24. Jawaban Istikhoroh dan keputusan Attareq

235 34 5
                                    

Agak panjang chapter ini, semoga suka.

happy read
.
.

Attareq merapatkan keningnya diatas sajadah dalam sujud di rakaat terakhirnya, kemudian ia membaca salam untuk menutup sholat Istikharohnya. Tak terasa matanya berlinang hingga menetes memperlihatkan deraian yang memotong pipi. Saat itu barusaja pukul tiga pagi, tapi doanya sudah saja bertempur di langit seperti ingin didahulukan untuk diijabah.

Lamaran dari salah satu gurunya kemarin, tidak semudah saat mengambil keputusan untuk menunggu Jean mualaf. Masalahnya, sudah ada tiga hati yang dihadapkan. Di satu sisi, Attareq masih saja teringat dengan rinai wajah Jean yang begitu cerah penuh harapan. Juga permintaan dari Kyai Utsman yang tidak semudah itu ia tolak karena perasaan segan juga tidak enak hati. Namun di sisi paling dalam hatinya, ia tidak bisa mentolerir rasa cintanya pada Jean telah menggebu-gebu.

"Ya Allah, ampunilah aku, jika cinta ku pada Jean melampaui Kasih ku kepada-Mu ya Rabb. Tapi jika memang yang terbaik untuk ku adalah menikahi Balqis, maka permudahkanlah segala urusannya. "

Setelah beberapa dzikir yang ia lantunkan ribuan kali, dan meluangkan sepuluh menit membaca Al-Qur'an sampai menyambung ke waktu subuh. Kemudian ia rapikan alat sholat sesuai dengan posisi sebelumnya. Attareq mengecek handphone, tepatnya dalam roomchat bersama Jean yang memperlihatkan centang biru, namun belum ada jawaban semenjak beberapa hari lalu. Ia memposisikan chatnya itu sebagai lamaran untuk Jean yang mungkin akan gadis itu sadari ketika ia membalasnya nanti, jika membalas.

****

"Attar!!" sebuah tangan diiringi suara berat menyergapnya dari belakang.

Saat itu Attareq hendak akan melepas sepatunya sebelum menginjak ke dalam masjid untuk sholat Dzuhur, namun sebuah tangan tiba-tiba menariknya untuk berbalik secara kasar.

"Luth?" gumam Attareq tampak masih ragu.

"Iya, ini aku. Apa kabar Attareq!!"

"Baik ahamdulilah, bagaimana kamu bisa kesini? "

"Aku kan mengajar menjadi dosen psikologi di universitas Garut, kemudian aku direkomendasi untuk pindah ke Jakarta karena universitas ini sedang membutuhkan dosen psikolog tambahan. Untungnya pengajuanku di terima dan mulai hari ini aku resmi mengajar disini."

"Alhamdulilah kalau begitu, anak istrimu kamu ajak?"Attareq bertanya sambil merapikan posisi sepatunya di letakan berada paling jauh dari sepatu lainnya.

"Mereka aku tinggalkan di Garut, karena biaya dan sekolah di Jakarta sangat mahal. Dan tabungan ku juga belum sampai kesitu." Pria yang seusia dengan Attareq itu terkekeh sambil jalan beriringan menuju dalam mesjid.

"Kamu disini tinggal dimana? jika kamu_"

"Aku mengontrak di daerah Lebak bulus. Aku tahu kamu pasti akan menawarkan tinggal dengan mu kan? aku tidak mau selalu ditolong oleh kamu." Pria bernama Luthfi itu terkekeh kembali seperti melihat sikap Attareq yang tak pernah berubah.

Dahulu, Attareq dan Luthfi itu satu SD dan SMA. Hingga keduanya dipisahkan saat kuliah karena Attareq mengambil studi di Mesir dan Jakarta, jadi semenjak itu mereka tak saling bertukar kabar selain undangan pernikahan Luthfi lima tahun lalu. Luthfi ingat sekali bahwa Attareq pernah menolongnya sekali untuk membantu dana pernikahan karena saat itu Luthfi mengalami penipuan, uang untuk pernikahannya sama sekali tak tersisa dan butuh waktu lama kembali untuk mengumpulkannya, sementara keluarga dari kedua belah pihak sudah mendesaknya.

Saat itu Attareq sudah mempunyai tabungan berkat gajinya dalam mengajar guru privat sambil mengikuti S2nya di Jakarta, kerjaan pertamanya sebelum menjadi dosen. Dan selama dua tahun Luthfi berhasil mengembalikan uang pinjamannya pada Attareq walaupun yang diterima hanya setengah saja, Attareq hanya bilang hitung-hitung membantu supaya nanti saat dia kekurangan dana pernikahan juga, Luthfi akan bersedia menolongnya kembali. Dan begitulah persahabatan mereka semakin merekat.

Demi Waktu (Al-Asr) [Tamat]#gloriouswritingcontest2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang