Seperti de javu, mobil yang kami tumpangi tidak mengarah ke apartemen melainkan ke bandara "kita mau ke rumah sakit lagi?" Albi mengulum senyum lalu mengecup pelipisku.
"kita liburan, supaya kamu bisa refreshing," hasil pemeriksaan kesehatanku kemarin cukup baik tapi entahlah bagi Albi aku tetap masuk dalam kategori 'mengkhawatirkan'
"Mas nggak kerja?"
"Sambil kerja juga, jadi nanti ada beberapa waktu mas harus ninggalin kamu buat kerja, tapi mas sudah siapkan pembantu sama supir kok jadi kamu nggak akan kesepian dan tetap bisa pergi kemanapun selama mas kerja,"
Pukul sebelas siang kami tiba di sebuah villa yang nampaknya masih baru "ini proyek baru yang mas bilang di Bali itu?"
Setelah turun dari mobil Albi terus menggenggam tanganku sambil menunjukkan bagian dalam villa.
"Iya, ada dua Villa dengan kapasitas untuk sepuluh orang, proyeknya sudah hampir satu setengah tahun tapi baru bisa rampung sekarang,"
"Kalau bangunnya di lahan begini ya gimana bisa cepat selesai atuh?" Tempat yang dibangun villa oleh Albi merupakan sebuah tebing yang langsung terhubung dengan private beach jelas saja waktu pengerjaannya cukup lama.
Tapi beruntungnya akses jalan ke tempat ini sudah memadai hanya saja waktu tempuh untuk pergi ke kota memakan waktu yang cukup lama, makanya tempat sangat cocok untuk tempat bulan madu. Karena sepi dan jauh dari keramaian.
Hanya saja kalau untuk dua orang tempat ini akan terasa sangat luas dan sepi "kalau mas kerja aku mau ikutan, aku nggak mau ditinggal di sini sendirian,"
"Kan ada bibi," aku menggeleng cepat "mau ikut aja," aku merangsek memeluk Albi dengan manja "Nggak ada hantu di sini," aku tahu pasti Albi sedang menahan diri untuk tidak menertawakanku saat ini.
"Nggak mau, mau ikut kemanapun mas pergi," akhirnya tawa Albi terdengar juga, sebelah lengannya balas memelukku dengan erat.
"Tapi kamu suka kan?"
"Ya suka," suaraku teredam dada bidangnya "kalau begitu nanti mas bangunkan tempat seperti ini di kota lain yang nggak kamu takutin,"
"Batam ada nggak sih spot yang begini? Ada di villa yang sunyi terus lihat singapura yang nampak gemerlap dari kejauhan kayaknya bagus deh mas,"
"Oke, mas usahakan, nanti kita bisa bulan madu kesana," kulepaskan pelukan kami dan menatap Albi "kita mau nikah?"
"Kalau nggak nikah untuk apa kita menjalin hubungan Kay? Kamu nanyanya aneh banget,"
"Ya kita kan masih pacaran belum ke tahap-tahap yang lain,"
"Sambil jalan pelan-pelan, kita bangun pondasi rumah tangga kita, kamu mau kan nikah sama mas?"
"Tapi aku nggak bisa masak," Albi kembali tergelak mendengar ucapanku "kamu nggak bisa masak bukan berarti kita nggak jadi nikah sayang,"
"Tapi di keluarga mas kan ada tradisi kalau menantu perempuan harus bisa masak sedangkan aku nggak bisa masak apapun," aku menatap Albi dengan wajah sendu.
Kedua tangan Albi menyentuh kedua pipiku dengan lembut lalu mengusapnya dengan kedua ibu jarinya, tatapannya begitu lembut.
"mas udah bilang ke mama kemarin kalau mas mau nikahin kamu dan mas nggak mau kamu dipaksa untuk jadi orang lain karena mas terima kamu apa adanya itu artinya keluarga mas juga harus terima kamu apa adanya,"
"Ehhh mana boleh begitu, itu sama aja kita nggak menghargai tradisi di keluarga kamu mas,"
"Tradisi itu hanya untuk meyakinkan para tetua kalau keturunan anak cucunya disayangi dan dicintai dengan sepenuh hati oleh pasangannya, tapi tanpa seperti itu mas yakin kamu akan mencintai mas dengan sepenuh hati seperti mas yang mencintai kamu dengan sepenuh hati,"
Wajahku mendadak memanas mendengar ucapan Albi "terus kata tante gimana?"
"Mama setuju apa lagi mengingat kondisi kamu yang masih belum stabil sepenuhnya,"
"Ehhh emang kita mau nikah kapan?"
"Kapanpun kamu siap, kamu siap minggu depan bisa, kamu siap bulan depan juga bisa,"
Kupukul dada Albi cepat "ya mana bisa gitu? Mas aja belum lamar aku ke keluarga, belum lagi acara adat keluarga aku yang berturut-turut,"
"Bisa, mas usahakan semuanya dipermudah asal kamu nggak terbebani, mas juga sudah bilang ke orang tua kamu" pantas saja mereka mengizinkanku hanya tinggal berdua dengan Albi.
"Serius mas?"
"Serius sayang, sekarang tinggal kamunya aja mau nikah kapan,"
"Tapi mas belum lamar aku, belum bilang will you marry me?"
Albi tergelak tapi kemudian dengan cepat dia merubah posisi menjadi berlutut di hadapanku, tangannya menggenggam tanganku, lalu tangannya yang lain mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya.
"Shakayla, mas memang tidak bisa berjanji untuk membuat kamu bahagia selamanya karena dalam pernikahan pasti akan ada gejolak rumah tangga, tapi ketika mas sudah memilih kamu apapun itu mas akan berusaha untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga kita dan kebahagiaan kamu, jadi Shakayla Yasawirya will you marry me?"
Kututup mulutku dengan sebelah tangan sambil menatap Albi dengan tatapan tidak percaya akan semua yang dikatakannya barusan, butuh beberapa detik hingga akhirnya aku bisa menguasai diriku dan menjawab lamaran manis Albi.
"Yes, i do," albi mengulum senyum lalu dengan lembut menyematkan sebuah cincin di jari manisku kemudian mengecup punggung tanganku.
*****
Setelah lamaran Albi kemarin aku semakin menempel kepadanya, bahkan Albi pun tak malu menciumku di tempat umum.
"Mas hari ini kerja lagi?" Kami berdua sedang duduk di sofa yang berada di balkon kamar yang kami tempati berdua.
Yeah kami sudah tidur sekamar hanya tidur dan sedikit ciuman tapi, belum sampai kemana-mana, sepertinya pertahanan diri Albi cukup tangguh.
Tapi baru semalam kita lihat saja malam-malam selanjutnya, hahahaha.
"Ada meeting sebentar, mau ikut lagi?" Aku mengangguk dengan semangat "masih takut? Padahal di sini nggak ada dupanya loh, udaranya juga bersih,"
"Tetep aja takut, mau ikut pokoknya," Albi tergelak "iya sayang, iya," kusandarkan kepalaku di dadanya menikmati udara pagi sembari melihat lautan biru.
"Mau rumah kayak gini?" Villa ini benar-benar menakjubkan mulai dari view kamar yang merupakan lautan lepas begitu pula dengan kamar mandinya, jangan lupa meja makan outdoor dan kolam renang yang berada tepat di bibir tebing sehingga viewnya sangat menakjubkan.
"Nggak, aku rumah yang normal-normal aja, tempat kayak gini cukup untuk staycation aja mas, tempat untuk melepas penat, tapi kalo untuk tempat tinggak big no,"
"Struktur tanahnya bagus pondasinya juga kuat nggak akan longsor kalau kamu takut itu,"
"Malah diperjelas lagi, udah pokoknya aku nggak mau, titik,"
"Terus mau rumah di mana? Dekat orang tua kamu?"
"Mas keberatan nggak sih kalau setelah kita nikah aku kerja lagi?"
"Kalau freelancer boleh, selain itu mas nggak kasih izin,"
"Kalau gitu aku mau tinggal di apartemen,"
"Boleh, nanti setelah kita pulang dari sini kita lihat apartemennya,"
"Bukan apartemen yang kemarin?"
Albi menggeleng "ya bukan dong sayang, ini kan untuk rumah masa depan kita dan mas mau kamu desain seperti yang kamu mau asal jangan diforsis ingat kesehatan kamu,"

KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH YUK?
Genç Kız EdebiyatıSetelah kupikir berulang kali, penikahan kita tidak akan adil bagi kamu mas. Kita akan terikat dengan pernikahan, tapi kamu menikahiku bukan karena cinta. Pernikahan yang akan kita jalani nanti akhirnya akan menjadi beban untukmu. Kamu harus berpura...