Bagian 7

171 12 0
                                    

Pukul empat sore aku tiba di terminal Cicaheum kota Bandung, yang pertama kali kulakukan ketika turun adalah segera mencari agen tiket ke kota tujuanku.

Ternyata bus menuju kota tujuanku dengan tipe President Class sudah berangkat pukul tiga sore tadi. Dengan terpaksa aku membeli tiket untuk keberangkatan besok sore. Sebenarnya aku bisa saja naik bis eksekutif tapi perjalanannya cukup lama dan aku ingin merasa nyaman selama diperjalanan.

Kuhembuskan napas lega setelah tiket bus sudah berada di tanganku, jam keberangkatannya masih besok, aku segera keluar dari area terminal untuk mencari pusat perbelanjaan terdekat.

Aku butuh ponsel dan pakaian ganti, di tempat tujuanku nanti aku belum memiliki tempat tinggal, jadi aku harus segera membeli ponsel untuk mencari tempat tinggal. Belum lagi aku juga harus mencari tempat menginap untuk malam ini.

Jalanan kota Bandung di jam pulang kerja seperti ini ternyata sama saja seperti Jakarta, macet. Butuh waktu lebih dari tiga puluh menit hingga akhirnya aku tiba di pusat perbelanjaan.

Yang pertama kubeli tentu saja sebuah ponsel, aku yang biasanya memakai ponsel dengan harga di atas dua puluh juta kini harus memakai ponsel dengan harga satu jutaan.

Aku harus mulai berhemat sekarang, yang kubawa hanya seratus juta jadi aku harus hidup berhemat untuk beberapa bulan kedepan.

Selain membeli ponsel aku juga membeli power bank, setelah keluar dari gerai aku mencari restoran, sebenarnya bukan karena lapar, tapi aku harus makan untuk tetap sehat dalam pelarian ini.

Sambil menunggu pesanan datang aku mengecas ponsel dengan power bank lalu menyimpannya kembali ke dalam paperbag. Beruntungnya sales di gerai ponsel tadi percaya dengan cerita kehilangan yang kukarang dan berbaik hati menggunakan identitasnya untuk mendaftarkan simcard di ponsel baruku.

Aku mengarang cerita jika kehilangan dompet di terminal dan butuh ponsel untuk menghubungi keluargaku di kampung, sejujurnya aku merasa berdosa, tapi aku tidak punya pilihan lain.

Selesai makan aku segera pergi ke departement store, biasanya aku tidak pernah melirik area sale 50% yang sering diadakan ketika akhir tahun seperti ini, tapi sekarang aku tidak punya pilihan lain.

Kuambil beberapa potong pakaian beserta pakaian dalam, ketika membayar aku bahkan meminta kepada kasir untuk melepas price tagnya dan memasukkan semua belanjaanku ke dalam tote bag berwarna hitam yang tadi kupilih.

Hampir pukul delapan aku sampai di sebuah penginapan sederhana, harganya tidak sampai seratus ribu untuk semalam dan aku memilih untuk bayar di tempat karena tidak memiliki m-banking ataupun e-wallet.

Setelah check in aku tidak langsung masuk kekamar melainkan keluar lagi untuk mencari tempat laundry. Aku tidak terbiasa memakai pakaian baru yang belum dicuci, terutama pakaian dalam.

Lima menit berjalan aku menemukan tempat laundry self service sehingga aku bisa mencuci pakaian dalam tanpa harus merasa malu. Karena pakaianku hanya sedikit tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya dan kembali ke penginapan.

Aku bersyukur karena tempat menginapku cukup bersih, aku yang selama ini selalu mendapat fasiltas kelas atas ketika menginap di suatu tempat kini aku harus puas dengan fasilitas ini.

Sebelum kembali berselancar di dunia maya untuk mencari tempat tinggal kuputuskan untuk mandi terlebih dahulu. Tubuhku terasa penat dan juga lengket sekarang.

Saat masuk ke dalam kamar mandi aku terperangah ketika melihat satu set perlengkapan mandi yang masih baru padahal sewa kamar ini sangatlah murah. Sayangnya kulit kepalaku ini cukup sensitif jadi aku tidak bisa menggunakan shampoonya.

Aku yang biasanya mandi paling sebentar tiga puluh menit karena berendam terlebih dahulu, kini sepuluh menitpun sudah selesai, rasa-rasanya seperti jatuh dari langit, perbedaan kehidupanku kemarin dan sekarang berbeda seratus delapan puluh derajat.

'lo bisa Kay, lo bisa!'

*****

Awalnya aku mencari sebuah rumah kost,tapi kemudian aku berpikir, pelarian ini untuk melupakan semua rasa tentang Albi jadi aku harus memiliki sebuah tempat tinggal yang membuatku merasa nyaman dan memberikan energi yang positif.

Setelah mencari dan berpikir semalaman akhirnya pilihanku jatuh pada sebuah apartemen tipe studio, tipe studio memang kecil namun di sana sudah dilengkapi dengan balkon dan pemandangannya lumayan bagus untuk apartemen dengan harga sewa tiga juta untuk setiap bulannya.

Pukul setengah dua belas aku sudah check out dari penginapan dan menyusuri jalan raya untuk menemukan agen bank, aku harus segera membayar sewa apartemen karena pemiliknya menargetkan pembayaran dalam waktu 1x24 jam.

Setelah selesai melakukan pembayaran aku memilih sebuah kafe untuk berteduh dan menunggu. Seharusnya lebih baik menunggu di dalam terminal, tapi terminal yang kudatangi kemarin tidak nyaman untukku jadi aku lebih memilih menunggu di kafe.

Pukul setengah tiga aku beranjak dari kafe dan berjalan menuju terminal, langit sangat gelap, sepertinya akan segera turun hujan, benar saja ketika aku berjalan memasuki terminal gerimis mulai turun.

Kupilih tempat untuk berteduh dan menunggu bus, pukul tiga kurang seperempat bus sudah datang, aku segera berdiri dan berjalan cepat ke arah bus karena gerimisnya semakin deras.

Ketika aku masuk ke dalam interiornya membuatku terpukau, layak disebut dengan president class. Menurut agen tiket kemarin bus ini hanya memiliki 19 kursi dan aku memilih single seat, jadi aku tidak perlu khawatir akan duduk dengan orang asing seperti saat perjalanan dari Jakarta ke Bandung kemarin.

Setiap kursi dilengkapi dengan double legrest, bantal beserta selimut,terdapat cup holder, bahkan meja portable. Baru saja duduk kru bus sudah memberikan satu kotak snack, kemarin agen tiket sudah menjelaskan layanan apa saja yang akan kudapatkan.

Menurutku dengan harga lima ratus ribu itu murah sekali, apa lagi mi instan, kopi dan teh diberikan secara gratis tanpa batasan bahkan setiap penumpang bus juga mendapatkan jatah satu kali makan di restoran secara gratis saat diperjalanan nanti.

Semoga saja dengan semua fasilitas yang kudapatkan ini aku bisa merasa nyaman dan tidak mengeluh selama diperjalanan ini.

Pukul lima pagi aku tiba di pemberhentian terakhir, ketika keluar dari bus udara kota Malang yang dingin menyapa membuatku merapatkan jaket yang kukenakan, langit masih gelap, segera kupesan taksi online untuk melanjutkan perjalanan menuju apartemen.

Tadinya aku berpikir akan sulit mendapatkan taksi online di jam seperti ini tapi aku salah tidak sampai sepuluh menit taksi yang kupesan sudah sampai.

Pukul enam kurang akhirnya aku sampai di apartemen, hal yang kulakukan pertama kali ketika menginjakkan kaki di dalam apartemen adalah merebahkan diri di atas kasur.

Padahal kursi bus tadi sangat nyaman tapi ternyata punggungku tetap terasa tegang dan ketika rebah di atas kasur rasanya enak sekali.

Nyamannya kasur membuatku terlelap kembali dan bangun ketika matahari sudah tinggi, benar-benar tidak patut dicontoh. Setelah terbangun aku baru mengamati interior apartemen ini.

Di sebelah pintu masuk ada sebuah kitchen set mini dengan kompor dua tungku, wastafel, lalu ada lemari es dua pintu. Berhadapan dengan dapur ada kamar mandi, jangan mengharapkan sebuah bathtube, yang tersedia hanya closet dan shower, terdapat wastafel mini dan pengatur suhu agar bisa mandi air hangat. Lebih dari cukup jika dibandingkan dengan penginapanku kemarin.

Kamar ini juga dilengkapi dengan lemari, meja nakas, bahkan kabinet yang letaknya di bawah TV, yang paling bagus terdapat sebuah balkon mini dengan pemandangan kota dan juga gunung.

Sayangnya apartemen ini tidak berada di pusat kota melainkan di pinggiran kota, tapi karena lokasinya cukup dekat dengan kampus-kampus terkenal di Malang membuat penduduknya mudah untuk mendapatkan apapun.

Selama di perjalanan semalam aku mencari-cari tempat berbelanja dengan harga terjangkau, aku tidak mungkin membeli semua kebutuhanku di dalam area apartemen atau mall karena harganya lebih mahal jadi aku harus mencari alternatif lainnya.

NIKAH YUK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang