."

Kali ini Ellio yang tampak bingung sambil sedikit melirik kearah Anisa', apakah perkataannya ada yang salah?

"Jena sudah meninggal, Pak Attar tidak tahu?"

Attareq masih hening seperti mencerna fakta dari Anisa' yang belum pernah ia ketahui.

"Saya tidak tahu banyak tentang keluarga Anisa', mungkin saya memang tidak dianggapnya Suami."

Kalimat itu terdengar seperti sindiran tajam bagi Anisa', "demi Allah, Bang. Bukan itu niat saya."

"Kalau dengan Anisa', apa hubungan dokter dengan Istri saya sekarang?" Attareq mengalihkan pembenaran Anisa'.

Sekali lagi, Ellio melirik kearah Anisa'.  Semoga ia tak salah bicara.

"Dokter dan pasien," jawab Ellio sangat berhati-hati dengan kalimatnya sembari memperhatikan gestur tubuh Attareq atas jawabannya.

"Maksudnya pasien? Istri saya sakit?"

"Kamu belum memberitahu dia, An?" tanya Ellio pada Anisa' yang masih menunduk tak berani menatap suaminya.

"Kalau begitu tidak usah dijawab, saya ingin mendengar langsung dari Istri saya," pekik Attareq menggenggam tangan Anisa' dengan amarah yang begitu ditahan.

"Ayo pulang."

"Pak Attar!" Ellio menyergap tangan Attareq sejenak.

"Bicara pelan-pelan, dia sedang sakit."

Attareq kembali mengatur nafasnya yang memburu sejak tadi.

"Sepertinya Balqis sudah menunggu dokter lama, segera kesana." Attareq mengalihkan pembicaraan, baginya pernikahannya adalah antara dua orang. Tidak lebih.

Demi Waktu (Al-Asr) [Tamat]#gloriouswritingcontest2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang