Aku sedikit bingung ketika Albi meminta untuk dibawakan makan siang, sesuatu hal yang sebelumnya tidak pernah ia pinta.
Maka dari itu siang ini aku ke kantor Albi sambil membawa paper bag yang berisi kotak bekal yang sudah disiapkan oleh bi Aya.
Ketika aku sampai di depan ruangan Albi meja sekretaris nampak sudah kosong sepertinya sekretaris Albi sudah pergi untuk makan siang.
Dengan langkah ringan aku melangkah mendekat ke arah pintu ruang kerja Albi, keningku berkerut ketika pintu ruang kerja Albi nampak sedikit terbuka.
"Ahhh Al, sayaanghhh,"
Suara desahan perempuan terdengar samar di telingaku, napasku mendadak tercekat dan jantungku berdegup dengan kencang.
Pemikiran-pemikiran tidak masuk akal mulai memenuhi kepalaku dan yang bisa kulakukan sekarang adalah memastikannya.
Aku mendekat ke arah pintu dan mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka.
Betapa terkejutnya aku mendapati dua manusia tanpa sehelai benangpun sedang bergumul di atas sofa.
"Al ahhhh aku keluar Al, ahhh,"
"Bersama sayangghhh,"
Desahan keduanya menyatu ketika mereka berdua mendapatkan pelepasan secara bersamaan.
"Aku udah telat dua bulan Al, kalau aku hamil kamu harus tanggung jawab,"
"Tentu,"
"Terus pacar kamu itu gimana? Kapan kamu mau bilang kalau kamu sebenernya nggak ada perasaan apapun sama dia dan cuma kasihan?"
"Kita bisa nikah sirih dulu sambil tunggu keadaan Kayla pulih seratus persen setelah itu aku akan bilang yang sejujurnya sama dia,"
"Kamu sadar nggak sih kalau kamu tuh sekarang lagi selingkuhin aku,"
"Kan aku udah minta maaf, toh aku sama dia juga nggak pernah ngapa-ngapain,"
Dadaku terasa sesak mendengar semua ini, dengan cepat aku berbalik dan meninggalkan kantor Albi.
Aku tidak menuntut penjelasan karena aku sadar rasa sayang Albi untukku terlalu besar hingga dia bisa melakukan segalanya tanpa berpikir dahulu.
Kini aku berjalan tak tentu arah, pikiranku kacau dan ini semua adalah salahku, Albi tidak bersalah, akulah yang bersalah.
Albi berhak untuk bahagia dengan perempuan yang dicintainya dan itu bukanlah aku
Tiiin tiiin tiiiiin
Sebuah mobil melaju dengan kencang dari arah depan membuat kakiku mendadak kaku, tubuhku tidak bisa digerakkan.
Tiiiiiiin
Jedaaarrrr
Suara gemuruh petir membuatku terjaga, aku masih berada di dalam kamar, semua yang kualami tadi hanyalah mimpi.
Tapi semuanya terasa seperti nyata, dadaku bahkan terasa sangat sesak, aku sampai kesulitan untuk bernapas.
Air mata mulai menetes membasahi kedua pipiku, bagaimana kalau seandainya apa yang ada di mimpiku tadi adalah kenyataan yang disembunyikan rapat-rapat oleh Albi? Sanggupkah aku menerimanya?
Segala pemikiran yang terlintas di kepalaku tidak bisa membuatku tidur lagi hingga hujan reda dan matahari mulai menampakkan sinarnya.
Masih dengan posisi bersandar di headboard kupejamkan mataku berusaha untuk menghalau pemikiran-pemikiran buruk yang semakin tidak terkendali.
Pening mulai menyapa sesak di dadaku pun masih sangat terasa. Sesuatu terasa mengalir dari hidungku, dengan gerakan cepat aku menyekanya karena merasa tidak nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH YUK?
Chick-LitSetelah kupikir berulang kali, penikahan kita tidak akan adil bagi kamu mas. Kita akan terikat dengan pernikahan, tapi kamu menikahiku bukan karena cinta. Pernikahan yang akan kita jalani nanti akhirnya akan menjadi beban untukmu. Kamu harus berpura...