26. Asimilasi dunia

237 34 9
                                    

Kisah Attar dan Jean back!! menemani Jumat malam kalian, sejauh ini aku mau denger dong tanggapan kalian tentang cerita Attar. Boleh langsung komen ya guys supaya rame 😘
.
.

"Giliran saya sebagai walinya yang berbicara." Kyai Rahman mendekat.

"Bismilahirohmani Rohim, Kami datang kesini untuk melamarkan putra saya bernama Atareq yang ingin mempersunting kamu, apakah kamu bersedia menerima putra saya?"Kyai Rahman sekali lagi memastikan.

"Pak Attar yakin?" Jean melirik bergantian pada Attareq.

"Apakah terlihat wajah keraguan di muka saya?" Attareq membalikan pertanyaan Jean.

"Iya."

"Iya saya mau," ulang Jean sebagai jawaban.

Jujur, pada saat itu Attareq memang tidak ingin ada penolakan. Tapi saat mendengar langsung persetujuan Jean ke telinganya sendiri, tetap saja membuat semua anggota tubuhnya bergetar karena akhirnya penantian selama beberapa tahun ini akan berakhir di penghujung dengan jawaban mengesankan.

"Masyaallah, alhamdulilah." Attareq mengusap wajah dengan kedua tangan dan berpelukan sebentar dengan Kyai Rahman sambil berkaca-kaca.

"Gak sia-sia Attar," bisik Kyai Rahman padanya.

"Terimakasih sudah mempercayakan hidup kamu pada saya," ucap Attareq yang masih berkaca-kaca.

"Ajak saya ke dunia Bapak." Kalimat lirih yang tiba-tiba menjadi merdu saat Jean yang mengucapkannya.

"Apa-apaan kamu Jean, Papa gak setuju!!" Teriak Jeffry merusak suasana sambil berlari menarik tangan Jean.

"Lepas, Pah!"

"Kalau kamu pergi dengan mereka, Papa pastikan kamu sudah tidak terdaftar lagi di keluarga ini!" bentaknya lagi.

"Keluarga? keluarga mana yang Papa maksud? keluarga yang tidak harmonis ini?"

"Papa cuman pengen kamu sukses dengan cara Papa!"

"Dengan cara dipaksa jadi dokter, dan nikah sama orang yang dikenal juga dipaksa murtad? itu definisi sukses menurut Papa?" Jean tak kalah membentak.

"Keputusan yang kamu ambil adalah salah besar Jean!"

"Cukup," gertak Attareq hanya dengan satu kata menahan tangan Jeffry untuk membawa Jean.

"Sudah cukup, Tuan. Waktunya kami pergi," ucap Attareq nada penuh penekanan.

"Okey, pergi sana!" Tangan Jeffry melepas tangan Jean dengan kasar.

"Tenang saja, Pah. Jean akan tetap lulus kedokteran sesuai permintaan Papa."

Jeffry acuh tak acuh dengan kalimat itu seperti sudah tak berharap apa-apa pada anak satu-satunya ini, ia hanya bergeming melangkah masuk ke dalam rumah tanpa kata.

"Saya tunggu di mobil ya, kemasi barang kamu." Attareq mengintruksikan.

"Pak, boleh kita tunggu Mama saya datang? saya mau pamit."

"Boleh, Jean."

Beberapa saat kemudian Jean tampak keluar dari rumah sambil membawa tas ransel berukuran sedang, dengan wajah gusar sesekali ia menengok menyisir ke seluruh area rumahnya yang pasti hinggap banyak memori manis disana. Mereka bertiga menunggu kepulangan Sinta yang sedang berbelanja bulanan keluar, permintaan terakhir Jean supaya pamit dengan cara pantas pada Ibu yang sudah melahirkannya.

Lalu ketika penantian mereka membuahkan hasil, Sinta turun dari mobil dengan menenteng beberapa tas belanja yang terlihat berat. Jean segera keluar dari mobil Attareq diikuti dengan keduanya untuk berkenalan dengan Sinta, Disana Jean menjelaskan secara rinci alasan dia harus pergi. Dan Jean menjanjikan akan menengok Mamanya sesekali setelah menikah.

Demi Waktu (Al-Asr) [Tamat]#gloriouswritingcontest2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang