Bagian 8

172 16 2
                                    


Seusai mandi aku turun untuk sarapan kemudian berjalan keluar area apartemen untuk berbelanja, jika kemarin aku masih membeli baju di mall, kini aku membeli baju di sebuah toko dengan nama serba tiga puluh lima.

Aku memilih baju dengan lebih selektif karena beberapa tekstur kain yang kupegang tidak bersahabat untukku, kainnya kasar dan panas, hanya beberapa pakaian saja yang kainnya masih bisa diterima oleh kulitku.

Sebenarnya aku bukan penggemar pakaian mahal dengan harga selangit, hanya saja aku lebih suka memakai sesuatu yang terasa nyaman di kulit.

Tokonya lumayan luas membuatku mau tidak mau berkeliling untuk merabai semua tekstur kainnya, aku bahkan terperangah menemukan deretan hoodie dengan jenis kain yang lumayan tebal tapi harganya sama hanya tiga puluh lima ribu rupiah. Selimut, sprei dan handukpun harganya sama, benar-benar toko yang ajaib, aku penasaran apakah pemiliknya masih bisa meraup keuntungan dari toko ini?

Dengan uang satu juta aku sudah mendapatkan lebih dari sepuluh potong pakaian, bahkan aku menemukan tiga buah kemeja dengan bahan yang sedikit lebih halus setelah memeriksa tiga deret bagian kemeja.

Selesai di toko pakaian aku pergi ke toko yang menjual alat rumah tangga, aku butuh peralatan masak dan juga peralatan makan, untungnya di toko ini melayani pengiriman barang tanpa biaya tambahan untuk jangkauan pengiriman dalam jarak satu kilometer.

Tubuhku mulai terasa penat tapi aku harus pergi ke tempat terakhir, yaitu sebuah toko swalayan yang menjual kebutuhan sehari-hari, menurut review di google harga di toko swalayan ini lebih murah daripada supermarket ternama. Lebih dari itu toko swalayan ini juga melayani pengiriman secara gratis.

Beruntungnya pihak apartemen menyediakan troli untuk mempermudah membawa barang belanjaan para penghuni tapi tetap saja aku tidak bisa membeli galon air ukuran standar.

Karena ketika sampai di unit aku tidak akan sanggup mengangkatnya keluar dari dalam troli. Akhirnya pilihanku jatuh pada galon mini berisi lima liter air mineral, mahal sedikit tidak apa-apa yang penting tidak menyusahkanku.

Hampir pukul enam sore ketika aku kembali ke apartemen, aku bahkan menggunakan dua troli untuk membawa seluruh barang belanjaanku.

Yang pertama kali kulakukan setelah mengembalikan troli ke lantai dasar adalah menanak nasi, sejujurnya seumur hidupku ini adalah kali pertamaku menanak nasi.

Hampir sepuluh menit aku membaca buku panduan bahkan mengulang beberapa kali bagian yang kurasa sulit untuk dimengerti.

Selesai menanak nasi sesuai dengan yangtertera di buku petunjuk, aku mengeluarkan semua peralatan memasak dan alat makan kemudian mencucinya.

Selesai mencuci lampu indikator rice cooker yang sebelumnya berwarna merah kini berganti menjadi warna hijau, menurut buku panduan artinya nasi sudah matang.

Tapi di buku panduan tertulis jika harus didiamkan beberapa saat sebelum dibuka dan diaduk, sambil menunggu aku mengeluarkan semua pakaian yang kubeli dan memilah mana yang bisa kubawa ke laundry atau mencucinya sendiri.

Aku mencuci seluruh pakaian dalam dan menjemurnya di balkon dengan besi jemuran yang kubeli tadi, untungnya balkon ini tertutup tembok setengah badan jadi dari kejauhan tidak terlihat jika aku menjemur pakaian dalam.

Selesai mencuci aku pergi ke tempat laundry yang ternyata juga menyediakan laudry self service dengan harga yang lebih murah, seharusnya aku tidak perlu bersusah payah mencuci semua pakaian dalam tadi.

Setelah memasukkan setengah pakaian yang kubawa aku kembali ke unit untuk mengambil semua pakaian dalam yang sudah kucuci tadi untuk mengeringkannya sekaligus.

Hampir pukul delapan ketika keranjang pakaianku akhirnya terisi penuh, dengan langkah gontai aku kembali ke unit. Setibanya di sana aku melihat nasi yang kumasak tadi, hasilnya tidak bisa dibilang sempurna ataupun gagal, nasinya sedikit keras, padahal aku sudah menambahkan air sesuai buku petunjuk.

Sudahlah, terserah, yang penting masih bisa dimakan, kuambil satu centong nasi dan mendinginkannya, kemudian aku menjemur pakaian yang tidak bisa masuk ke dalam mesin pengering dan juga memasang sprei.

Sebenarnya aku buta tentang tips mencuci baju karena sebelumnya aku tidak pernah mencuci baju secara mandiri. Beruntungnya petugas laundry menjelaskan ada beberapa jenis pakaian yang tidak bisa dimasukkan ke dalam mesin pengering untuk menghindari penyusutan pakaian.

Kegiatan berbenahku selesai tiga puluh menit kemudian, sebelum memasak lauk aku mandi terlebih dahulu agar lebih segar, sepuluh menit setelahnya aku sudah berdiri didepan kompor dan sibuk menggoreng nugget.

Bukankah aku sekarang terlihat mirip dengan anak kost di akhir bulan? Sangat menyedihkan,tapi mau bagaimana lagi aku tidak punya pilihan lain.

Dengan sepiring nasi dan segelas air aku duduk di atas ranjang, makan sambil menonton TV ide yang terbaik untuk mengusir sepi di apartemen ini. Karena tidak suka dengan sinetron aku lebih memilih untuk menonton berita.

Sialnya berita yang kutonton menampilkan wajah Albi dengan headline 'Pengusaha Muda Tampan Incaran Kaum Hawa'

Segera kumatikan Tvnya dan kutaruh sendokku, seharian ini aku berhasil melupakan Albi dengan segala kesibukanku berbelanja serta bersih-bersih apartemen, tapi sekarang pikiranku kembali dipenuhi olehnya.

Mungkin saat ini dia sedang kebingungan mencariku atau mungkin saat ini dia sedang bersama perempuan yang dicintainya dan merasa lega dengan menghilangnya aku.

Pemikiran terakhirku membuat deru napasku memberat. Dengan cepat kuambil ponsel dan membuka media sosial yang baru saja kubuat semalam, aku tidak bisa melihat akun media sosial milikAlbi karena dikunci jadi aku mengalihkan pencarian ke akun media sosial milik Stefani.

Sebuah foto baru diunggah satu jam yang lalu. Dadaku terasa sesak, Stefani berfoto dengan Albi. Jauh di lubuk hati, aku masih meyakini Albi sedang mencariku tapi foto ini mematahkan segala ekspektasiku.

Albi bersama dengan Stefani sedang berada di Bali, bahkan mereka tengah berpesta. Mungkinkah perempuan yang dicintai oleh Albi adalah Stefani dan kini mereka sedang merayakan menghilangnya aku?

Padahal ketika tadi pagi ketika turun dari bus aku berjanji di dalam hati bahwa di kota ini aku akan melupakan Albi. Aku akan menghapus semua perasaanku untuknya.

Tapi sekarang? Belum ada sehari aku berjanji aku sudah mengingkarinya. Sepertinya kota ini akan jadi saksi bisu bagaimana aku meratapi cinta sepihakku, menjadi saksi beratnya perjuanganku untuk hidup tanpanya, melupakannya.

Aku bangkit dan menaruh piring beserta gelas kedalam wastafel lalu melangkah keluar menuju balkon. Pemandangan gunung yang kulihat siang tadi kini tak terlihat, tergantikan dengan pemandangan lampu rumah-rumah penduduk yang bersinar seperti bintang jika dilihat dari sini.

Kuusap jari manis tangan kiriku yang masih tersemat cincin pertunangan kami. Sebuah cincin yang mengikat kami ke dalam sebuah hubungan yang sebenarnya tidak diharapkan oleh Albi.

Aku masih mengingatnya bahkan memikirkannya. Padahal disana dia sedang bahagia bersama Stefani. Marahpun percuma karena hatiku memang masih terpaut dengannya. Bukankah aku seorang perempuan yang bodoh?

Hampir satu dekade aku memendam rasa ini, merasakan sebuah cinta sepihak. Sudah seharusnya aku mengakhirinya tapi ternyata untuk mengakhirinya tidak semudah itu.

Harapan akan cinta yang selalu kupupuk kini harus dikubur dalam-dalam. Albi berhak untuk bahagia dengan siapapun itu, akupun berhak bahagia meski bukan dengan Albi.

Cinta tidak boleh dipaksakan, aku harus merelakannya, seberat apapun itu.

NIKAH YUK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang